BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masyarakat Surabaya menolak atau tidak mendukung keberadaan lokalisasi prostitusi Dolly di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan yang melanggar nilai-nilai ajaran agama dan norma sosial yang dianut dan diyakini masyarakat. Keberadaan lokalisasi prostitusi Dolly tidak hanya membawa citra negatif bagi wilayah tempat tinggal di sekitarnya tetapi juga membawa pengaruh buruk bagi pola kebiasaan hidup masyarakat setempat terutama bagi remaja dan anak-anak. 2. Masyarakat Surabaya juga menolak atau tidak mendukung beredarnya akunakun prostitusi melalui jejaring sosial Facebook. Bagi masyarakat Surabaya, maraknya prostitusi online melalui jejaring sosial Facebook dikarenakan adanya ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap teknologi, kurangnya kesadaran masyarakat akan keamanan diri dalam penggunaan teknologi, terjadinya perubahan pola pikir dan pola hidup masyarakat, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan selektif terhadap masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia, 207
208 serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan, norma dan etika dalam menggunakan teknologi. 3. Ditinjau dari pengaruhnya terhadap ketahanan sosial budaya Kota Surabaya, diperoleh hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara sikap penolakan masyarakat terhadap aktivitas prostitusi baik yang dilakukan di kompleks lokalisasi prostitusi Dolly maupun melalui jejaring sosial Facebook dengan tingginya ketahanan sosial budaya Surabaya. Hal tersebut tercermin dari sikap masyarakat yang menolak semua aktivitas prostitusi di Kota Surabaya didukung dengan adanya kesadaran, kemauan, kemampuan, dan rasa tanggung jawab, serta peran aktif masyarakat untuk membantu pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi masalah prostitusi; adanya kepedulian dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesamanya untuk tujuan kepentingan bersama tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan; memiliki karakter yang kuat dalam menjalani kehidupannya dengan selalu berpegang pada sila-sila Pancasila yang merupakan jiwa dan kepribadian masyarakat Indonesia; memiliki kesadaran dan kepatuhan pada hukum yang berlaku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat demi terciptanya keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat.
209 8.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Kebenaran nilai-nilai agama dan norma sosial yang dianut dan diyakini masyarakat Surabaya sebagai dasar yang kuat untuk menentang dan menolak segala aktivitas yang berkaitan dengan prostitusi tidak seharusnya juga digunakan sebagai dasar untuk menghakimi bahkan membatasi ruang gerak bagi wanita pekerja seks dalam menjalani kehidupan sosialnya karena hal tersebut dapat menjadi bayangan menakutkan bagi wanita pekerja seks untuk kembali menjalani hidup normal dalam masyarakat bahkan justru dapat membawa mereka kembali hidup dalam dunia kelam. Oleh karena itu, diperlukan kepercayaan dari masyarakat dengan memberikan kesempatan kepada mantan pelaku prostitusi untuk membuktikan diri bahwa mereka pun dapat memberikan arti bagi kehidupan masyarakat sekitarnya serta dengan menempatkan mereka pada tempat dan kedudukan selayaknya masyarakat normal yang lainnya. Demikian juga dengan mantan pelaku prostitusi, harus mampu membuktikan kepada masyarakat dengan berbekal kemauan yang keras, tekad yang teguh untuk memegang komitmen berhenti dan meninggalkan dunia prostitusi serta dengan membuktikan bahwa mereka telah bertobat dan ingin kembali menjalani kehidupan normal di masyarakat. 2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan wajah baru dunia prostitusi dengan memanfaatkan teknologi internet dalam bertransaksi dan penawaran prostitusi. Pembentukan Undang -Undang Nomor
210 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai upaya pemerintah untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik ternyata belum cukup efektif dalam menjerat dan menanggulangi bisnis prostitusi online melalui jejaring sosial Facebook karena akses Facebook melalui chating-nya tidak dapat dikontrol dan juga kurangnya perhatian dari pemilik akun Facebook sendiri dalam mengontrol para pengguna akunnya sehingga perlu adanya peraturan yang mewajibkan pemilik internet menggunakan alat filtering untuk memblokir situs terlarang serta aktif dalam melakukan patroli cyber. Selain itu diperlukan pendekatan sosial baik melalui peran orang tua maupun peran dunia pendidikan. Peran orang tua dengan mengawasi dan menjaga keamanan informasi pribadi anak-anaknya selama mengakses internet, memberi contoh dan bertanggung jawab mengenai perilaku yang diharapkan dari anak, serta berperan sebagai regulator yang membatasi perilaku anak-anak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma sosial yang berlaku. Peran dunia pendidikan dengan memasukkan kurikulum pendidikan internet yang dijadikan standar pengajaran, meliputi penggunaan internet yang efektif terutama dalam bidang-bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan menekankan potensi positif internet yang tidak sekedar chatting dan bertukar salam dengan pengguna lain.
211 3. Sikap penolakan masyarakat terhadap aktivitas prostitusi dapat meningkatkan ketahanan sosial budaya Kota Surabaya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan peran aktif dari semua komponen masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi masalah prostitusi dengan langkah-langkah yang bijaksana. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara menyempurnakan perundang-undangan yang mengatur larangan aktivitas prostitusi; memberikan pendidikan keagamaan guna memperkuat keimanan terhadap nilai religius dan norma kesusilaan; memberikan sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan seks, maupun dampak buruk kemajuan teknologi kepada masyarakat umum terutama remaja dan anak-anak yang sangat rentan terhadap kemajuan teknologi saat ini; penyitaan terhadap buku, majalah, film, gambar, dan sarana lain yang berbau porno; melakukan pemblokiran terhadap akun-akun prostitusi online dan situs terlarang lainnya yang beredar melalui dunia maya. Tindakan penanggulangan dapat dilakukan dengan memberikan dukungan moral, bimbingan agama, pelatihan kerja dan pendidikan ketrampilan, pelayanan kesehatan kepada para pelaku prostitusi; melakukan pengawasan yang ketat terhadap lokalisasi prostitusi dengan melakukan pendataan terhadap penghuni wisma dan memberikan pembatasan jam operasional wisma. Dengan pendekatan kemanusiaan ini diharapkan dapat mempengaruhi mereka dari dalam sehingga muncul kesadaran dan keikhlasan dari dalam diri mereka sendiri untuk meninggalkan dunia prostitusi dan mengurangi bertambahnya aktivitas prostitusi terutama dikalangan remaja.