Buletin Vol.6 No.03 - Maret 2016 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR

*

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

MENENTUKAN PELUANG DAN PERIODE ULANG GEMPA DENGAN MAGNITUDE TERTENTU BERDASARKAN MODEL GUTTENBERG - RITCHER

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

KAITAN B VALUE DENGAN MAGNITUDO DAN FREKUENSI GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHUN

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA

STUDI B-VALUE UNTUK ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA GEMPABUMI PERIODE (Studi Kasus: Gorontalo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

PROBABILITAS KEJADIAN GEMPABUMI PADA MASA MENDATANG DI ZONA SESAR SUMATRA

STUDI b-value UNTUK PENGAMATAN SEISMISITAS WILAYAH PULAU JAWA PERIODE

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

STUDI POTENSI SEISMOTEKTONIK SEBAGAI PRECURSOR TINGKAT KEGEMPAAN DI WILAYAH SUMATERA

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

ANALISIS TINGKAT SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI DI SUMATERA BARAT PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

ANALISIS TINGKAT SEISMISITAS DAN TINGKAT KERAPUHAN BATUAN DI MALUKU UTARA ANALYSIS OF SEISMICITY LEVEL AND ROCKS FRAGILITY LEVEL IN NORTH MALUKU

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat

SURVEY DAN ANALISIS SEISMISITAS WILAYAH JAWA TIMUR BERDASARKAN DATA GEMPA BUMI PERIODE SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

KAJIAN AWAL TENTANG b Value GEMPA BUMI DI SUMATRA TAHUN Madlazim Jurusan Fisika FMIPA UNESA

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

STUDI POLA KEGEMPAAN PADA ZONA SUBDUKSI SELATAN JAWA BARAT DENGAN METODE SEGMEN IRISAN VERTIKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KAJIAN SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI DI ACEH

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

Edy Santoso, Sri Widiyantoro, I Nyoman Sukanta Bidang Seismologi Teknik BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat 10720

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Galih & Handayani et al. / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 17 No.2 ( 2007)

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

1. Deskripsi Riset I

Perbandingan Energi Gempa Bumi Utama dan Susulan (Studi Kasus : Gempa Subduksi Pulau Sumatera dan Jawa)

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

PENENTUAN POTENSI GEMPA BUMI MERUSAK BERDASARKAN PARAMETER KEGEMPAAN DI WILAYAH BUSUR BANDA

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic postseismic[andreas, 2005]

RIWAYAT WAKTU PERCEPATAN SINTETIK SUMBER GEMPA SUBDUKSI UNTUK KOTA PADANG DENGAN PERIODE ULANG DESAIN GEMPA 500 TAHUN.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS REKAHAN GEMPA BUMI DAN GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OMORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

STUDI SEISMOTEKTONIK SEBAGAI INDIKATOR POTENSI GEMPABUMI DI WILAYAH INDONESIA

Model Linked Stress Release pada Data Gempa Bumi di Pulau Sumatra

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

PETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

KORELASI ANTARA MAGNITUDO GEMPABUMI LOKAL DENGAN PERIODE DOMINAN GELOMBANG P DI WILAYAH SUMATRA BARAT

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

Transkripsi:

1

2

3

4

TINGKAT AKTIVITAS SEISMIK DAN KERAPUHAN BATUAN 19 SEGMENTASI DI BAWAH DARATAN SUMATERA SEISMIC ACTIVITY AND ROCK FRAGILITY LEVEL ON 19 SEGMENTATION BELOW ISLAND OF SUMATERA Telly Kurniawan 1, Rasmid 2, Retno Yogi 3,Wiko Setyonegoro 4 1,2,4 Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG 3 Balai Besar MKG Wilayah II Jalan Angkasa I No.2 Kemayoran Jakarta Pusat e-mail: 1 tellykurniawan46@gmail.com, 2 rasmid@bmkg.go.id, 3 wiko_setyonegoro@yahoo.co.id ABSTRACT Sumatra has a tectonic system is interesting to be studied, because there is a subduction system that impact below the surface of Sumatra have 19 segments, which extends from Banda Aceh to Sunda Strait. The purpose of this study was to determine value of seismic activity (a) and rock fragility (b) at each segment in extends Sumatra fault by using the method of Gutenberg-Richter at earthquake database BMKG and ISC (International Seismological Center), from 01-01-1964 till 31-05-2012. Based on the results of data processing, Barumun and Aceh Segmen have a value= 4.809 dan 4.770, more high than other segmen, this mean it have the most high seismic activity, while Segments Sumpur and Sianok at West has b values very small than other segmen, are 0.237 and 0.382, this mean its has very small rock fragility level, so have a high elasticity and can save the stress is large, before being released which is manifested as an earthquake. Therefore Segmens Sumpur and Sianok are segmens that need be wary, because the rock in this segmen whenever has earthquake potention with big magnitude. Making at study each the Sumatra segment because this region is megathrust and the surface have some settlement, so expectation after knowing location that have high seismic activity and low rock fragility can be a reference for mitigation purposes at the region. Keywords: Segmentasi, aktivitas seismik, Gutenberg-Richter, valuef of N, a, b, M. ABSTRAK mempunyai sistem tektonik yang menarik untuk dikaji, karena terdapat sistem subduksi yang mengakibatkan dibawah daratan terdapat 19 segmen patahan yang memanjang mulai dari Banda Aceh hingga ke Selat Sunda. Tujuan penelitian ini adalah menentukan nilai aktivitas seismik (a) dan nilai kerapuhan batuan (b) pada setiap segmen sepanjang sesar sumatera, dengan menggunakan metode Gutenberg-Richter pada database gempabumi BMKG dan ISC (International Seismological Center) dari mulai 01-01-1964 sampai 31-05-2012. Berdasarkan hasil pengolahan data, Segmen Barumun dan Segmen Aceh mempunyai nilai a = 4.809 dan 4.770, paling tinggi dibanding segmen lainnya dibawah daratan Sumatra ini, nilai a paling tinggi ini berarti Segmen Barumun dan Segmen Aceh mempunyai tingkat aktifitas seismik paling tinggi, sedangkan Segmen Sumpur dan Sianok di Barat mempunyai nilai b yang rendah yaitu 0.237 dan 0.382. Nilai b terendah ini berarti nilai kerapuhannya paling kecil sehingga mempunyai elastisitas yang cukup tinggi dan mampu menyimpan stress yang besar, sebelum akhirnya dilepaskan sebagai gempabumi. Jadi Segmen Sumpur dan Sianok merupakan segmen yang perlu diwaspadai, karena batuan pada segmen ini bisa sewaktu-waktu mempunyai potensi gempa dengan kekuatan yang sangat besar. Pengambilan lokasi penelitian pada setiap segmen sesar dikarenakan wilayah ini merupakan Megathrust dan dipermukaannya sudah banyak pemukiman, sehingga diharapkan dengan mengetahui lokasi yang mempunyai aktifitas seismik yang tinggi dan nilai kerapuhan batuan yang rendah, dapat dijadikan rujukan untuk keperluan mitigasi diwilayah tersebut. Kata Kunci: Segmentation, seismic activity, Gutenberg-Richter, nilai N, a, b, M. 5

1. PENDAHULUAN a dan b adalah nilai parameter Latar belakang dan konsep penelitian ini diawali Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 3 No.1, Juni 2013 mengenai Kajian Awal Tentang b Value Gempa Bumi Di Tahun 1964-2013. Dalam hasil dan diskusinya, Madlazim menulis, 1 hanya saja dalam penelitian ini tidak dilakukan kajian variasi b value terhadap waktu dan ruang, sehingga tidak dapat diketahui daerah bagian mana yang memiliki b value (nilai kerapuhan batuan) yang rendah (hal 46). Dalam penelusuran yang dilakukan ternyata dalam menentukan b value tidak akan terlepas dari nilai frekuensi (N), nilai aktivitas seismik (a), dan nilai kekuatan gempabumi (M) yang perumusannya ada dalam metoda Gutenberg-Richter. mempunyai tektonik yang cukup menarik, selain ada subduksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia, juga ada sesar geser yang cukup panjang yaitu sepanjang pulau 1,3,8,12,13. Sehingga dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah ingin mengetahui, nilai aktivitas seismik (a) dan b-value atau nilai b pada 19 segmen sesar dengan terlebih dahulu mencari frekuensi gempa pada database gempa yang dijadikan acuan, tujuan penerapan akhir dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui dibawah daratan sumatera bagian mana yang memiliki nilai a yang tinggi dan nilai b yang rendah. Penentuan nilai a dan nilai b itu sendiri dapat diketahui bermula dari perumusan Gutenberg-Richter. Dalam teorinya nilai a dan nilai b dapat ditentukan dengan menggunakan metoda Gutenberg-Richter. Dalam seismologi, hukum Gutenberg-Richter adalah suatu hukum yang mengungkapkan hubungan antara frekuensi (jumlah kejadian) gempa bumi dengan besaran atau kekuatan gempa tertentu dalam periode wilayah dan waktu tertentu yang dirumuskan sebagai berikut 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14. Atau Hubungan ini pertama kali dikembangkan oleh Charles Francis Richter dan Beno Gutenberg (1964). Pada penerapannya nilai a dan b ini bervariasi, sehingga referensi lain menyebutkan dengan detail definisi hubungan Gutenberg Richter. Afifi Mutiarani, Madlazim, Tjipto Prastowo menulis, 2 Dalam Parameter seismo-tektonik suatu wilayah dapat diketahui dari relasi Gutenberg-Richter, yaitu log N = a bm, di mana N adalah frekuensi gempa, M adalah magnitudo gempa, nilai a merupakan tingkat seismisitas suatu wilayah dan nilai b merupakan tingkat kerapuhan batuan. Dari definisi ini, nilai b yang rendah menunjukkan nilai kerapuhan batuan yang rendah, yang berarti batuan tersebut memiliki elastisitas yang tinggi dan mampu menyimpan stress yang besar. Dengan stress yang besar, maka ketika ada penjalaran getaran gelombang pada batuan tersebut sewaktu-waktu dengan energi yang penuh terakumulasi dan tidak dapat menahan stress lagi maka pada batuan tersebut akan terjadi ledakan yang sangat besar. Dari kondisi pengaruh nilai b yang rendah maka perlu dilakukan penelitian lokasi mana yang mempunyai nilai b yang rendah, karena pada lokasi ini mempunyai high probability yang sewaktu-waktu dapat terjadi gempa besar, dengan dicirikan nilai kerapuhan batuannya rendah. 3 Parameter a menunjukkan tingkat aktivitas seismik di suatu daerah yang sedang diamati, dan nilai ini tergantung dari : Periode pengamatan, Luas daerah pengamatan, Seismisitas di daerah tersebut. Makin besar nilai a di suatu daerah berarti daerah tersebut memiliki aktivitas seismik yang tinggi, sebaliknya untuk nilai a yang kecil berarti aktivitas seismiknya rendah. Secara matematik, parameter b menunjukkan gradien dari persamaan linier hubungan frekuensi dan magnitudo. Dimana: N adalah jumlah kejadian (frekuensi) yang memiliki kekuatan tertentu M adalah nilai kekuatan gempa 6

Dilihat dari persamaannya nilai b berbanding terbalik dengan nilai M, sementara M merupakan nilai kekuatan gempa yang terjadi pada batuan, yang sedang diamati, dimana terjadi gempa bumi dengan magnitudo tertentu sehingga tergantung dari sifat batuan setempat, maka dari itu nilai b merupakan parameter tektonik yang menunjukkan tingkat kerapuhan batuan suatu wilayah. dan sebaliknya untuk magnitude kecil, gempa pada nilai b yang tinggi mempunyai frekuensi yang besar (gambar 1). Parameter b merupakan parameter tektonik yang menunjukkan jumlah relatif dari getaran yang kecil hingga besar dan secara teoritis tidak bergantung pada periode pengamatan, tetapi hanya bergantung pada sifat tektonik dari gempabumi sehingga dapat dianggap sebagai suatu parameter karakteristik suatu gempabumi untuk daerah tektonik aktif 4,7. Beberapa ahli mengatakan bahwa nilai b ini konstan dan bernilai sekitar -1 s/d 1. Meskipun demikian sebagain besar ahli berpendapat bahwa nilai b ini bervariasi terhadap daerah dan kedalaman fokus gempa, serta bergantung pada keheterogenan dan distribusi ruang stress dari volume batuan yang menjadi sumber gempa 4,7. Menurut para ahli parameter fundamental yang mempengaruhi besar kecilnya nilai b adalah akumulasi stress (tegangan) yang bekerja pada batuan. Nilai b rendah berasosiasi dengan stress tinggi, begitu pula sebaliknya, nilai b tinggi berasosiasi dengan stress yang rendah. (Scholz, 1968) 6,7,8,9,10,14. Gambar 1. Contoh grafik Hubungan antara nilai N, M, a dan b. Sesar Sumatra yang membelah Pulau sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan arah tumbukan 10 N-7 S. Sedikitnya terdapat 19 segmen dengan panjang masing-masing segmen berkisar 60-200 kilometer (gambar 2) 13. Kedalaman dimana tempat terjadinya gempabumi itulah yang mencerminkan karakteristik batuan tersebut 14. Penggunaan metoda Gutenberg-Richter pada data gempabumi menggunakan data statistik, karena data gempabumi yang digunakan adalah nilai magnitude dengan nilai kedalaman gempa yang bervariasi dengan rentang waktu yang lama, sehingga statistik merupakan hal penting yang dilakukan penelitian ini 9,10. Secara grafik dapat ditunjukkan salah satu contoh hubungan antara nilai N, M, a dan b. Dari grafik menunjukkan nilai M pada koordinat X, dan Nilai N pada koordinat Y, sedangkan nilai b, adalah bulatan kecil yang menunjukan kejadian gempa dengan magnitude M dan frekuensi N, dan a adalah nilai titik pertemuan dengan nilai b, terlihat bahwa untuk magnitude besar, nilai b mempunyai frekuensi yang kecil, Gambar 2. Segmentasi Sesar 13. 7

Pulau memiliki tatanan tektonik yang unik. Di sebelah barat Pulau membentang zona subduksi yang sejajar dengan garis pantai. Sementara di darat membentang sesar yang membelah Pulau menjadi dua dari teluk Andaman di ujung utara sampai teluk Semangko di ujung selatan yang sejajar dengan kelurusan zona subduksi 11,12,13,14. Berikut lokasi segmen tersebut 13 : 1. Segmen Seulimeum Panjang : 122.220875 km Lokasi : 05.900 LU - 05.001 LU 95.315 BT - 95.948 BT 2. Segmen Aceh Panjang : 229.226562 km Lokasi : 05.754 LU - 04.400 LU 95.044 BT - 96.598 BT 3. Segmen Tripa Panjang : 182.810087 km Lokasi : 04.400 LU - 03.400 LU 96.594 BT - 97.899 BT 4. Segmen Renun Panjang : 214.68991 km Lokasi : 03.499 LU - 02.000 LU 97.782 BT - 98.998 BT 5. Segmen Angkola Panjang : 185.818202 km Lokasi : 01.800 LU - 00.408 LU 99.055 BT - 99.921 BT 6. Segmen Toru Panjang : 108.198725 km Lokasi : 2.000 LU - 01.200 LU 98.966 BT - 99.520 BT 7. Segmen Barumun Panjang : 123.805445 km Lokasi : 01.200 LU - 0.301 LU 99.520 BT - 100.136 BT 8. Segmen Sempur Panjang : 36.683439 km Lokasi : 0.300 LU - 0.000 LU 100.105 BT - 100.241 BT 9. Segmen Sianok Panjang : 107.654164 km Lokasi : 0.103 LU - 0.700 LS 100.074 BT - 100.615 BT 10. Segmen Sumani Panjang : 65.001669 km Lokasi : 0.500 LS - 1.001 LS 100.443 BT - 100.745 BT 11. Segmen Suliti Panjang : 105.650525 km Lokasi : 0.980 LS - 1.748 LS 100.686 BT - 101.246 BT 12. Segmen Siulak Panjang : 79.657784 km Lokasi : 1.688 LS - 2.250 LS 101.155 BT 101.599 BT 13. Segmen Dikit Panjang : 66.19067 km Lokasi : 2.291 LS 2.748 LS 101.502 BT - 101.882 BT 14. Segmen Ketaun Panjang : 90.19138 km Lokasi : 2.748 LS 3.350 LS 101.916 BT - 102.460 BT 15. Segmen Musi Panjang : 56.713507 km Lokasi : 3.250 LS 3.664 LS 102.303 BT - 102.602 BT 16. Segmen Manna Panjang : 95.558232 km Lokasi : 3.755 LS 4.350 LS 102.642 BT - 103.262 BT 17. Segmen Kumering Panjang : 163.470483 km Lokasi : 4.284 LS 5.294 LS 103.347 BT - 104.416 BT 18. Segmen Semangko Panjang : 90.197598 km Lokasi : 5.250 LS - 5.900 LS 104.278 BT - 104.763 BT 19. Segmen Sunda Panjang : 95.738716 km Lokasi : 5.900 LS - 6.749 LS 104.755 BT 104.901 BT Berdasarkan lokasi permukaannya, segmensegmen tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Lokasi Permukaan Segmen 13. No Lokasi Permukaan Segmen 1 NAD Seulimeum 2 NAD Aceh 3 NAD Tripa 4 Utara Renun 5 Utara Angkola 6 Utara Toru 7 Utara Barumun 8 Barat Sumpur 9 Barat Sianok 10 Barat Sumani 11 Barat Suliti 12 Jambi Siulak 13 Jambi Dikit 14 Jambi Ketaun 15 Palembang Musi 16 Bengkulu Manna 8

17 Lampung Kumering 18 Lampung Semangko 19 Selat Sunda Sunda 2. METODE PENELITIAN Tahap inti dalam pengolahan data meliputi : a. Mencari data gempa sesuai dengan koordinat lokasi penelitian segmen di sepanjang sesar sumatera b. Seleksi data dan penyeragaman magnitude menjadi moment magnitude (Mw). c. Decluster katalog untuk menghilangkan gempa susulan. d. Perhitungan nilai-a, nilai-b e. Membuat peta nilai a dan nilai b Setelah seleksi data dan decluster catalog pada lokasi penelitian, maka perhitungan pertama adalah menentukan variasi semua nilai b dalam batas koordinat penelitian yang digunakan, nilai b ini dapat ditentukan dengan metode leastsquare atau maksimum likelihood. Metode maksimum likelihood menggunakan persamaan yang diberikan Utsu (1967) yaitu: Dimana adalah magnitude rata-rata dan Mmin adalah magnitude minimum. Dengan standar deviasi dihitung menggunakan formula dari Shi dan Bold (1982) sebagai berikut : Adapun Seismisitas untuk wilayah bagian barat seperti pada gambar 3 yang merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan metoda Gutenberg-Richter, dengan memasukkan nilai b yang diperoleh dari persamaan Utsu. Database yang tersedia pada pengolahan data adalah mulai 01-01-1964 s/d 30-11-2012 dan jumlah total data gempabumi yang tersedia dan dapat diakses sampai dengan 11083 data dengan range magnitude 1.68 9.9 dengan kedalaman 0 60 km, database pada kedua situs ini memiliki panjang data yang cukup baik untuk dapat dilakukannya pengolahan secara statistik. Sedangkan secara deskriptif tahap pengolahan data dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pilih database yang ingin diteliti, dengan mengacu pada kebutuhan baik range perode, jumlah gempa dan update terakhir, pada tulisan ini menggunakan database BMKG & ISC. 2. Setelah memilih data base BMKG & ISC, melakukan setting parameter. 3. Menentukan range waktu gempa yang diinginkan, dalam penelitian ini, diambil semua range gempa yang ada, agar data statistik menjadi maksimal dengan tujuan data hasil penelitian lebih akurat 4. Menentukan koordinat lokasi penelitian, dalam tulisan ini kita mengganti koordinat sesuai koordinat setiap segmentasi sesar sumatera yang ingin diteliti. 5. Memasukkan nilai kedalaman gempa, dalam tulisan ini diambil semua data gempa dengan semua kedalaman dari 0-60 km (kategori gempa dangkal), dan tidak pernah berubah untuk semua segmen, pengambilan data untuk kejadian gempa dengan kedalaman sumber gempa 0-60 km dengan tujuan agar diperoleh data nilai aktivitas seismic dan data nilai karakter batuan yang mendekati dengan lokasi kedalaman segmen tersebut, selain itu dengan data kedalaman sumber gempa yang masuk kategori dangkal yang mempunyai potensi bahaya yang besar dapat menjadi nilai acuan dalam rangka mitigasi daerah tersebut. 6. Memasukkan nilai magnitudo gempa, dalam tulisan ini diambil semua data gempa dengan semua magnitudo dari 1.68-9.9 SR., dan tidak pernah berubah untuk semua segmen, dengan tujuan agar data lengkap dan dapat dibandingkan hasilnya untuk semua segmen. 7. Seleksi data dan penyeragaman magnitude menjadi moment magnitude (Mw). 8. Decluster katalog untuk menghilangkan gempa susulan 9. Setelah itu mulai melakukan pengolahan data, pertama mencari nilai N dengan Plot Hypo 10. Perhitungan nilai-a, nilai-b 11. Membuat peta nilai a dan nilai b 12. Setelah diperoleh nilai N, a dan b. Lakukan pengolahan kembali untuk segmen yang lain dengan koordinat yang berbeda, dengan nilai range magnitude dan kedalaman yang sama. 9

Secara Diagram alur metoda pengolahan data adalah sebagai berikut: START 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengolahan data dengan metoda yang telah dilakukan, secara keseluruhan data seismisitas pulau sumatera dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini: Open Katalog Gempabumi BMKG & ISC dari tahun 1964-2012 Setting parameter Lokasi big potensi gempa bumi selanjutnya Menentukan range waktu penelitian (01-01-1964 s/d 30-11-2012) Menentukan daerah penelitian berdasarkan koordinat lintang dan bujur Menentukan range kedalaman Gempa yang akan di amati (h=60 km) Menentukan besarnya magnitudo yang akan diamati (M=1.68-9.9 SR) Seleksi data dan penyeragaman magnitude Menghitung jumlah kejadian gempa = N (plot Hyposenter) setiap segmen Menghitung parameter a dan b value (plot M-F) setiap segmen Membuat peta nilai a dan nilai b Hasil STOP Gambar 3. Diagram alur penelitian. Gambar 4. Seismisitas di dari 1964-2012 (sumber data BMKG & ISC) Lokasi gap (celah kosong) yang terlihat pada gambar diatas merupakan lokasi yang harus diwaspadai karena lokasi tersebut mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi, karena energi yang ada dalam segmen tersebut masih menahan dan menumpukkan energi yang suatu saat akan meledak dan perlu penelitian lebih lanjut kapan waktu akan terjadinya, berdasarkan koordinat lokasi gap tersebut berada pada kisaran koordinat 99-100 BT dan 0.3 LU-0.7 LS, yaitu berada pada kisaran lokasi segmen Sempur, Sianok dan segmen terdekat disebelahnya. Hasil pengolahan Seismisitas selanjutnya adalah ingin menunjukan secara detail lokasi gap diatas yang perlu diwaspadai itu ada pada segmen mana, dengan mencari nilai akivitas seismik dan karakter batuan pada setiap segmen maka dapat diketahui segmen-segmen yang perlu diwasapadai, dan ternyata terdapat kecocokkan dengan nilai karakter batuan pada segmensegmen tersebut yang mempunyai nilai kerapuhan batuan yang rendah, yang artinya 10

dapat menyimpan stress dan suatu saat dapat menimbulkan potensi besar gempa bumi. Hasil akhir pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem validasi antara sumber dan pengolahan data secara online menggunakan sumber data gempa bumi dari ISC, yang divalidasi dengan sumber dan pengolahan data secara manual dengan sumber data gempa bumi dari BMKG. Secara detail hasil pengolahan data per segmen disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini: Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Segmen Lokasi Permukaan Segmen N a B NAD Seulimeum 21 4.187 0.899 NAD Aceh 294 4,770 0,772 NAD Tripa 58 3.549 0.659 Utara Renun 91 3.509 0.608 Utara Angkola 59 4.228 0.807 Utara Toru 60 3.963 0.747 Utara Barumun 64 4.809 0.930 Barat Sumpur 43 2.468 0.237 Barat Sianok 17 1.681 0.382 Barat Sumani 8 2.729 0.668 Barat Suliti 22 4.183 0.893 Jambi Siulak 6 2.131 0.566 Jambi Dikit 21 3.364 0.715 Jambi Ketaun 32 3.302 0.662 Palembang Musi 54 4.45 0.58 Bengkulu Manna 79 3.527 0.626 Lampung Kumering 74 3.822 0.696 Lampung Semangko 55 3.159 0.580 Selat Sunda Sunda 41 3.154 0.607 kejadian gempa yang lebih banyak, meskipun hanya gempa-gempa kecil. Segmen Sumpur dan Sianok mempunyai nilai b yang paling kecil, Sesuai dengan definisi, bahwa nilai b hanya menunjukkan nilai karakter kerapuhan batuan daerah tersebut. Berdasarkan data tersebut, segmen Sumpur dan Sianok mempunyai nilai b yang kecil dibandingkan dengan segmen lainnya di, ini menunjukan bahwa batuan di kedua segmen tersebut tingkat elastisitasnya cukup tinggi, jadi segmen ini masih mampu menahan stress yang bekerja pada sgmen tersebut. Tingkat keelastisan dari kedua segmen tersebut dibuktikan dengan adanya seismik gap seperti terdapat pada gambar 4 sebelumnya. Berdasarkan peta seismisitas (gambar 4), terlihat jelas bahwa pada kedua segmen tersebut kejadian atau event gempa jarang terjadi, ini mengindikasikan bahwa batuan tersebut masih dapat menahan stress yang datang dari luar. Akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah wilayah yang mempunyai seismic gap seperti ini, karena jika batuan nya tidak mampu menahan stress lagi, maka batuan batuan tersebut akan patah dan menimbulkan gempabumi yang cukup besar. Berdasarkan definisi diatas bahwa batuan yang mempunyai nilai b yang kecil, batuan tersebut mempunyai kerapuhan yang kecil atau elastisitas yang tinggi, karena batuan yang mempunyai elastisitas yang tinggi berarti punya kempuan menahan dan menyimpan energi yang datang pada batuan tersebut sampai batas elastisitasnya yang maksimum. dan jika ada energi lagi yang datang pada batuan tersebut dan sudah tidak mampu lagi menahan stress, maka akan batuan tersebut akan patah yang dimanifestasikan dalam bentuk gempabumi. Sehingga Segmen Sumpur dan Sianok merupakan segmen yang perlu diwaspadai karena mempunyai nilai kerapuhan batuan (b) yang paling kecil dibandingkan dengan segmen lainnya dibawah permukaan ini. Dari tabel terlihat jelas kalau Segmen Barumundan Segmen Aceh mempunyai nilai frekuensi (N) dan aktivitas seismik (a) yang tinggi, ini memang sesuai dengan teori dan perumusan metoda Gutenberg Richter, bahwa N a, artinya Segmen yang mempunyai frekuensi gempa yang tinggi, mempunyai nilai a yang besar, karena aktivitas seismik yang tinggi menyebabkan lokasi tersebut mengalami Segmen Barumun dan Aceh bisa lebih berbahaya jika mempunyai nilai b seperti Segmen Sianok atau Segmen Sumpur, karena aktivitas seismik yang tinggi yang dimiliki Segmen Barumun dan Aceh yang mempunyai frekuensi aktivitas seismik yang tinggi bisa lebih mempercepat akumulasi energi yang besar yang terjadi pada batuan yang mempunyai kerapuhan kecil sehingga dapat mempercepat juga 11

membuat daerah tersebut lebih rawan terjadinya gempa yang sangat besar. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa, kesimpulan yang dapat diambil adalah sbb : 1. Setiap segmen pada sesar sumatera mempunyai tingkat aktivitas seismik dan karakter batuan yang berbeda 2. Jumlah frekuensi gempa yang besar pada suatu segmen menunjukkan bahwa segmen tersebut mempunyai nilai aktivitas seismik yang tinggi, artinya kegiatan aktivitas gesekan lempeng-lempeng dibawahnya sangat aktif dan sering terjadi sehingga frekuensinya terjadinya gempa bumi sangat tinggi. 3. Nilai b yang rendah seperti pada segmen Sianok dan Sumpur menunjukkan bahwa segmen tersebut mempunyai karakter batuan yang mempunyai elastisitas batuan yang cukup tinggi, sehingga ketika ada stress bekerja pada batuan tersebut, tidak langsung dilepaskan tetapi disimpan dulu stress tersebut, sampai batas batuan tersebut tidak dapat menampung lagi stress. Ini di indikasikan dengan adanya seismic gap. Karakter batuan jenis ini adalah menghasilkan gempa-gempa yang cukup besar tetapi frekuensi gempanya kecil/sedikit. Segmen berjenis seperti inilah yang perlu diwaspadai untuk keperluan mitigasi. Perlu dipersiapkan sarana dan prasarana untuk kepentingan mitigasi bencana. SARAN base gempa lain yang lebih lengkap agar mengetahui hubungan yang lebih akurat antara setiap parameter khususnya nilai parameter b yang merupakan karakteristik batuan. 3. Dengan banyak data mengetahui distribusi nilai aktifitas seismik dan nilai parameter karakteristik batuan bisa memungkinkan untuk menjadi data prekursor suatu wilayah, sehingga dapat menjadi mitigasi kejadian gempa yang besar. 4. Pengambilan data sebanyak-banyaknya, karena semakin banyak data yang diambil, maka hasil yang didapatkan memiliki peluang lebih baik dan akurat. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada BMKG serta ISC atas tersedianya data gempabumi yang telah digunakan dalam penelitian ini. Terima kasih kepada rekan-rekan Puslitbang BMKG yang sudah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan turut serta dalam penulisan karya ilmiah ini, dan juga kepada Bapak Prof. Dr. Edi Prasetyo Utomo yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1.Madlazim, 2013. Kajian Awal Tentang b- Value Gempa Bumi Di 1964-2013. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 3 No 1, Juni 2013 ISSN: 2087-9946 Madlazim 41. 1. Segmen Sianok dan Sumpur merupakan Segmen yang memerlukan penelitian lebih lanjut, karean sesudah mengetahui di kedua Segmen tersebut ini mempunyai potensi gempa yang sangat besar, maka perlu diteliti mengenai perioda ulang gempa-gempa yang besar serta merusak yang menimbulkan korban jiwa dalam rangka mitigasi tersebut. 2. Bagi para peneliti yang akan mengembangkan metoda ini, pengolahan hasil data pada wilayah penelitian masih dapat diperluas, karena masih banyak data-data yang belum diolah agar hasil analisa menjadi lebih akurat, saran dalam penelitian selanjutnya adalah perbandingan dengan banyak metode dan sumber data 2.Afifi Mutiarani, Madlazim, Tjipto Prastowo, 2013, Studi b-value Untuk Pengamatan Seismisitas Wilayah Pulau jawa Periode 1964-2012 Vol 2, No 2, (2013) 3.Abdillah, 2010, Analisis Keaktifan dan Resiko Gempa Bumi pada Zona Subduksi Daerah Pulau dan Sekitarnya dengan Metode LeastSquare. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 4.Cindika Pandaini Pertiwi, 2010, Analisis Peluang Terjadinya gempa Bumi dengan metode likelihood untuk daerah papua dan sekitarnya (table 1). 12

5.Noor Hidaya R, Madlazim., 2014. Hubungan b- Value Dengan Frekuensi Kejadian Dan Magnitudo Gempa Bumi Menggunakan Metode Gutenberg-Richter Di Sulawesi Tengah Periode 2008-2014. (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inov asi-fisika-indonesia/issue/view/690 (volume 3 Nomer 02 2014) 6.Wieke Pratiwi, Supriyanto Rohadi, Andri Dian Nugraha, 2012. Analisis Korelasi Variasi Spasial dan Temporal b-value Terhadap Stress, Seismisitas, dan Tektonik Studi Kasus : Pulau Bali, Lombok, dan Sumbawa. J. Geofisika Vol. 13 No. 2/2012. (http://hub.hagi.or.id/wpcontent/uploads/emember/downloads/geof isika-vol13-e2/id_vol_13_n2_2012_52-58.pdf Masa Mendatang Di Zona Sesar. Seminar Nasional Statistika dalam Managemen Kebencanaan, Fakultas MIPA, UII Yogyakarta, 15 Juni 2013 13.Danny Hilman Natawidjaja, 2007, Gempabumi dan Tsunami di Sumatra dan Upaya Untuk Mengembangkan Lingkungan Hidup Yang Aman Dari Bencana Alam) 14.Unified scaling law for earthquakes, Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, (Sumber:http://www.pnas.org/content/99/s uppl_1/2509/f2.expansion.html, diakses 21 Januari 2015). 7.Rohadi, S. 2009. Studi Seismotektonik Sebagai Indikator Potensi Gempa Bumi di Wilayah Indonesia. Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Jakarta. 8.Supriyanto Rohadi, Hendra Grandis, Mezak A. Ratag, 2008. Studi Potensi Seismotektonik Sebagai Prekursor Tingkat Kegempaan Di Wilayah (JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, Vol. 9 No.2 November 2008 : 101 108) 9.Boko Nurdiyanto, Bambang Sunardi, Hastuadi Harsa, Drajat Ngadmanto, Pupung Susilanto, Supriyanto Rohadi, Noor Efendi, Jimmi Nugraha, Guswanto, Dyah Lukita Sari, 2010, Laporan Akhir Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika Dalam Usaha Prediktabilitas Gempa Bumi Program Insinas Kemenristek 10.Sunar i - 2009. Analisa Fraktal Dan Rasio Slip Daerah Bali-NTB Berdasarkan Pemetaan Variasi Parameter Tektonik (puslitbang.bmkg.go.id/jmg/index.php/jm G/article/download/33/28) 11.Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (http://www.pnas.org/content/99/suppl_1/ 2509/F2.expansion.html, diakses 18 November 2014 ) 12.Restu Faizah, Amrul Wahdi Habib, Widodo, 2013, Probabilitas Kejadian Gempabumi Pada 13