BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang melanda Indonesia berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan negara. Besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan di Indonesia berubah yang awalnya official assessment system menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat bertahan dari dampak krisis tersebut. Hal ini membuat

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SURAT TAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pajak langsung, dan pajak tidak langsung. Contoh pajak langsung adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir ini, perpajakan telah menjadi sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan. Sejak saat itu Indonesia menganut sistem perpajakan Self Assessment System (SAS). Sangat berbeda dari masa sebelumnya, mulai saat itu Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri (Sultoni, 2013). Ketetapan mengenai self assessment system ini tercermin dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Kemudian pada ayat 2 disebutkan bahwa setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. 1

Bab I Pendahuluan 2 Mengacu pada pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tersebut, Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak harus menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan (Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 9 ayat 3). Kemudian Pengusaha Kena Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak (Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 pasal 15A ayat 2). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Salah satu pihak yang mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN ialah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean dan melakukan BKP Berwujud/BKP Tidak Berwujud/JKP. PPN yang disetorkan dan dilaporkan PKP tersebut dapat dibebankan kepada konsumen pada saat terjadi transaksi penyerahan BKP dan/atau JKP. Jika PKP tidak melakukan hal itu, dia yang mempunyai kewajiban membayar sejumlah PPN (Siti Resmi, 2011). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 pemerintah menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.042 triliun dengan angka realisasi hingga saat ini telah mencapai 36,9 persen, sekitar 14,81 persen dari realisasi tersebut ditopang oleh pertumbuhan PPN seperti yang dikatakan oleh Direktur Intelijen dan Penyidikan Ditjen Pajak, Yuli Kristiyono (Koran Harian Kompas). Pertumbuhan PPN dapat dilihat dari jumlah penerimaan PPN yang terealisasi seperti yang ditampilkan pada tabel dan grafik berikut ini:

Bab I Pendahuluan 3 Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Di Tahun KPP Pratama Bandung Karess Jumlah Penerimaan PPN Dalam Negeri 2009 198.104.327.386 2010 196.694.468.137 2011 242.704.565.291 2012 299.949.733.275 Sumber: Olah data Jumlah Penerimaan PPN Dalam Negeri 2009-2012 KPP Pratama Bandung Karees. Grafik 1.1 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Di KPP Pratama Bandung Karess 350 300 Penerimaan PPN Dalam Negeri JUmlah Penerimaan Dalam MIlyaran Rupiah 250 200 150 100 50 Penerimaan PPN 0 2009 2010 2011 2012 Tahun Sumber: Olah data Jumlah Penerimaan PPN Dalam Negeri 2009-2012 KPP Pratama Bandung Karees.

Bab I Pendahuluan 4 Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan PPN mengalami peningkatan tiap tahunnya. Angka penerimaan tersebut merupakan penghasilan neto yang diterima KPP Pratama Bandung Karees setelah mengeliminasi nilai restitusi PPN yang terjadi. Sehingga jumlah penerimaan PPN tersebut menggambarkan penerimaan yang sebenarnya diterima oleh KPP Pratama Karees yang masuk ke kas negara. Beberapa kajian penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait dengan self assessment system dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai antara lain penelitian yang dilakukan oleh Laurensia Chrisyane (2012) dengan judul Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara, diperoleh kesimpulan bahwa variabel jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar, Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN yang dilaporkan, dan Surat Setoran Pajak (SSP) PPN yang disetorkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan PPN. Namun, variabel jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar memiliki arah yang negatif. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa SSP yang disetorkan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi Penerimaan PPN. Penelitian selanjutnya oleh Siska Indriyani (2012) Pengaruh Penerapan Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan) diperoleh kesimpulan variabel jumlah SPT Masa PPN yang dilaporkan, dan SSP PPN yang disetorkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan PPN. Namun, variabel jumlah PKP terdaftar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan PPN. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa SSP yang

Bab I Pendahuluan 5 disetorkan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi Penerimaan PPN. Menurut hasil penelitian Ika Nursanti (2013) dalam jurnalnya dengan judul Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak Tehadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai diperoleh kesimpulan bahwa: (1) secara simultan variabel PKP, SSP PPN, SPT Masa PPN, dan STP PPN berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPN, (2) secara parsial hanya variabel SPT Masa PPN tidak memiliki pengaruh terhadap Penerimaan PPN, (3) variabel PKP yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap Penerimaan PPN. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG KAREES PERIODE 2009-2012 1.2 Identifikasi Masalah Sehubungan dengan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa besar pengaruh self assessment system (PKP, SSP PPN, dan SPT Masa PPN) secara simultan terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Bandung Karees periode 2009-2012? 2. Berapa besar pengaruh self assessment system (PKP, SSP PPN, dan SPT Masa PPN) secara parsial terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Bandung Karees periode 2009-2012?

Bab I Pendahuluan 6 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Self Assessment System (PKP, SSP PPN, dan SPT Masa PPN) secara simultan terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Bandung Karees periode 2009-2012. 2. Untuk mengetahui pengaruh Self Assessment System (PKP, SSP PPN, SPT Masa PPN) secara parsial terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Bandung Karees periode 2009-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi berbagai pihak, kegunaan tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Bagi akademisi, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehubungan dengan pengaruh self assessment system dan Surat Tagihan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai serta sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis. 2. Bagi instansi terkait, sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan dapat mengoptimalkan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Bab I Pendahuluan 7 3. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang pajak dan manfaat yang diterima dari pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pajak.