IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : Maizir. Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang. Abstrak

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

STRATEGI PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DI DAS SUNGAI NANGKA, LOMBOK TIMUR (227A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

Pra Bencana Saat Bencana Pasca Bencana

BAB III LANDASAN TEORI

JENIS DAN RAGAM KERUSAKAN SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BANDAR LAWEH KABUPATEN SOLOK ABSTRAK

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

ALIRAN DEBRIS & LAHAR

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

Abstract. misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

Transkripsi:

VOLUME 9 NO.2, OKTOBER 2013 IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS Farah Sahara 1, Bambang Istijono 2, dan Sunaryo 3 ABSTRAK Banjir bandang yang telah melanda kota Padang pada hari Selasa tanggal 24 Juli 2012 dan hari Rabu tanggal 12 September 2012 telah menimbulkan kerusakan di sekitar aliran sungai, seperti: rumah, jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Salah satu sungai yang mengalami kerusakan akibat banjir bandang tersebut adalah Sub DAS Limau Manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan alur dan dasar Sub Das Limau Manis akibat terjadinya banjir bandang pada hari Selasa Tanggal 24 Juli 2012. Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Limau Manis. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan pengambilan dokumentasi foto kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012, peta hasil survey hulu Sub DAS Limau Manis.. Survei dilakukan saat banjir bandang telah terjadi. Pengukuran Identifikasi kerusakan alur dan dasar Sub DAS Limau Manis dilakukan dengan cara mengidentifikasi apa-apa saja kerusakan yang terjadi akibat banjir badang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 3 koordinat titik longsoran di Sub DAS Limau Manis yaitu pada koordinat S 00052 44,4 E 100028 58,2 ; koordinat S 00051 47,9 E 100030 13,9 dan koordinat S 00051 32,2 E 100029 27,7. Salah satu Solusi untuk pengendalian/ penanganan banjir bandang diusulkan menggunakan bangunan pengendali sedimen. Kata kunci : Banjir Bandang, Identifikasi Kerusakan, Koordinat Longsoran. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alih fungsi lahan yang terjadi di daerah sekitar DAS yang semula sebagai daerah resapan air berubah menjadi kawasan permukiman, perdagangan, perkebunan. Hal inilah yang terjadi di Sub. Das Limau Manis. Sehingga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya banjir bandang. Pada umumnya, banjir bandang disebabkan oleh hujan lebat, rusak/pecahnya tanggul. Banjir bandang dapat mengangkut bebatuan, lumpur yang dierosinya dari tebing maupun deposit sedimen pada dasar alur dan debris lain seperti: batang pepohonan yang tercabut, dan akan menyapu daerah yang dilandanya. Banjir bandang yang terjadi dapat merusak lahan pertanian, menghancurkan jembatan dan rumah-rumah bahkan sering menimbulkan korban jiwa. (Kodoatie, 2002). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu kajian (studi) sebagai usaha untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan terjadinya banjir bandang. Kajian yang dilakukan adalah mengidentifikasi kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis. Kajian tentang identifikasi kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub 1 Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, Fsahara98@yahoo.com 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, bistijono1452@yahoo.co.id 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas,sunaryo@ft.unand.ac.id 72

Farah Sahara, Bambang Istijonodan Sunaryo DAS Limau Manis tersebut adalah salah satu cara untuk mengetahui kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis sehingga dapat dibuat rencana penanganan yang dapat mengurangi dan mereduksi akibat-akibat yang ditimbulkan kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis. 1.2. Batasan Masalah Adapun yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Identifikasi kerusakan alur dan dasar Sub DAS Limau Manis akibat terjadinya banjir bandang dengan cara mengumpulkan data tentang kondisi Sub DAS Limau Manis. 2. Menyandingkan hasil investigasi yang dilakukan dengan hasil investigasi Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar. 3. Lokasi penelitian di bagian hulu Sub DAS Limau Manis. 2. TINJAUAN PUSTAKA Banjir bandang merupakan penggenangan akibat limpasan ke luar alur sungai. Karena debit sungai yang membesar secara tiba-tiba dan melampaui kapasitas aliran dan terjadi dengan cepat yang melanda daerah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan biasanya membawa debris dalam alirannya (Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang, 2012). Adapun tinggi permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3-6 meter. Banjir bandang dapat membawa debris dan sangat berbahaya yang akan melanda hampir semua yang dilewatinya. Banjir bandang tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas curah hujan yang terjadi, rusak atau pecahnya tanggul,tetapi juga dipengaruhi oleh faktor topografi dan geologi seperti tutupan vegetasi yang ada di lokasi tersebut. (Sosrodarsono, 1994). 2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Longsoran Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan (Suripin, 2004). Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah, sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah/batuan. Menurut Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang (2012) Faktor yang mempengaruhi proses gerakan massa tanah/longsoran adalah: Faktor topografi dan geologi. 3. METODOLOGI PENELITIAN a. Studi pendahuluan b. Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dibagi atas dua data yaitu : 1. Data primer yaitu : Dokumentasi foto kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis. 2. Data sekunder yaitu: Dokumentasi foto kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis sumber foto Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar dan Peta hasil Survey hulu Sub DAS Limau Manis sumber peta Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar. c. Pengolahan Data Dari data primer dan data sekunder yang diperoleh kemudian diidentifikasi kerusakan alur dan dasar Batang Kuranji akibat terjadinya banjir bandang pada hari Selasa tanggal 24 Juli 2012 VOLUME 9 NO. 2, OKTOBER 2013 73

Identifikasi Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Bagian Hulu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Limau Manis Setelah itu, menyandingkan hasil investigasi yang dilakukan,dengan hasil investigasi yang telah dilakukan oleh Tim Sekber Pecinta Alam Sumatera Barat d. Kesimpulan dan Saran. Secara skematis alur tahapan penelitian dan urutan-urutan dapat ditunjukan oleh flow chart di bawah ini: Studi Pustaka / Studi Pendahuluan Pengumpulan Data Primer dan Data sekunder Data primer: Dokumentasi foto kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis. Data sekunder: Dokumentasi foto kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub DAS Limau Manis sumber foto Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar. Peta hasil Survey hulu Sub. DAS Limau MANIS sumber peta Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar. Analisa Dan Pembahasan: 1. Identifikasi kerusakan alur dan dasar Sub.DAS Limau Manis akibat terjadinya banjir bandang pada hari Selasa tanggal 24 Juli 2012 dengan cara survey langsung ke lokasi bagian hulu Sub DAS Limau Manis 2. Menyandingkan hasil investigasi yang dilakukan dengan hasil investigasi Tim Sekber Pecinta Alam Sumatera Barat, Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3.1 Skematis Alur tahapan penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Identifikasi Kerusakan Akibat Banjir Bandang 24 Juli 2012 di Bagian Hulu Sub Das Limau Manis. Peta di bawah ini adalah peta yang menunjukkan lokasi longoran di bagian hulu sub das limau manis. Dari hasil pengamatan di lapangan pasca terjadinya banjir bandang, ternyata kondisi sungai di Sub. Das Limau Manis akibat terjadinya banjir bandang adalah: 74 JURNAL REKAYASA SIPIL

Farah Sahara, Bambang Istijonodann Sunaryo Gambar.4.1 Peta Lokasi Longsoran di Sub. DAS Limau Manis. Sumber: Tim Sekber Pecinta Alam Sumatera Barat (2012) a. Kondisi sungai pada koordinat titik S 00o 52 44.4 E100o28 58.2, ternyata masih adanya longsoran tebing bukit di sebelah kanan sungai (sisi selatan ) yang masih berpotensi untuk longsor kembali dengann ketinggian tebing ±15 meter dan tidak adanya kayu besar yang melintang pada aliran sungai. Gambar 4.2 Kondisi Sungai Pada Koordinat Titik S 00o 52 44.4 E100o28 58.2 Sumber: Hasil analisa data (2013) b. Kondisi sungai pada koordinat titik S 000 51 47,9 E 100O30 13,9 ternyata terjadi longsoran punggungan bukit di sebelah Kiri ( Utara) yang masih berpotensi untuk lonsor yang mana masih di temukan keretakan, beserta adanya kayu besar dan batu besar yang berada dipinggir tebing dengan kondisi tergantung, sewaktu waktu bisa tumbang dan menutupi aliran sungai. VOLUME 9 NO. 2, OKTOBER 2013 75

Identifikasi Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Bagian Hulu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Limau Manis Gambar 4.3 Kondisi Sungai Pada Koordinat Titik S 000 51 47,9 E100O 30 13,9 Sumber: Hasil analisa data (2013) c. Kondisi sungai pada koordinat titik S 00o 51 32.2 E100o29 27,7 ternyata longsoran tebing pada sisi sungai sebelah kiri (utara) yang masih mengalami keretakan dan berpotensi untuk longsor kembali. Gambar 4.4 Kondisi Sungai Pada Koordinat Titik S 00o 51 32.2 E100o29 27,7. Sumber: Hasil analisa data (2013) Selain itu, dari hasil pengamatan di lokasi sungai Sub.Das Limau Manis akibat terjadinya banjir bandang, ternyata banjir bandang banyak mengandung partikel-partikel kasar yang mampu mengangkut batu-batu besar (Kementrian PU, 2013). Hal ini sesuai dengan Teori Takahashi (1980) yaitu: Apabila limpasan hujan secara mendadak mengalir ke lapisan endapan sedimen heterogen di dasar palung sungai yang mempunyai kemiringan lebih dari 15o, maka akan terjadi aliran debris berbatu. (Kusumosubroto, 2013). Seperti tampak pada gambar di bawah ini: 76 JURNAL REKAYASA SIPIL

Farah Sahara, Bambang Istijonodan Sunaryo Gambar 4.5 Kondisi sungai akibat terjadinya banjir bandang yang membawa material batu-batu yang berdiameter besar Sumber : Dokumen Tim Sekber Sumbar (2012) Selain batu-batu besar banjir bandang juga membawa material-material yang lainnya. Material tersebut seperti kayu-kayu dengan diamter yang besar (Sosrodarsono, 1994). Kayu ini hanyut dan terbawa aliran air karena ulah penebangan liar (illegal loging) yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar lokasi banjir bandang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 4.6 Kondisi sungai akibat terjadinya banjir bandang yang membawa material Kayu-kayu yang berdiameter besar Sumber : Dokumen Tim Sekber Sumbar (2012) Jadi boleh dikatakan banjir bandang di Sub DAS Limau Manis terjadi seperti flow chart yang ada di bawah ini: VOLUME 9 NO. 2, OKTOBER 2013 77

Identifikasi Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Bagian Hulu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Limau Manis Curah hujan tinggi Peningkatan Aliran Permukaan Debit Sungai Meningkat Kelerengan Jenis Tanah Vegetasi Erosi Dan Longsor Material Longsoran menyumbat sungai dan menjadi Bendungan alam Banjir Bandang Gambar 4.7 Flowchart Penyebab Banjir Bandang Sumber: Hasil Analisa Data (2013) Gambar 4.8 Kondisi Sungai Akibat Terjadinya Banjir Bandang Terjadinya Banjir Bandang Sumber: Hasil Analisa Data (2013) 78 JURNAL REKAYASA SIPIL

Farah Sahara, Bambang Istijonodan Sunaryo 4.2. Menyandingkan Hasil Investigasi Yang Dilakukan Dengan Hasil Investigasi Tim SekberPecinta Alam Sumbar. Tabel 4.1 Perbandingan Hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Sekber Pecinta Alam Sumatera Barat pasca banjir bandang 24 Juli 2012 dan hasil investigasi yang dilakukan pada tanggal 5 Juli 2013 pasca banjir bandang. Ketinggian Hasil Investigasi Tim Sekber No Koordinat Hasil Investigasi 1 S 00 o 52 44.4 E100 o 28 58.2 2 S 00 0 51 47.9 E100 O 30 1 3.9 3 S 00 o 51 32.2 E100 o 29 27,7 (mdpl) Pecinta Alam Sumatera Barat 354 Adanya longsoran tebing bukit di sebelah kanan sungai (sisi selatan) yang masih berpotensi untuk longsor kembali dengan ketinggian tebing ±15 meterdan adanya kayu besar yang melintang pada aliran sungai. 562 Longsoran punggungan bukit di sebelah Kiri ( Utara) yang masih berpotensi untuk lonsor yang mana masih di temukan keretakan, beserta adanya kayu besar dan batu besar yang berada dipinggir tebing dengan kondisi tergantung, sewaktu waktu bisa tumbang dan menutupi aliran sungai 406 Longsoran tebing bukit pada sesi sungai sebelah kiri (utara) yang masih mengalami keretakan dan berpotensi untuk longsor kembali. Masih adanya longsoran tebing bukit di sebelah kanan sungai (sisi selatan) yang masih berpotensi untuk longsor kembali dengan ketinggian tebing ±15 meter dan tidk adanya kayu besar yang melintang pada aliran sungai. Longsoran punggungan bukit di sebelah Kiri ( Utara) yang masih berpotensi untuk lonsor yang mana masih di temukan keretakan, beserta adanya kayu besar dan batu besar yang berada dipinggir tebing dengan kondisi tergantung, sewaktu waktu bisa tumbang dan menutupi aliran sungai Longsoran tebing pada sesi sungai sebelah kiri (utara) yang masih mengalami keretakan dan berpotensi untuk longsor kembali. Sumber: Hasil Analisa Data (2013) Dokumentasi foto tentang kondisi di bagian hulu Sub.DAS Limau Manis sumber Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar. Gambar 4.9 Sungai Pada Koordinat Titik S 00o 52 44.4 E100o28 58.2 Sumber: Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar (2012) VOLUME 9 NO. 2, OKTOBER 2013 79

Identifikasi Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Bagian Hulu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Limau Manis Gambar 4.10 Kondisi Sungai Pada Koordinat Titik S 00o 51 32.2 E100o29 27,7. Sumber: Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar (2012) Gambar 4.3 Kondisi Sungai Pada Koordinat Titik S 000 51 47,9 E100O 30 13,9 Sumber: Tim Sekber Pecinta Alam Sumbar (2012) 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut tujuan dari penelitian: 1. Dari hasil pengamatan identifikasi kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012 di bagian hulu Sub. DAS Limau Manis ternyata kondisi sungai rusak. Hal ini nampak pada sungai yang mengalami pelebaran, rumah di sekitar bantaran sungai akibat banjir bandang banyak yang rusak, serta masih banyak lagi kerusakan yang sudah ditimbulkan oleh banjir bandang. 2. Dari hasil investigasi yang dilakukan pasca terjadinya banjir bandang, ternyata ada 3 koordinat titik longsoran, yang mana titik tersebut masih berpotensi untuk longsor kembali yaitu: di koordinat S 000 52 44.4 E100O 28 58.2 dan koordinat S 00051 47,9 E 100030 13,9 dan koordinat S00052 32,2 E100029 27,7. 80 JURNAL REKAYASA SIPIL

Farah Sahara, Bambang Istijonodan Sunaryo Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini maka saran-saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang prediksi angkutan sedimen di lokasi Sub. DAS Limau Manis Padang. 2. Perlu dibangun bangunan pengendali sedimen untuk mengurangi dampak akibat banjir bandang. DAFTAR KEPUSTAKAAN Direktorat Sungai dan Pantai, Direktorat Jenderal SDA Kementrian PU Bekerjasama dengan JICA. 2012. Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang. Dinas Pekerjaan Umum. Padang. Kusumosubroto, Haryono.2013. Aliran Debris dan Lahar (Pembentukan, Pengaliran, Pengendapan dan Pengendaliannya. Graha Ilmu.Yogyakarta. Kementrian PU Direktorat Jenderal SDA Balai Wilayah Sungai Sumatera V.2013. Laporan Pendahuluan SI dan DD Mitigasi Bencana Banjir Bandang DAS Kuranji di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Dinas Pekerjaan Umum. Padang. Kodoatie, Robert J. Dan Sugiyanto.2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suripin.2004.Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta. Sosrodarsono, S dan Masateru Tominaga.1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai Edisi Kedua. Pradnya Paramita Jakarta. Tim Sekber Pecinta Alam Sumatera Barat.2012. Ekspedisi Batu Busuk I (Dokumen Hasil Kondisi Hulu Sungai Batang Kuranji). Tim Sekber Sumatera Barat. Padang. VOLUME 9 NO. 2, OKTOBER 2013 81