PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Udara Jenderal Besar Soedirman di

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN

SKEP /40/ III / 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan operasional Bandar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

2 Menetapkan : 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peratura

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan

2017, No Indonesia Nomor 58 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.12/BPSDMP 2016 TENTANG

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 18 Peraturan Merited Perhubungan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Direktur Jenderal

2015, No Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 407 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA NUSAWIRU DI KABUPATEN CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 017 TAHUN 2018 TENTANG TIM PELAKSANA TINDAK LANJUT UMPAN BALIK PENGGUNA

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 568 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

2016, No Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/GSE) dan Kendaraan Operasional yang Beroperasi di Sisi Udara; Mengingat : 1.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORTS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, b. bahwa dengan berkem bangnya teknologi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 151 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR )

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

Menimbang : a. bahwa ketentuan persyaratan sertifikasi dan operasi

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDAR,A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 170 (CASR Part 170} tentang Air Traffic Rules dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (CASR Part 139} tentang Bandar Udara (Aerodrome), telah diatur ketentuan mengenai Apron Management Service; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Apron Management Service; Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 ten tang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295);

3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 170 (Civil Aviation Safety Regulation Part 170) ten tang Air Traffic Rules; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 407); 7. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 Tahun 2015 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 Volume I (MOS 139 Vol I) Bandar Udara; MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE. Pasal 1 (1) Apron management servzce merupakan pelayanan pengaturan pergerakan pesawat udara di apron dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab penyelenggara bandar udara. (2) Apron management service sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan antara lain: a. mengatur lalu lintas pergerakan guna mencegah terjadinya tabrakan (collision) antar pesawat udara dan antara pesawat udara dengan halang (obstruction) di apron;

b. mengatur pergerakan pesawat udara yang masuk dan koordinasi pergerakan pesawat udara yang keluar dari apron dengan Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan; c. memastikan keselamatan dan kelancaran pergerakan kendaraan dan/ a tau peralatan di apron dan keteraturan aktifitas lainnya; d. memberikan informasi yang berguna bagi penerbang terkait kondisi operasional di apron dan informasi relevan lainnya; dan e. menyampaikan informasi kepada unit terkait jika penerbang memerlukan bantuan. Pasal2 Apron Management Service sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf d dane dapat dilimpahkan kepada Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan pada kondisi se bagai beriku t: a. lay out apron tidak kompleks; b. pergerakan pesawat udara (aircraft movement) kurang dari 40 per jam; dan c. personel Air Traffic Services dapat melihat pergerakan pesawat udara di apron dengan tenaganya sendiri (taxiing) dan/ atau yang dibantu pergerakannya dengan kendaraan towing (towing vehicle). Pasal3 ( 1) Dalam hal Apron Management Service dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara maka penyelenggara bandar udara bertanggung jawab atas pengaturan pergerakan pesawat udara yang masuk ke apron (movement area) setelah mendapat peralihan pengaturan (transfer of control) dari Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan.

(2) Proses peralihan pengaturan pergerakan pesawat udara antara Penyelenggara bandar udara dengan unit ATS se bagaimana dimaksud pada ayat (1), harus menggunakan sarana dan prosedur komunikasi radio sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Pasal4 Penyelenggara bandar udara dan Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan harus menentukan titik pelimpahan (hand over point) pengaturan pergerakan pesawat udara antara daerah manuver (manuvering area) dengan daerah pergerakan (movement area). Pasal 5 (1) Prosedur koordinasi dan komunikasi an tara penyelenggara bandar udara dan penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat ( 1) dan pasal 4 diatur dalam Letter of Coordination Agreement (LoCA}. (2) Letter of Coordination Agreement (LoCA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. pendahuluan; b. maksud dan tujuan; c. ruang lingku p; d. dasar hukum; e. kewenangan; f. tanggung jawab; g. koordinasi; h. kesepakatan; 1. komunikasi; J. kontigensi; k. penyimpangan; 1. prosedur amandemen; dan m. penutup.

Pasal6 ( 1) Pelaksanaan Apron Management Service oleh Penyelenggara bandar udara di apron harus dilengkapi dengan fasilitas yang terdiri dari: a. bangunan I ruangan yang dapat memantau keseluruhan apron; b. radio komunikasi air to ground; c. frekuensi radio yang dilengkapi dengan Ijin Stasiun Radio (ISR); d. fasilitas komunikasi ground to ground; e. CCTV Uika diperlukan); f. integrated ground communication system; g. Flight Information System (FIS); h. Surface Movement Guidance and Control System (SMGCS) Monitor Uika diperlukan); 1. Flight Progress Strip (FPS); J. teropong (binocular); k. alat perekam (recordery; dan 1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR). (2) Fasilitas bangunan I ruangan yang dapat memantau keseluruhan apron sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. memiliki pencahayaan ruang yang baik dan terlindung dari pantulan cahaya; b. memiliki sirkulasi udara yang baik; c. memiliki suhu ruang yang nyaman; d. memiliki ruangan yang tenang (tidak bising) dan luas untuk aktifitas personil serta penempatan fasilitas pendukung lainnya; dan e. memiliki ketinggian dan penempatan yang dapat memantau seluruh area pergerakan di apron.

Pasal 7 Apron Management Service harus dilaksanakan oleh Personel dengan lisensi: a. Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Controller/ ATq; b. Pemandu Komunikasi Penerbangan (Aeronautical Communication Officer/ ACO); atau c. Pengatur Pergerakan Pesawat Udara (Apron Movement Controller/ AMq dengan tambahan kompetensi radio telephony. Pasal 8 Penyelenggara bandar udara harus mengatur seluruh aktifitas pergerakan di apron untuk memastikan seluruh kendaraan dan/ a tau peralatan dan orang memberikan prioritas pergerakan secara berurutan sebagai berikut: a. kendaraan gawat darurat (emergency); b. pesawat udara yang sedang dan akan melakukan taxi; dan c. pesawat udara yang di tarik (towed) dan di dorong (pushed back). Pasal9 (1) Penyelenggara Bandar Udara yang melaksanakan Apron Management Service harus mencantumkan prosedur pelaksanaannya ke dalam buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) beserta rincian data fasilitas dan personel. (2) Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan yang melaksanakan Apron Management Service harus mencantumkan prosedur pelaksanaannya ke dalam SOP Pelayanan Air Traffic Services.

Pasal 10 Penyelenggara Bandar udara harus melakukan penyesuman terhadap Peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan ini berlaku. Ditetapkan di pada tanggal JAKARTA 9 Februari 2017 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO