PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu kepribadian

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang objek tertentu tetapi juga menuntut cara berpikir untuk mendapatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

Rahmi Dosen Tetap Pendidikan Biologi FKIP UNRIKA Batam

ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

Transkripsi:

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Rudiansyah Pendidikan Matematika, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi Bandung Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi e-mail: albundary@yahoo.com ABSTRAK Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Salah satu langkah awal yang perlu dipersiapkan dalam usaha mensukseskan pembelajaran adalah menentukan tipe pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Pembelajaran tipe kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions / Pembagian Pencapaian Tim Siswa) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana tipe ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini dilakukan metode kuasi eksperimen dengan desain pretes-postes. Penelitian dilakukan terhadap siswa SMP Raksanagara Cililin Kabupaten Bandung Barat kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil pengolahan secara statistik terhadap data skor pretes dan postes dengan bantuan software Minitab 16, dengan taraf nyata = 0,05 diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini dapat dimanfaatkan dan memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: STAD; Pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar matematika. 1. PENDAHULUAN Dunia pendidikan kita dewasa ini semakin berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan srategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar yang diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencobacoba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Suherman : 2003). Kedudukan matematika yang sangat strategis dalam proses peningkatan SDM menjadi sangat ironis ketika melihat kondisi pembelajaran matematika di Indonesia

yang masih belum memberikan hasil secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya kemampuan siswa dalam matematika. Sri Wardhani dan Rumiati (2011:59) mengatakan: 1. Banyak kelemahan kemampuan matematika siswa Indonesia yang terungkap pada hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) dan TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study). Secara umum kelemahan siswa kita adalah belum mampu mengembangkan kemampuan bernalarnya, belum mempunyai kebiasaan membaca sambil berpikir dan bekerja agar dapat memahami informasi esensial dan strategis dalam menyelesaikan soal, dan masih cenderung menerima informasi kemudian melupakannya, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu menjadi sekolah berpikir bagi siswa. 2. Hasil penilaian kemampuan matematika siswa Indonesia dalam studi PISA dan TIMSS pada intinya merekomendasikan agar: (a) memperbaiki proses pembelajaran di sekolah dengan meningkatkan porsi bernalar, memecahkan masalah, berargumentasi dan berkomunikasi, (b) memperbaiki standar dan penilaian hasil belajar siswa secara nasional dan sehari-hari di kelas dengan mengukur keterampilan teknis baku, kemampuan bernalar, pemecahan masalah dan berkomunikasi secara seimbang, (c) mempelajari budaya dan menginternalisasi konteks budaya dalam pembelajaran agar wawasan siswa semakin luas. Beberapa hal yang dapat dianalis dari hasil belajar siswa terutama dalam proses belajar di kelas akibat dari kurang kreatif dari siswa itu sendiri, sebagaimana pendapat Ruseffendi (1991:328) yan g mengatakan bahwa selama ini dalam proses belajar matematika di kelas pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberitahukan oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, para pakar banyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang diramu dalam suatu tipe pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Dari beberapa tipe pembelajaran yang dikemukakan pakar pendidikan matematika, dapat dilihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan informasi dari guru (teacher centered) menuju kepada strategi yang mengutamakan keterampilan berfikir siswa (student centered) dengan arahan guru. Pembelajaran tipe koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana tipe ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Berdasarkan pada uraian di atas, maka muncul sebuah permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut : Apakah hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional? Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Suyono (2009:8) menyatakan hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional. Pada tahun 1956 Benyamin Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk sistem klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Bloom dalam taksonominya, yang selanjutnya disebut Taksonomi Bloom. Struktur dari taksonomi Bloom sebelum dan sesudah revisi (Widodo, A, 2005). Sebelum revisi : 1. Ranah Kognitif Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). a. Pengetahuan (Knowledge), yang disebut C1 b. Pemahaman (Comprehension), yang disebut C2 c. Penerapan (Aplication), yang disebut C3 d. Analisis (Analysis), yang disebut C4 e. Sintesis (Synthesis), yang disebut C5 f. Evaluasi (Evaluation), yang disebut C6 2. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar: a. Receiving/attending/menerima/memperhatikan b. Responding /menanggapi c. Valuing /penilaian d. Organization /Organisasi e. Characterization by a value or value complex/karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3. Ranah Psikomotor Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Adapun kategori dalam ranah psikomotor: a. Peniruan b. Manipulasi c. Pengalamiahan d. Artikulasi. Anderson dan Kratwohl merevisi struktur dari taksonomi Bloom menjadi: 1. Struktur dari dimensi proses kognitif. a. Mengingat b. Mengerti c. Menerapkan d. Menganalisis e. Mengevaluasi f. Berkreasi. 2. Struktur dari dimensi Isi/Jenis Struktur dari dimensi isi / jenis dibedakan atas 4 jenis pengetahuan, yaitu : a. Pengetahuan faktual b. Pengetahuan konseptual c. Pengetahuan Prosedural d. Pengetahuan metakognitif. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Pada pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber melainkan sebagai fasilitator dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan maka diperlukan suatu metode atau model pembelajaran. Menurut Zaini (2002), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini berlangsung suasana keterbukaan dan demokratis sehingga akan memberikan kesempatan optimal pada anak untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik. Terdapat beberapa pengertian mengenai pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Lie, A. (2007:12) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut juga sebagai sistem pembelajaran gotong royong. Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan tipe yang paling baik bagi guru menggunakan pendekatan kooperatif. Slavin (2009: 143) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : Pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi, jenis kelamin, dan etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersamasama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Slavin (2009: 43) mempunyai lima tahapan, yaitu: 1. tahap penyajian materi, 2. tahap kegiatan kelompok, 3. tahap tes individu, 4. tahap perhitungan skor perkembangan individu dan 5. tahap pemberian penghargaan kelompok. Dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran koopertif, guru harus menyiapkan materi yang sudah dirancang untuk keperluan kerja kelompok. Pembentukan kelompok merujuk kepada pendapat Slavin (2009: 150), yaitu berdasarkan pada prestasi akademik. Selanjutnya keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian bahwa siswa dikelompokkan menjadi 4-5 kelompok besar dengan kriteria sebagai berikut, satu kelompok siswa terdiri satu atau dua orang siswa dengan kemampuan akademik tinggi, dua siswa dengan kemampuan akademik sedang dan satu siswa dengan kemampuan akademik rendah. 2. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan metode kuasi eksperimen dengan disain pretes-postes. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional.

Instrumen pengukuran keberhasilan indikator hasil belajar dilakukan dengan bentuk tes. Bentuk soal disajikan dalam bentuk uraian. Indikator-indikator variabel keterampilan proses diuji validitas isinya dengan cara mengkonsultasikan instrumen tersebut dengan para ahli, sedangkan untuk variabel hasil belajar dilakukan validitas dan reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional, dapat dilah pada tabel berikut : Tabel Uji Signifikasi Perbedaan Dua Rata-rata Postes Kelas x S N Eksperimen 73,60 6,785 20 Kontrol 66,65 8,774 20 t hit Uji t P 2,80 0,008 Interpretasi H o ditolak Dari uji perbedaan rata-rata (uji t) di atas, didapat t hit dengan asumsi varians kedua kelas sama yaitu 2,80 dan nilai probabilitas atau signifikasi 0,008 nilai signifikasi ini kurang dari 0,05 atau P value < 0,05. Artinya berdasarkan kriteria pengujian di atas H o ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Dari hasil pengolahan postes dapat ditarik ksimpulan hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis data diketahui adanya pengaruh hasil belajar yang signifikan antara hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 73,60 sedangkan dengan pembelajaran konvensional 66,65. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematik siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa secara penuh aktif dalam pembelajaran, kemampuan kerjasama siswa terbangun, meningkatnya kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan menumbuhkan siswa berfikir kritis. Sementara dengan menggunakan pembelajaran konvensional siswa cenderung pasif, siswa hanya terbatas pada guru karena guru sangat mendominasi dalam proses kegiatan mengajar dan siswa menjadi tidak kreatif. Sehingga hasil belajar pada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar kelompok. Untuk keperluan itu, guru sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi belajar yang berorientasi pada metode kerja kelompok khususnya tipe STAD ( Student Team Achievement Division/Pembagian Pencapaian Tim Siswa). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan siswa lainnya ataupun dengan guru, memudahkan pemahaman siswa, tidak ada persaingan individu dan siswa dapat lebih bebas bertanya kepada siswa lainnya sebab siswa merasa enggan bertanya kepada guru apabila menemukan permasalahan. Hal ini yang menyebabkan penulis menentukan hipotesis hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Raksanagara Cililin. Hal ini disebabkan karena selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama antara siswa dengan siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator, siswa cenderung aktif dalam pembelajaran, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berpikir kritis. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSTAKA. Anita Lie. 2007. Grasindo. Cooperative Learning. Jakarta: Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Guru Membantu Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Mengembangkan CBSA. Bandung: Tarsito. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Suherman (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Wijayah Kusumah. Sutrisno, L. (2008). Hasil Belajar. [Online]. Tersedia:http://smpnbilahhula.wordpress.com[ 21 Maret 2012] Suyono (2009). Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar. Tersedia: http://suyono8.com [21 Maret 2012] Wardhani, Sri, dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Depdiknas Widodo, A. 2005. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2). 61-69 Zaini, Hisyam, Bermawi Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif. Edisi Revisi. CTSD Yogyakarta.