PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

Perencanaan Sistem Drainase Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI DAPUR / OTIK SEHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOTA LAMONGAN

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

Studi Evaluasi Sistem Saluran Sekunder Drainase Tambaksari kota Surabaya

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE HOTEL SWISSBEL BINTORO SURABAYA

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

ANALISA SISTEM DRAINASE SALURAN KUPANG JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN POMPA AIR JEMURSARI TERHADAP SISTEM DRAINASE WONOREJO

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

BAB IV ANALISA HIDROLOGI

PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO

Oleh : Elvanda Danu Hergaiswara ( ) Sidoarjo JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN - ITS

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... PENGANTAR...

BAB III METODE PENELITIAN

Pola Penanganan Drainase Kawasan Jalan Pura Demak Untuk Mengurangi Permasalahan Banjir di Kota Denpasar

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE STADION BATORO KATONG KABUPATEN PONOROGO

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

EVALUASI SISTEM DRAINASE DI DAERAH SIMO GUNUNG, SIMO MULYO BARAT, SIMO MULYO, DARMO SATELIT, DAN DARMO INDAH YANG BERADA DI SURABAYA BARAT

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

KAJIAN SISTEM JARINGAN DRAINASE JALAN DESA BOCEK KECAMATAN KARAGPLOSO KABUPATEN MALANG. Disusun Oleh : Eliseu Martins.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

STUDI POTENSI PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

PERENCANAAN DRAINASE LAPANGAN SEPAK BOLA STADION GRESIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

ANALISA SISTEM DRAINASE DENGAN MENGGUNAKAN POLDER (STUDI KASUS SALURAN PRIMER ASRI KEDUNGSUKO KECAMATAN SUKOMORO KABUPATEN NGANJUK) TUGAS AKHIR

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

TUGAS AKHIR ELGINA FEBRIS MANALU. Dosen Pembimbing: IR. TERUNA JAYA, M.Sc

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

KAJI ULANG SISTEM DRAINASE UNTUK MENGATASI BANJIR GENANGAN DI PERUMAHAN VILLA JOHOR, KEC. MEDAN JOHOR. Elgina Febris Manalu 1, Ir. Terunajaya, M.

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN DI BENOWO, SURABAYA

Peta Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan

Oleh : Surendro NRP :

BAB III METODE ANALISIS

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

Kata kunci : banjir, kapasitas saluran, pola aliran, dimensi saluran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penanganan banjir pada sistem drainase perlu dilakukan dalam beberapa

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

ANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

Transkripsi:

1 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK Virda Illiyinawati, Nadjadji Anwar, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: virda53@gmail.com Kota Gresik merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur dan dikenal juga sebagai daerah industri. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Kota Gresik mengalami peningkatan, karena perusahaan perusahaan besar telah menyerap banyak tenaga kerja dari luar Kota Gresik. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi maka sarana dan prasarana dari berbagai bidang pun ikut meningkat tak terkecuali bidang drainase. Sarana drainase yang dikembangkan banyak yang tidak terhubung dengan baik ke saluran yang lebih besar. Salah satu daerah tersebut adalah Jalan Mayjend Sungkono ini yang terdapat pabrik dan pemukiman. Pada musim hujan di daerah ini terjadi banjir. Kondisi seperti ini terjadi karena dimensi saluran drainase eksisting yang kurang memadai, sedangkan debit yang mengalir terlalu banyak. Sehingga saluran drainase tidak mampu untuk menampung dan mengalirkannya secara baik ke saluran pembuangan. Dalam Tugas Akhir yang telah dilakukan diketahui bahwa ada 2 sistem saluran drainase yang berpengaruh pada Jalan Mayjend Sungkono, antar lain saluran drainase Segoromadu 2 dan Segoromadu 3. Setelah dianalisa, maka perlu diadakan pengalihan buangan. Sehingga saluran drainase Varia Usaha Beton Selatan dirubah untuk mengalir menuju saluran drainase Segoromadu 2. Didapatkan elevasi dasar saluran sebesar 4,996 dan debit yang mengalir sebesar 2,15 m 3 /dt dengan dimensi 0,8 m x 1,6 m sepanjang 250 m dan juga terjadi backwater akibat Kali Lamong. Kapasitas penampang untuk saluran drainase Segoromadu 2 dan saluran drainase Segoromadu 3 telah memadai setelah dilakukan penambahan atau pengurangan luas area Kata kunci :drainase, profil muka air, saluran primer I. PENDAHULUAN Kota Gresik merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur dan dikenal juga sebagai daerah industri. Itu terbukti dengan banyaknya perusahan besar seperti, PT. Semen Gresik yang berganti menjadi PT.Semen Indonesia, PT.Petrokimia, PT Barata Indonesia, dan masih banyak lagi. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di kota Gresik mengalami peningkatan, karena perusahaan perusahaan besar telah menyerap banyak tenaga kerja dari luar kota Gresik. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi maka sarana dan prasarana dari berbagai bidang pun ikut meningkat tak terkecuali bidang drainase. Sarana drainase yang dikembangkan banyak yang tidak terhubung dengan baik ke saluran yang lebih besar. Tak hanya itu, perusahan besar maupun kecil pun sengaja mempersempit saluran drainase untuk pengembangan perusahaan mereka, sehingga air yang seharusnya masuk ke dalam saluran tidak dapat mengalir dengan lancar dan menyebabkan banjir. Berdasarkan masterplan kota Gresik terdapat beberapa daerah vital yang mengalami masalah banjir dan harus segera diatasi. Salah satunya adalah daerah mayjend sungkono yang telah dipenuhi oleh daerah pemukiman dan pabrik. Pada musim hujan di daerah ini terjadi banjir. Kondisi seperti ini terjadi karena dimensi saluran drainase eksisting yang kurang memadai, sedangkan debit yang mengalir terlalu banyak. Sehingga saluran drainase tidak mampu untuk menampung dan mengalirkannya secara baik ke saluran pembuangan. Di daerah ini terdapat 2 sistem jaringan drainase yang berpengaruh, yaitu sistem jaringan drainase segoromadu 2 dan sistem jaringan drainase segoromadu 3. Pada sistem jaringan drainase segoromadu 3 ini inlet yang ada terlalu kecil untuk menampung debit air yang mengalir,sedangkan pada sistem jaringan drainase segoromadu 2 inlet yang ada masih mencukupi dengan debit yang mengalir. Oleh sebab itu, pada proposal tugas akhir ini akan mengangkat permasalahan banjir tersebut untuk dilakukan analisa saluran drainase eksisting agar mendapatkan solusi untuk mengatasi permasalahan banjir tersebut. 1.1. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah perencanaan sistem drainase. Detail permasalahannya adalah : 1. Bagaimana kondisi sistem drainase eksisting? 2. Bagaimana pengaruh banjir terhadap Jalan Mayjen Sungkono? 3. Dengan perubahan arah aliran sistem drainase Segoromadu, bagaimana pengaruhnya terhadap elevasi dasar saluran rencana terhadap saluran sistem drainase Segoromadu 2? 4. Bagaimana pengaruh pasang surut Kali Lamong? 1.2. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah : 1. Data yang dipakai hanya data sekunder. 2. Hanya menyertakan perhitungan hidrologi dan hidrolika. 3. Tidak menyertakan perhitungan biaya. 1.3 Lokasi Studi Dibawah ini adalah gambar dari saluran drainase Kota Gresik yang ditunjukkan dalam Gambar 1 Eksisting Arah Aliran Sistem Drainase Kota gresik serta Gambar 2 letak studi yang dikerjakan dalam Tugas Akhir ini.

2 Gambar 1 Eksisting Arah Aliran Sistem Drainase Kota Gresik Gambar 2 Lokasi Studi 1 URAIAN PENELITIAN Metode penyelesaian ini tergambar dalam flow chart pada Gambar 3 di bawah ini : Tinjauan Lapangan Data Hidrologi : 1. Peta Stasiun Hujan 2. Data Pencatatan Hujan Harian 3. Data Tata Guna Lahan Analisis Hidrologi START Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Perubahan Arah Aliran Debit Rencana Studi Literatur Data Hidrolika 1. Data Sistem Drainase 2. Peta Lokasi Proyek 3. Data Dimensi Analisis Hidrolika 3.1.2 Analisis Distribusi Frekuensi Pada Tabel 2 berikut ini, akan ditampilkan perhitungan tentang parameter statistik untuk Distribusi Normal dan Pearson Tipe III. Tabel 2 Perhitungan Parameter Statistik untuk Distribusi Normal dan Pearson Tipe III n Tahun X i X bar X i - X bar (X i - X bar) 2 (X i - X bar) 3 (X i - X bar) 4 (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) 1 1995 110 37.28 1389.63 51802.42 1931079.09 2 2001 98 25.28 638.97 16151.64 408277.61 3 1998 95 22.28 496.30 11056.45 246313.08 4 2000 95 22.28 496.30 11056.45 246313.08 5 1999 90 17.28 298.52 5157.79 89115.15 6 2012 86 13.28 176.30 2340.86 31081.47 7 2009 70-2.72 7.41-20.17 54.92 8 2008 69-3.72 13.85-51.57 191.96 9 2002 65-7.72 59.63-460.50 3556.06 72.72 10 2003 65-7.72 59.63-460.50 3556.06 11 1996 63-9.72 94.52-918.96 8934.33 12 2007 63-9.72 94.52-918.96 8934.33 13 2010 62-10.72 114.97-1232.69 13217.19 14 1997 61-11.72 137.41-1610.76 18881.64 15 2004 60-12.72 161.85-2059.15 26197.02 16 2005 60-12.72 161.85-2059.15 26197.02 17 2011 49-23.72 562.74-13349.53 316680.62 18 2006 48-24.72 611.19-15109.93 373551.10 1309 5575.61 59313.73 3752131.73 Setelah dilakukan perhitungan parameter statistik, baik nilai curah hujan asli maupun nilai curah hujan logaritmanya, langkah berikutnya adalah mengecek nilai parameter tersebut dengan kriteria kriteria pada masing masing distribusi yang akan digunakan nantinya. 3.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi Uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data tersebut sudah sesuai menurut teoritis dan uji ini biasa dilakukan menggunakan dua cara, yaitu: 3.1.3.1 Uji Chi-Kuadrat Dist. Pearson Tipe III : Langkah pertama adalah dengan menentukan jumlah sub-kelompok, yaitu : Analisa Muka Air Kebutuhan Elevasi Dimensi Saluran Selesai Gambar 3 Flow chart metodologi pengerjaan 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.4 Analisis Hidrologi 2.4.1 Penentuan Hujan Kawasan Penentuan hujan kawasan pada daerah studi Tugas Akhir ini tidak memakai ketiga metode yang ada, karena hanya terdapat satu stasiun hujan saja. Oleh sebab itu, perhitungan ini langsung menggunakan data yang ada, yaitu Stasiun Hujan Suci. Data tersebut akan ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1 Curah Hujan Harian Maksimum oleh Stasiun Pengamatan Stasiun Hujan Suci Rmax Rmax Tahun Tahun (mm) (mm) 1995 110 2004 60 1996 63 2005 60 1997 61 2006 48 1998 95 2007 63 1999 90 2008 69 2000 95 2009 70 2001 98 2010 62 2002 65 2011 49 2003 65 2012 86 Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Master Plan dan DED Drainase Perkotaan Gresik. kelompok Nilai interval peluang pada tiap kelompok adalah P = 1 / 6 = 0,167. Kemudian terbagi menjadi beberapa sub-kelompok Perhitungan nilai tinggi curah hujan rencana (X T), pada Distribusi Pearson Tipe III ini dapat dituliskan dengan persamaan, seperti yang tertulis pada Bab II Nilai dan telah diketahui, sedangkan untuk nilai k dapat dihitung dengan melihat Tabel 2.2 Pada Bab II, dimana sebelumnya telah dilakukan perhitungan terhadap P(k). Sebagai contoh perhitungan untuk penentuan sub-kelompoknya, maka : Probabilitas P(k) = 1/6 = 0,167 Probabilitas kumulatif F(k) = 1 P = 1 0,167 = 0,833 Berdasarkan Tabel 2.2 pada buku Tugas Akhir,akan dilakukan interpolasi : F(k) = 0,166 k = - 0,97 F(k) = 0,1685 k = - 0,96 F(k) =0,167 k = = - 0,9660

3 Untuk nilai curah hujan menurut subkelompoknya disajikan dalam seperti pada Tabel 3 berikut ini Tabel 3 Curah Hujan untuk Distribusi Pearson Tipe III P T X k S X t 0.167 6.00-0.9660 55.23 0.333 3.00-0.4317 64.90 0.500 2.00 72.72 0 18.11 72.72 0.667 1.50 0.4317 80.54 0.833 1.20 0.9660 90.22 Dari Tabel 3 di atas diketahui nilai batas dalam setiap sub-kelompok dan jumlah data yang termasuk dalam sub-kelompok tersebut. Untuk menghitung Chi-kuadrat ( 2 ), perlu dilakukan selisih antara data Xi teoritis dan Xi teramati dalam sub-kelompok yang nantinya nilai kuadrat dari perhitungan tersebut dibagikan dengan jumlah Xi teoritis yang sudah dikalikan dengan standar devisiasi. Langkah berikutnya adalah dengan membandingkan nilai Chi-kuadrat terhitung dengan nilai Chi-kuadrat teoritis yang nantinya nilai tersebut dibandingkan dengan derajat kebebasan (dk) = G R 1, dk = 6 2 1 = 3 dan derajat kepercayaan (α) = 5%, maka didapatkan Chi-kuadrat teoritis ( 2 r ) = 7,815. Jika nilai 2 lebih besar dari derajat kepercayaan (α) = 7,815, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi teoritis yang dipakai tidak dapat diterima. Namun sebaliknya, bila nilai 2 lebih kecil dari derajat kepercayaan (α) = 7,815, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi teoritis tersebut dapat diterima.nilai 2 = 7,33, maka Distribusi Pearson Tipe III ini dapat diterima untuk perhitungan hujan rencana. 3.1.3.2 Uji Smirnov-Kolmogorof Dist. Pearson Tipe III Perhitungan Uji Smirnov-kolmogorof untuk Distribusi Pearson Tipe III Dari tabel yang ada di buku Tugas Akhir dapat diketahui nilai D max untuk Distribusi Pearson Tipe III. Nilai D max tersebut dibandingkan dengan Nilai D o kritis yang didapat dari Tabel 2.5 pada Bab II sebelumnya dan memakai derajat kebebasan sebesar 5%. Apabila nilai D max lebih besar dari D o, maka distribusi ini tidak dapat diterima. Sebaliknya, apabila D max lebih kecil daripada D o, maka distribusi ini dapat diterima. Distribusi Pearson Tipe III ini memiliki nilai kritis D o = 0,310 dan D max = 0,101. Nilai D max lebih kecil dari D o, sehingga distribusi ini dapat diterima. 3.1.4 Perhitungan Tinggi Hujan Rencana Distribusi yang digunakan untuk menentukan tinggi hujan rencana adalah Distribusi Pearson Tipe III. Perhitungan ini menggunakan persamaan Untuk perhitungan tinggi hujan rencana dengan periode berbeda yang disajikan dalam Tabel 7 berikut ini: Tabel 7 Hujan Rencana untuk Distribusi PearsonTipe III T k X S X T 2-0.116 71 5 0.790 88 72.72 18.11 10 1.333 97 25 1.967 109 3.1.7 Perhitungan Debit Rencana Saluran Primer Segoromadu 2 Berikut ini adalah skema jaringan saluran primer Segoromadu 2 Gambar 4 Skema Aliran Drainase Segoromadu 2 3.1.7.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi 3.1.7.1.1 Perhitungan Nilai T0 (Waktu aliran pada lahan) Menurut peta topografi, daerah studi untuk Tugas Akhir ini berada pada daerah pertanian dengan dataran yang tidak begitu curam serta termasuk dalam kelas tekstur tanah lempung berdebu dan liat dengan kemiringan lereng sebesar 2 %. Sehingga dalam perhitungan nilai t 0 pada Tugas akhir ini menggunakan rumus kerby. Contoh perhitungan dengan menggunakan rumus kerby pada A1 adalah : Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini : Tabel 8 Perhitungan To pada Tiap Titik Kontrol Titik Kontrol nd s L0 m t0 menit B 1.1.6 0,5 0,02 702 55,43 B 1.1.5 0,5 0,02 159 27,70 B 1.1.4 0,5 0,02 140 26,11 B 1.1.3 0,5 0,02 50 16,14 B 1.1.1 0,5 0,02 229 32,85 B 1.1 0,5 0,02 567 50,17 B 1.2.3 0,5 0,02 740 56,81 B 1.2.2 0,5 0,02 279 36,02 B 1.2.1 0,5 0,02 261 34,92 B 1.2 0,5 0,02 336 39,29 B 1.3.1 0,5 0,02 169 28,50 B 1.3 0,5 0,02 126 24,85 3.1.7.1.2 Perhitungan Nilai Tf (Waktu aliran air pada saluran) Untuk perhitungan nilai t f saluran pada saluran primer Segoromadu 2, ; dimana Dengan : V = kecepatan aliran (m/det) didapat dari data eksisting dengan kecepatan minimum 0,45 m/dt dan 3 m/dt untuk kecepatan maksimum. Ls = Panjang Saluran (m) Diketahui data sebagai berikut : Ls = 5 m V = 0,5 m/dt Contoh perhitungan pada tiap saluran ini adalah pada saluran B 1.1.6 B1.1.5 :

4 Untuk perhitungan nilai t f selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. 3.1.7.1.3 Perhitungan Nilai Tc (waktu aliran air pada titik kontrol) Perhitungan waktu konsentrasi atau t c dihitung dengan menambahkan waktu pengaliran pada lahan (T 0) dan waktu aliran air pada saluran (T f). Contoh perhitungan waktu konsentrasi (Tc) di titik control B 1.1.6 adalah : Untuk nilai Tc selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. 3.1.7.2 Perhitungan Koefisien Gabungan Data yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 9 Koefisien Gabungan 3.1.7.3 Perhitungan Debit Banjir Rencana Dalam Tugas Akhir ini digunakan debit banjir rencana 10 tahun karena saluran ini termasuk saluran primer dengan luas area seluas 1,94 km 2. Sedangkan untuk menghitung intensitas hujan menggunakan rumus mononobe. Perhitungan metode rasional sebagai berikut ini : Gambar 5 Skema Aliran Drainase Segoromadu 3 Perhitungan sama dengan segoromadu 2 didapatlan catchment seluas 0,34 km2 sehingga di dapat debit sebesar 2,69 m3/dt 3.1.8.1 Analisa Muka Air Saluran Primer Segoromadu 2 Analisa muka air dilakukan untuk mengetahui elevasi muka air pada hulu dan hilir saluran. Dalam Tugas Akhir ini pembuangan akhirnya berupa Kali Lamong yang mempunyai peran terjadinya pasang dan surut. Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya dengan kemiringan saluran untuk saluran primer (s) = 0.003 adalah : Q = 4,94 m3/dt b = 5,84 m n = 0,017 s = 0,003 L saluran = 205 m Luas Penampang = b x h = 5,84 x 0 = 0 m2 Penampang Basah saluran (P) = h + (2 x b) = 0 + (2 x 5,84) = 11,68 m Jari jari hidrolis penampang saluran (R) = = = 0 m T = b =5,84 m Perhitungan kedalaman normal (hn) : Rumus manning : Dengan intensitas hujan (I) menggunakan rumus mononobe seperti berikut ini : Sehingga dari perhitungan tersebut dapat digunakan dalam perhitungan debit rencana : Tabel 10 Perhitungan Debit Untuk perhitungan selanjutnya dilakukan dengan cara coba coba untuk mendapatkan hn dan hc seperti pada Tabel dibawah ini : Tabel 11 Perhitungan hn dengan Cara Coba Coba Tabel 12 Perhitungan hc dengan Cara Coba Coba Sehingga didapat debit sebesar 4,94 m3/dt 3.1. 8 Perhitungan Debit Rencana Saluran Primer Segoromadu 3 Dari Tabel 11 dan Tabel 12 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai h n = 0,48 m dan nilai h c = 0,41 m. Contoh perhitungan dengan tinggi muka air sebesar 1,04 m yang terjadi di hilir adalah :

5 A = b x h = 5.84 m x 1.04 = 6.073 m 2 P = b + (2 x h) = 5.84 + (2 x 1.04) = 12.72 m R = Tabel 14 Perhitungan Debit Banjir Gabungan V = E = ΔE = selisih nilai E= 0 Se = Sert = = 0 ΔX = = 0 Untuk perhitungan analisa muka air saluran primer Segoromadu 2 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini : Tabel 13 Perhitungan Profil Air Balik 3.1.8.2 Analisa Muka Air Saluran Primer Segoromadu 3 Perhitungan untuk analisa muka air pada saluran ini sama dengan perhitungan sebelumnya. Dan didapatkan hasil hn = 1,2 m ;hc = 0,9 m dan h=1,4m. sehingga dapat disimpulkan bahwa saluran ini mengalami air balik(back water). 3.1.8.3 Perhitungan Elevasi Saluran Tersier Varia Usaha Beton Selatan Dalam kondisi eksisting saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan ini telah mempunyai elevasi, tetapi elevasi tersebut jika arah alirannya dialirkan sampai ke saluran primer Segoromadu 3. Sedangkan dalam Tugas Akhir ini arah aliran tersebut dirubah ke saluran primer Segoromadu 2, sehingga mempunyai elevasi baru yang perlu direncanakan. Perhitungan elevasi saluran tersier Varia Usaha Beton selatan ini ditinjau dari hulu saluran primer Segoromadu 2, maka didapatkan data eksisting sebagai berikut : Elevasi dasar saluran = + 4,146 Direncanakan kemiringin saluran (i) = 0,0034 Panjang saluran tersier = 250 m Dari data tersebut didapatkan selisih tinggi :. Sehingga elevasi dasar saluran pada saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan : Elevasi dasar = + 4.146 + 0.85 = +4.996 yang selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk dimensi saluran tersebut. 3.1.8.3 Perhitungan Debit Banjir Rencana Saluran Varia Usaha Beton Selatan Perhitungan debit banjir rencana ini dengan periode ulang 2 tahun karena termasuk saluran tersier. Dalam perhitungan debit banjir rencana : Sehingga didapat debit sebesar 2,15 m3/dt 3.1.8.4 Perencanaan Dimensi Saluran Dari perhitungan sebelumnya telah didapatkan Q hidrologi sebesar = 2,15 m3/dt. Perencanaan ini digunakan dengan rumus manning dan saluran berbentuk segiempat dan menggunakan parameter rencana sebagai berikut : a. b = 2 h b. Kecepatan aliran pada saluran menggunakan rumus c. Koefisien manning = 0,017 d. Kemiringan saluran = 0,0034 Berikut contoh perhitungan dimensi saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan : Qhidrologi = 2,15 m 3 /dt A = b x h = 2h x h = 2 h 2 P = b + (2xh) = 2h + 2h = 4h R = = 0,5 h Direncanakan h = 0,8 m V = = = 1,74 m/dt Qhidrolika = V x A = 1,74 x (2 x (0,8) 2 ) = 2,23 m 3 /dt Didapatkan bahwa Q hidrolika > Qhidrologi, maka rencana b = 2 h dapat dipakai. Sehingga : b = 2 h = 2 x 0,8 = 1,6 m Penampang saluran primer Segoromadu 2 berbentuk tidak beraturan. Karena itu, dilakukan perhitungan rating curve agar dapat mengetahui besarnya debit yang dapat ditampung oleh saluran primer. Perhitungan rating curve dapat dilakukan dengan menggunakan rumus manning : Contoh perhitungan sebagai berikut : h = 0,25 m A = 1,49 m 2 P = 11,94 m R = 0,12 m = 0,8 m/dt Q = V. A = 0,8 x 1,49 = 1,2 m 3 /dt Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :

6 Tabel 15 Rating Curve H A P R V Q 0 0 0 0 0 0 0,26 0,76 6,11 0,12 0,80 0,61 0,69 3,33 6,54 0,51 2,05 6,84 1,13 5,9 6,98 0,85 2,88 16,99 1,67 8,47 7,42 1,14 3,52 29,81 2 11,04 7,85 1,41 4,04 44,65 Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh debit banjir (Q) dari saluran tersier varia usaha beton sebesar 2,15 m 3 /dt dan saluran primer Segoromadu 2 sebesar 4,94 m 3 /dt. Sehingga debit yang mengalir pada saluran primer Segoromadu 2 dengan tambahan catchment area menjadi 2,1 km 2 dan dapat dilihat skema jaringan drainase rencana pada Gambar 6 serta perhitungan debit pada Tabel 16 Gambar 6 Skema Jaringan Drainase Rencana Tabel 17 Perhitungan Debit Gabungan Dilihat dari kapasitas penampang saluran primer Segoromadu 2 yang ditunjukkan dalam Tabel 15, bahwa dengan adanya penambahan debit yang mengalir kapasitas penampang masih memadai untuk ditampung, karena kapasitas maksimun tampungan saluran sebesar : Q = 44,65 m 3 /dt. 4.1.8 Perhitungan Rating Curve Dari perhitungan telah diperoleh kapasitas maksimum dari saluran primer Segoromadu 3 sebesar Q = 3,91 m 3 /dt. Akibat adanya perubahan aliran maka terjadi pengurangan catchment menjadi seluas 0,2 km 2. Sehingga debit banjir yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini : Tabel 19 Perhitungan Debit setelah Pengurangan. 4.1 Kesimpulan - Diketahui tinggi muka air di hilir 1,04m untuk saluran Segoromadu 2 dengan elevasi muka air di hilir + 1,829 dengan dasar saluran +0,789 dan elevasi muka air di hulu +2,044 dengan dasar saluran +1,404 serta ketinggian normal yang terjadi setinggi 0,48m dan ketinggian yang terjadi setinggi 0,64. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi banjir pada saluran Segoromadu 2. Pada saluran drainase primer Segoromadu 3 tinggi muka air 2,04 m dari dasar saluran. Elevasi muka air yang terjadi di hilir saluran berada pada + 4,410 dengan dasar saluran +2,370 dan pada hulu saluran elevasi muka air berada +4,855 dengan dasar saluran +3,455 serta ketinggian normal setinggi 1,2m.sedangkan ketinggian yang terjadi setinggi 1,64, sedangkan ketinggian yang terjadi setinggi 1,64, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi banjir di saluran Segoromadu 3. - Dilihat dari kondisi eksisting, perlu dilakukan penambahan kapasitas pada saluran drainase primer Segoromadu 3. Namun kondisi dilapangan tidak memungkinkan, dikarenakan adanya keterbatasan lahan. Sehingga direncanakan pengalihan buangan dari saluran primer segoromadu 3 ke saluran primer Segoromadu 2. Saluran yang direncanakan pengalihannya adalah saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan. - Elevasi untuk saluran baru yaitu saluran Varia Usaha Beton Selatan adalah +4,996 dengan dimensi yang direncanakan untuk saluran Varia Usaha Beton Selatan menggunakan periode ulang 2 tahun. Sehingga didapat Q = 2,15 m 3 /dt dengan dimensi 0,8 m x 1,6 m. Dengan penambahan debit sebesar 2,15 m 3 /dt dari saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan, kapasitas saluran dari saluran primer Segoromadu 2 masih memenuhi. Saluran primer Segoromadu 3 yang telah mengalami pengurangan area,kapasitas penampangnya memadai. - Saluran drainase primer Segoromadu 2 dan saluran drainase primer Segoromadu 3 terjadi backwater atau air balik akibat pengaruh Kali Lamong. Backwater akibat pengaruh Kali Lamong terjadi sepanjang 176 m untuk saluran drainase Segoromadu 2 dan terjadi sepanjang 98 m untuk saluran drainase Segoromadu 3. Dengan ketinggian rata-rata backwater 0,2 m. DAFTAR PUSTAKA [1] Anggraini, 1995. Hidrolika Saluran Terbuka. Citra Media [2] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Gresik, Laporan Akhir, Mater Plan dan DED Drainase Kota Gresik, 2011. [3] Chow, Ven Te, 1989. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga, Jakarta. [4] Sivanappan, R.K. 1992. Soil and water conservation and water harvesting. English: Madras: Tamil Nadu Social Forestry Project, Indo-Swedish Forestry Coordination Programme. [5] Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid Kesatu. NOVA, Bandung. [6] Sofia F dan Sofyan R, 2006. Modul Drainase. Surabaya [7] Sri Harto, 1993. Analisa Hidrologi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta [8] Suripin, 2004. Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi Offset.