BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL KETAHANAN NASIONAL. NOMOR XX (1) April 2014 Halaman 11-18

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, tempat

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

Pendahuluan. Bab I. A. Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

Bagaimana Kebebasan Menyikapi Prostitusi di Indonesia? Oleh: Fadly Noor Azizi

Upaya Penanggulangan Prostitusi Online Internet Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dengan data sekunder dari internet dan buku, diketahui bahwa persepsi. keputusan rasional yang terdiri dari enam langkah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapangan mengenai rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

karya manusia dalam kemajuan Ilmu Pegetahuan dan Teknologi adalah Internet. yang lain. Berdasarakan komponen yang ada dalam internet maka terciptalah

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Chapter 12. Ocvita Ardhiani Komunikasi Multimedia

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

A. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang handal guna mendukung pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi digital interaktif ini mampu menghubungkan masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB V PENUTUP. masyarakat maka interaksi tersebut akan memiliki dampak yang positif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI JARINGAN INTERNET MELALUI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat bagi para penggunanya. Akuntansi (SIA). SIA adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan teknologi jaringan sebagai media komunikasi data terus meningkat

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002

Transkripsi:

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masyarakat Surabaya menolak atau tidak mendukung keberadaan lokalisasi prostitusi Dolly di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan yang melanggar nilai-nilai ajaran agama dan norma sosial yang dianut dan diyakini masyarakat. Keberadaan lokalisasi prostitusi Dolly tidak hanya membawa citra negatif bagi wilayah tempat tinggal di sekitarnya tetapi juga membawa pengaruh buruk bagi pola kebiasaan hidup masyarakat setempat terutama bagi remaja dan anak-anak. 2. Masyarakat Surabaya juga menolak atau tidak mendukung beredarnya akunakun prostitusi melalui jejaring sosial Facebook. Bagi masyarakat Surabaya, maraknya prostitusi online melalui jejaring sosial Facebook dikarenakan adanya ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap teknologi, kurangnya kesadaran masyarakat akan keamanan diri dalam penggunaan teknologi, terjadinya perubahan pola pikir dan pola hidup masyarakat, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan selektif terhadap masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia, 207

208 serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan, norma dan etika dalam menggunakan teknologi. 3. Ditinjau dari pengaruhnya terhadap ketahanan sosial budaya Kota Surabaya, diperoleh hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara sikap penolakan masyarakat terhadap aktivitas prostitusi baik yang dilakukan di kompleks lokalisasi prostitusi Dolly maupun melalui jejaring sosial Facebook dengan tingginya ketahanan sosial budaya Surabaya. Hal tersebut tercermin dari sikap masyarakat yang menolak semua aktivitas prostitusi di Kota Surabaya didukung dengan adanya kesadaran, kemauan, kemampuan, dan rasa tanggung jawab, serta peran aktif masyarakat untuk membantu pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi masalah prostitusi; adanya kepedulian dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesamanya untuk tujuan kepentingan bersama tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan; memiliki karakter yang kuat dalam menjalani kehidupannya dengan selalu berpegang pada sila-sila Pancasila yang merupakan jiwa dan kepribadian masyarakat Indonesia; memiliki kesadaran dan kepatuhan pada hukum yang berlaku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat demi terciptanya keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat.

209 8.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Kebenaran nilai-nilai agama dan norma sosial yang dianut dan diyakini masyarakat Surabaya sebagai dasar yang kuat untuk menentang dan menolak segala aktivitas yang berkaitan dengan prostitusi tidak seharusnya juga digunakan sebagai dasar untuk menghakimi bahkan membatasi ruang gerak bagi wanita pekerja seks dalam menjalani kehidupan sosialnya karena hal tersebut dapat menjadi bayangan menakutkan bagi wanita pekerja seks untuk kembali menjalani hidup normal dalam masyarakat bahkan justru dapat membawa mereka kembali hidup dalam dunia kelam. Oleh karena itu, diperlukan kepercayaan dari masyarakat dengan memberikan kesempatan kepada mantan pelaku prostitusi untuk membuktikan diri bahwa mereka pun dapat memberikan arti bagi kehidupan masyarakat sekitarnya serta dengan menempatkan mereka pada tempat dan kedudukan selayaknya masyarakat normal yang lainnya. Demikian juga dengan mantan pelaku prostitusi, harus mampu membuktikan kepada masyarakat dengan berbekal kemauan yang keras, tekad yang teguh untuk memegang komitmen berhenti dan meninggalkan dunia prostitusi serta dengan membuktikan bahwa mereka telah bertobat dan ingin kembali menjalani kehidupan normal di masyarakat. 2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan wajah baru dunia prostitusi dengan memanfaatkan teknologi internet dalam bertransaksi dan penawaran prostitusi. Pembentukan Undang -Undang Nomor

210 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai upaya pemerintah untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik ternyata belum cukup efektif dalam menjerat dan menanggulangi bisnis prostitusi online melalui jejaring sosial Facebook karena akses Facebook melalui chating-nya tidak dapat dikontrol dan juga kurangnya perhatian dari pemilik akun Facebook sendiri dalam mengontrol para pengguna akunnya sehingga perlu adanya peraturan yang mewajibkan pemilik internet menggunakan alat filtering untuk memblokir situs terlarang serta aktif dalam melakukan patroli cyber. Selain itu diperlukan pendekatan sosial baik melalui peran orang tua maupun peran dunia pendidikan. Peran orang tua dengan mengawasi dan menjaga keamanan informasi pribadi anak-anaknya selama mengakses internet, memberi contoh dan bertanggung jawab mengenai perilaku yang diharapkan dari anak, serta berperan sebagai regulator yang membatasi perilaku anak-anak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma sosial yang berlaku. Peran dunia pendidikan dengan memasukkan kurikulum pendidikan internet yang dijadikan standar pengajaran, meliputi penggunaan internet yang efektif terutama dalam bidang-bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan menekankan potensi positif internet yang tidak sekedar chatting dan bertukar salam dengan pengguna lain.

211 3. Sikap penolakan masyarakat terhadap aktivitas prostitusi dapat meningkatkan ketahanan sosial budaya Kota Surabaya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan peran aktif dari semua komponen masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi masalah prostitusi dengan langkah-langkah yang bijaksana. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara menyempurnakan perundang-undangan yang mengatur larangan aktivitas prostitusi; memberikan pendidikan keagamaan guna memperkuat keimanan terhadap nilai religius dan norma kesusilaan; memberikan sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan seks, maupun dampak buruk kemajuan teknologi kepada masyarakat umum terutama remaja dan anak-anak yang sangat rentan terhadap kemajuan teknologi saat ini; penyitaan terhadap buku, majalah, film, gambar, dan sarana lain yang berbau porno; melakukan pemblokiran terhadap akun-akun prostitusi online dan situs terlarang lainnya yang beredar melalui dunia maya. Tindakan penanggulangan dapat dilakukan dengan memberikan dukungan moral, bimbingan agama, pelatihan kerja dan pendidikan ketrampilan, pelayanan kesehatan kepada para pelaku prostitusi; melakukan pengawasan yang ketat terhadap lokalisasi prostitusi dengan melakukan pendataan terhadap penghuni wisma dan memberikan pembatasan jam operasional wisma. Dengan pendekatan kemanusiaan ini diharapkan dapat mempengaruhi mereka dari dalam sehingga muncul kesadaran dan keikhlasan dari dalam diri mereka sendiri untuk meninggalkan dunia prostitusi dan mengurangi bertambahnya aktivitas prostitusi terutama dikalangan remaja.