BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB III METODE PENELITIAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisabil Yusuf P., 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat sehingga menyebabkan tingginya tekanan terhadap daya dukung lingkungan. Pada umumnya penduduk yang memiliki status ekonomi tinggi akan memilih kawasan permukiman yang memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai status ekonomi rendah. Hal tersebut dapat memacu pertumbuhan permukiman baru yang tanpa memperhatikan kemampuan lingkungan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan terjadinya perkembangan permukiman yang diikuti dengan pengelolaan yang tidak terkontrol. Permukiman dibangun dengan kualitas yang sangat rendah serta cenderung kurang terarah, terpadu, dan terencana dengan baik. Selain itu kurang memperhatikan kelengkapan sarana dan prasana dasar dalam lingkungan permukiman, seperti lokasi, air bersih, sistem pembuangan sampah, sanitasi, saluran pembuangan air atau drainase. Lingkungan permukiman yang sehat merupakan salah satu indikator dalam menilai atau mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi dan sosial. Jumlah kepadatan penduduk yang tinggi di suatu daerah perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan alami, urbanisasi dan migrasi. Kondisi seperti ini akan berdampak pada beberapa masalah seperti: akan bermunculan permukiman kumuh, akan terjadi juga kemerosotan lingkungan yang menjadi masalah utama, karena pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak sesuai dengan fasilitas permukiman dan fasilitas lainnya. saat ini terus mengalami perkembangan sejalan dengan ditetapkannya sebagai penataan sarana dan prasarana perkotaan, pengembangan permukiman dan pengembangan pendidikan. Perubahan ini ditandai dengan

2 banyaknya pertambahan penduduk dan kawasan terbangun yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Jumlah penduduk Kecamatan berdasarkan data dari Badan Pusat Statisitik Kabupaten Bandung tahun 2000-2012 yaitu tahun 2000 sebanyak 172.033 jiwa, tahun 2005 sebanyak 178.000 jiwa sedangkan tahun 2010 sebanyak 223.610 jiwa dan tahun 2012 sebanyak 233.336 jiwa atau 59.515 KK. Peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak sebanding dengan jumlah lahan untuk tempat tinggal, sehingga terjadinya alih fungsi lahan yang tadinya lahan pertanian menjadi lahan terbangun serta dibeberapa tempat terjadi kondisi lingkungan yang padat penduduk dan kurang memperhatikan kondisi kesehatan lingkungan permukiman. Adapun data jumlah blok permukiman yang ada di Kecamatan dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1. Komplek Permukiman No Nama Permukiman Lokasi Luas Jumlah Tahun KK dibangun 1 Balesararakan Kelurahan 35.000 m 2 79 1980 2 Komplek KTSM Kelurahan 10.500 m 2 109 1985 3 Naranata Kelurahan 3.343 m 2 18 2009 4 Matahari Asri Kelurahan 253.941,6 m 2 170 2010 5 Puri Cikarees Kelurahan Baleenda 6.650 m 2 51 2012 6 Griya Matahari Kelurahan 2.995 m 2 19 2012 7 Griya Matahari II Kelurahan 1.508 m 2 15 2012 8 Green Paros Kelurahan 4.877 m 2 30 2012 9 Maranata Kelurahan 4.331 m 2 217 2012 10 Golden Pinus Kelurahan 10.620 m 2 76 2012 11 Matahari Residence Kelurahan 27.279 m 2 168 2012 12 Puri Matahari Kelurahan 4.530 m 2 30 2012 13 Graha Pelangi Cigado Kelurahan 4.015 m 2 27 2012 14 Manggahang Kelurahan Manggahang 214.434,76 m 2 725 2012 Regency 15 Rancamanyar Asri Desa Rancamanyar 40.220 m 2 217 2010 16 Rancamanyar permai Desa Rancamanyar 4.746 m 2 27 2005 17 Rancamanyar Indah Desa Rancamanyar 33.010 m 2 166 2011 18 Rancamanyar Lestari Desa Rancamanyar 3.116 m 2 20 2012 19 Pohon Mangga Desa Rancamanyar 10.782 m 2 72 2012 Regency 20 Bumi Sari Endah 2 Desa Manggahang 23.519 m 2 214 2012 21 Griya Prima Asri 2 Desa Malakasari 280.737 m 2 1.223 2009 22 Mountain Breeze Kelurahan Andir 45.232 m 2 180 2012 Sumber : Monografi Kecamatan, 2012

3 Meningkatnya jumlah penduduk di suatu daerah akan selalu juga diikuti oleh meningkatnya kebutuhan dan tuntutan akan lahan yang digunakan untuk membangun suatu permukiman. Kadang persediaan lahan pada suatu daerah sangat terbatas dan tidak mampu mendukung kebutuhan penduduk untuk permukiman. Munculnya permukiman baru diikuti juga kebututuhan bangunanbangunan yang baru sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan penduduk setempat. Keterbatasan lahan pada akhirnya semakin mendapat tekanan yang kuat dan penduduk yang ekonominya rendah makin terpinggirkan, munculnya perumahan kumuh yang berlokasi di lahan bekas rel kereta api, bantaran sungai, di pinggir jalan raya, merupakan contoh masyarakat yang terpinggirkan. Hal ini dapat menyebabkan permasalahan kualitas lingkungan permukiman semakin kompleks. Akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan kualitas lingkungan, saat ini kondisi lingkungan Permukiman mengalami degradasi akibat pembangunan yang tidak terencana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan yang tidak teratur, tumbuhnya kegiatan perdagangan liar disepanjang jalan raya, tumbuhnya bangunan-bangunan liar di atas tempat pengaliran air (drainase), penumpukan sampah yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Lingkungan permukiman di mengalami banjir di musim hujan karena tertutupnya saluran air serta pemandangan yang tidak nyaman dan bau akibat dari penumpukan sampah. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman saat ini adalah luas lahan yang semakin sempit, harga tanah dan material bangunan semakin mahal, serta kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Pembangunan permukiman yang terjadi pada saat ini banyak mengabaikan faktor-faktor lingkungan yang seharusnya dijaga dan dilindungi. Pembangunan permukiman juga hanya memperhatikan dan mengutamakan produksi rumah tanpa memperhatikan dan mengabaikan proses pembangunan permukiman yang serasi, karena pembangunan permukiman tersebut hanya bertumpu pada mekanisme dan kondisi pasar. Kondisi semacam ini akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas lingkungan permukiman. Demikian juga kondisi permukiman di

4 banyak dijumpai permukiman yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan ideal dari suatu lingkungan permukiman. Dirjen Perumahan dan Pemukiman (2002: 30) mengatakan bahwa: Kualitas perumahan yang layak huni dan terjangkau secara ideal perlu di dukung dengan kualitas lingkungan permukiman yang lebih luas sebagai satu kesatuan hunian yang tidak terpisahkan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, baik perkotaan maupun perdesaan. Kualitas lingkungan permukiman di perkotaan dan di perdesaan diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu mengatasi urbanisasi, mendorong pertumbuhan wilayah, mendukung saling keterkaitan kawasan perkotaan dan perdesaan secara baik, yang sekaligus dapat mewujudkan permukiman di perdesaan yang mendukung perwujudan kawasan perdesaan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan secara menyeluruh akan dapat berlangsung lebih efektif apabila terwadahi di dalam permukiman yang sehat secara fisik, emosional dan spiritual; yang aman dari segi keselamatan dan kepentingan publik; yang harmonis sebagai satuan permukiman yang utuh dan kualitas hubungannya dengan fungsi-fungsi kawasan lainnya; serta yang berkelanjutan dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara keseluruhan. Penilaian kualitas lingkungan permukiman terdiri atas faktor abiotik, biotik dan budaya. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat tidak dapat dijadikan sebagai penyebab kemerosotan kualitas lingkungan permukiman, tetapi harus dilihat juga secara komprehensif terhadap faktor-faktor lingkungan lain yang ada disekitarnya. Seperti contoh suatu lingkungan yang mempunyai kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk rendah bisa juga memiliki kualitas lingkungan permukiman yang jelek dan rendah disebabkan faktor abiotik yang ada dilingkungan itu tidak mendukung, misalnya permukiman yang berada di daerah rawan longsor, rawan banjir, dipinggir jalan raya dan lain sebagainya. Mempelajari kualitas lingkungan permukiman sama halnya dengan mempelajari faktor-faktor ekologi yang ada dalam lingkungan permukiman itu sendiri. Menurut Hardjasoemantri (Yusuf, 2005:5) studi ekologi meliputi beberapa bidang yaitu studi ekologi sosial, studi ekologi fisik dan studi ekologi biologis. Manusia merupakan bagian dari suatu ekosistem dan pengelola ekosistem itu sendiri. Kerusakan lingkungan adalah pengaruh dari tindakan dan

5 kegiatan manusia untuk mencapai satu tujuan yang ingin dicapai dan mempunyai konsekuensi terhadap lingkungan. Pada umumnya kualitas lingkungan dari suatu permukiman dipengaruhi juga oleh tingkat keswadayaan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Bagi masyarakat miskin, upaya kebutuhan akan suatu permukiman yang layak merupakan suatu hal yang sangat kompleks, karena suatu hunian permukiman dengan kualitas lingkungan yang baik bagi masyarakat miskin belum dapat sepenuhnya menjadi kebutuhan dasar dan mendesak dibandingkan dengan kebutuhan dasar lainnya yaitu kebutuhan akan pangan, sandang, dan pendidikan. Masyarakat sebagai salah satu dalam aktor pembangunan, sangat jelas berperan didalam mekanisme terjadinya perubahan pada kualitas lingkungan permukiman, baik dalam aktivitas ataupun kegiatan sehari-hari, mereka secara sadar atau tidak sadar akan terus menerus melakukan langkah-langkah terhadap lingkungan, baik dalam memutuskan untuk menentukan tempat tinggal, bekerja, belajar, melakukan perjalanan dan kegiatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Langkah-langkah yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lingkungan, baik yang direncanakan ataupun tidak, akan membawa dampak pada perubahan kualitas lingkungan. Dampak dari perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada karakteristik lingkungan itu saja, melainkan juga berperan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di lingkungan permukiman tersebut. Masyarakat juga diharapkan dapat menyadari akan kebutuhan mendasar mengenai lingkungan permukiman yang sehat, mereka harus diberikan pelajaran, pengetahuan dan pemahaman betapa pentingnya lingkungan permukiman yang sehat, bersih dengan melakukannya berbagai cara, baik melalui media sosial maupun pelaksanaan program yang dilakukan oleh Pemerintah yang dapat memberikan kesadaran dalam peningkatan partisipasi masyarakat setempat terhadap lingkungan permukiman, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga, memperbaiki, memperhatikan dan meningkatkan kualitas lingkungan mereka lebih baik.

6 Nasrullah (2012:8) mengatakan bahwa: Suatu lingkungan permukiman yang baik, harus memenuhi beberapa aspek, yaitu: 1. Lokasi sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pecemaran udara atau pencemaran linkungan lainnya 2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain. 3. Mempunyai fasilitas drainase yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan lebat sekalipun 4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah 5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuang dengan sistem individual yaitu tangki septik dan lapangan rembesan, ataupun tangki septik komunal 6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman 7. Dilengkapi dengan fasiltas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu 8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon Pada saat ini, kondisi lingkungan permukiman di secara umum telah mengalami degradasi karena banyaknya bangunan-bangunan baru yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan seperti banyaknya rumah liar yang dibangun di pinggir jalan raya, di bekas rel kereta dan banyaknya bangunan komplek permukiman yang ada saat ini tidak memperhatikan bagaimana ketentuan atau standar lingkungan permukiman yang baik seperti jumlah bangunan terlalu padat dengan tipe rumah yang sangat kecil dan tidak ada ruang terbuka hijau, tidak ada tempat penyaluran air/drainase, tidak ada tempat bermain anak, dan fasilitas lainnya. Masyarakat juga masih banyak yang tidak peduli dengan kondisi lingkungan permukiman sekitar mereka, seperti masih membuang sampah disembarang tempat, ditutupnya saluran/drainase karena bangunan. Pemenuhan kebutuhan permukiman tentu bukan hanya sekedar mengejar target jumlah, akan tetapi harus memperhatikan kualitas serta keterlibatan masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan. Oleh karena itu, penulis memandang perlu dilakukan studi tentang kualitas lingkungan permukiman dan partisipasi masyarakatnya dalam menjaga lingkungannya. Tesis ini akan mencoba

7 mencari sejumlah info langsung tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Kabupaten Bandung. Dalam penulisan tesis ini juga mencoba mengkaji bagaimana lingkungan yang dapat dijadikan model pembelajaran Geografi di Sekolah. Karakteristik Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam baik fisis maupun sosial, yang pada kenyataannya harus terus digali dan dikembangkan, sehingga kaya akan keilmuan dan dapat bernilai guna. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Komplek permukiman yang terus berkembang di Kabupaten Bandung, menimbulkan permasalahan bagi penataan ruang secara keseluruhan dan implikasinya terhadap kualitas lingkungan yang ada di kawasan tersebut. Beberapa kondisi aktual yang teridentifikasi mengenai kondisi lingkungan permukiman di secara umum adalah: 1. Tidak berfungsinya saluran drainase yang ada dikawasan permukiman tersebut secara optimal akibat tertutupnya saluran drainase akibat pembangunan. 2. Munculnya bangunan-bangunan liar semi permanen di bahu jalan, di lahan bekas rel kereta api dan di atas saluran air sehingga menimbulkan kekumuhan dan terganggunya kenyamanan pengguna jalan. 3. Terjadinya penumpukan sampah akibat aktivitas pembuangan sampah tidak dikelola dengan dengan baik sehingga menyebabkan pemandangan kotor dan bau. 4. Terjadinya banjir dikala musim hujan walaupun hujanya kecil. 5. Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau permukiman serta minimarket. Permasalahan tersebut di atas tidak bisa dituduhkan hanya pada satu kelompok saja, baik kelompok masyarakat atau lembaga pemerintahan. Jika ditelusuri dan diamati lebih jauh, maka banyak faktor yang menyebabkan dan saling berkaitan dalam masalah tersebut. Mulai dari aturan dan kebijakan pemerintah setempat, urbanisasi, ketidakadilan, ketidakdisiplinan masyarakat, dan

8 berbagai masalah lainnya. Oleh sebab itu, sudah saatnya lingkungan permukiman yang mengalami penurunan kualitas memperoleh sentuhan dengan memberdayakan masyarakat penghuninya agar dapat berpartisipasi aktif dalam menjaga kualitas lingkungan permukimannnya. Adapun bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pendidikan, pengetahuan, kemampuan dan kemauan. Memperhatikan kondisi permasalahan di atas, untuk kepentingan penelitian dioperasionalkan kedalam bentuk pertanyaan berikut: 1. Bagaimanakah tingkat kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan? 2. Bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? a. Adakah hubungan antara pendapatan dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? b. Adakah hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan? c. Adakah hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? d. Adakah hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? e. Adakah hubungan antara persepsi tentang kualitas lingkungan dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? f. Adakah hubungan antara motivasi dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman?

9 C. Tujuan Penelitan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisa kualitas lingkungan yang ada di kawasan permukiman 2. Ingin mengetahui partispasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan yang ada di kawasan permukiman 3. Mengidentfikasi karakteristik fisik lingkungan permukiman 4. Mengidentifikasi bentuk-bentuk pasrtisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman dan menganalisa faktor apa saja yang mempengaruhinya. 5. Menjabarkan kualitas lingkungan di kawasan permukiman yang diimplikasikan dalam pembelajaran Geografi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan juga sebagai bahan kajian bagi para pembuat kebijakan dalam membuat dan mengambil keputusan yang berhubungan dengan permukiman di masa yang akan datang. Secara rinci penelitian ini dapat bermanfaat: Bagi Pengembangan ilmu Pengetahuan: 1. Pengidentifikasian karaktersitik fisik lingkungan permukiman. 2. Penelitian ini berusaha merumuskan bagaimana strategi agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman. Manfaat Praktis: 1. Bagi masyarakat, dapat mengetahui dan menentukan potensi yang ada sehingga dapat membantu dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman menjadi lebih baik.

10 2. Bagi pemerintah dan pengambil kebijakan, sebagai bahan panduan untuk tetap konsisten dalam mengambil kebijakan mengenai pembangunan permukiman. 3. Bagi pihak swasta agar dapat berpartisipasi juga dalam menjaga lingkungan permukiman untuk masa-masa yang akan datang. E. Struktur Organisasi Penelitian Struktur atau sistematis dalam Tesis ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab ini membahas tentang konsep-konsep/teori-teori/dalildalil/hukum-hukum/model-model yang berkaitan dengan permasalahan penelitian berdasarkan literatur yang digunakan. Berisi juga tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek dan temuannya serta membahas juga hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian. BAB III PROSEDUR PENELITIAN Pada Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang meliputi: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument dan tekhnik pengumpulan data serta analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian,

11 pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan pembahasan atau analisis temuan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti.