PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA)

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI KECEPATAN PENGADUKAN PADA PROSES ADSORPSI LIMBAH CAIR LAUNDRY UNTUK MENURUNKAN KADAR SURFAKTAN MENGGUNAKAN BATU BARA

PENYISIHAN KONSENTRASI COD LIMBAH CAIR DOMESTIK SISTEM BATCH MENGGUNAKAN ADSORBEN FLY ASH BATUBARA. *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Islam Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

STUDI PENENTUAN KONDISI OPTIMUM FLY ASH SEBAGAI ADSORBEN DALAM MENYISIHKAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

PERBAIKAN MUTU FRAKSI KEROSIN MELALUI PROSES ADSORPSI OLEH KARBON AKTIF

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

PENURUNAN KONSENTRASI SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG BATOK KELAPA (COCONUT SHELLS) KOMERSIL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH :

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANFAAT SURFAKTAN DALAM PROSES PEWARNAAN TEKSTIL

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

ANALISIS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DENGAN MEDIA ABSORBSI KARBON AKTIF JENIS GAC DAN PAC

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

Pemanfaatan Limbah Biomassa Pertanian untuk Sumber Daya Selain Energi

UJI EFEKTIFITAS CANGKANG TELUR DALAM MENGADSORBSI ION Fe DENGAN PROSES BATCH. Faisol Asip, Ridha Mardhiah, Husna

Kinetika Adsorpsi Ion Logam Cu (Ii) Menggunakan Serbuk Gergaji Teraktivasi dengan Asam Asetat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan zat kehidupan tidak satupun makhluk hidup di kehidupan ini

PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENURUNAN KONSENTRASI SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG BATOK KELAPA (COCONUT SHELLS) KOMERSIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI ADSORBEN DALAM PENYISIHAN COD DARI LIMBAH CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

Disusun Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Oleh :

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben).

ANALISIS PENGOLAHAN HASIL SAMPING N₂O DENGAN KARBON AKTIF DAN SEDIMENTASI UNTUK MENURUNKAN NILAI TDS DAN TSS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

Betty Hidayati, Sunarno, Silvia Reni Yenti

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT

Transkripsi:

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) Jurusan Teknik lingkungan UPN Veteran Jatim rosariawari@yahoo.com ABSTRACT Using detergent which progressively extend in society because detergent have many excellence compared to with soap generate ecological problem in water. It was caused by ALS ( Linear Alkil Benzene Sulfonat ) as deterjen formed, having the character of poison. Adsorption Process was used to permeate ALS by using Furnace Bottom Ash adsorbant ( FBA) which it got from burning of coal. Furnace Bottom Ash ( FBA) expected can permeate ALS in detergent waste water in an optimal condition. From the research which have been conducted, to be obtained by optimal ability at weight of FBA around 80 g / l, 16 mesh of FBA diameter and also contact time around 75 minute equal to 85.05 % Ability[of FBA Adsorbtion to degrade ALS concentration in detergent waste by batch process generally expressed in statistical equation of Y = - 4.3091 x + 25.6313 Keywords : Waste Detergent, ALS, Adsorbtion, Furnace Bottom Ash ( FBA) ABSTRAK Penggunaan deterjen yang semakin meluas di masyarakat karena deterjen memiliki banyak keunggulan dibanding dengan sabun biasa,dapat menimbulkan masalah ekologis di perairan. Hal ini disebabkan bahan pembentuk deterjen (ALS = Alkil Linier Benzene Sulfonat) bersifat racun. Proses Adsorbsi merupakan proses yang digunakan untuk menyerap ALS dengan menggunakan adsorban Furnace Bottom Ash (FBA) yang di dapat dari hasil pembakaran batu bara. Furnace Bottom Ash (FBA) diharapkan dapat menyerap ALS yang ada di dalam air limbah deterjen secara optimal. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kemampuan yang optimal pada berat media 80 g/l dengan diameter 16 mesh serta waktu kontak 75 menit sebesar 85.05 % Kemampuan adsorbsi FBA untuk menurunkan konsentrasi ALS dalam limbah deterjen dengan proses batch secara umum dinyatakan dalam persamaan statistik Y = -4.3091 x + 25.6313. Kata kunci : Limbah Deterjen, ALS, Adsorbsi, Furnace bottom Ash (FBA)

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) PENDAHULUAN Penggunaan deterjen yang semakin meluas dikarenakan deterjen mempunyai sifat sifat pembersih yang effektif dibandingkan dengan sabun biasa. Dalam skala kecil deterjen digunakan pada rumah tangga, laundry di hotel dan binatu sedangkan skala besar digunakan di industri. Limbah yang dihasilkan akibat buangan deterjen secara langsung kebadan air mengakibatkan dampak ekologis bagi lingkungan. Salah satunya adalah terjadinya Euthrophikasi. Salah satu bahan pembentuk deterjen adalah ALS. Dimana bahan pembentuk ini bersifat racun. Berbagai cara untuk meremoval limbah deterjen agar sesuai baku mutu, telah diterapkan pada pengolahan limbah industri maupun pengolahan air minum. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan mengurangi kadar limbah deterjen agar sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Furnace Bottom Ash merupakan suatu media adsorbsi yang digunakan untuk mengabsorb limbah deterjen. Furnace Bottom Ash (FBA) merupakan sisa pembakaran batu bara yang mengalami pembakaran pada suhu tinggi ( 1200-1400 C) pada industri PLTU. Perlakuan yang dialami oleh FBA ini hampir sama dengan proes aktivasi fisik karbon dimasukkan kedalam reaktor dan dikarbonisasi pada suhu tinggi (800-1000 C). Semakin tinggi suhu aktivasi semakin aktif karbon yang dihasilkan. Proses pembakaran yang terjadi pada FBA biasanya hanya menyebabkan FBA menjadi porus. Namun demikian diharapkan FBA mempunyai kemampuan cukup baik sebagai pengadsorb, untuk menurunkan konsentrasi surfaktan dalam air limbah. TINJAUAN PUSTAKA Deterjen anionik adalah kelompok yang paling banyak digunakan dimasyarakat. Deterjen anionik ini mempunyai daya pembersih yang kuat, murah dan mudah diperoleh di masyarakat. Penggunaan surfaktan jenis ini. Surfaktan anionik yang berasal dari sulfat adalah hasil reaksi antara alkohol rantai panjang dengan asamsulfat yang akan menghasilkan sulfat alkohol yang mempunyai sifat aktif permukaan (surface active agent : Surfactan). Penggunaaan surfaktan jenis ini yang paling umum adalah Alkyl Benzen Sulfonat (ABS) yang digunakan sebagai bahan utama deterjen. Bahan deterjen berupa ABS digantikan dengan ALS (alkil Linier Benzen Sulfonat) yang mempunyai rantai hidrokarbon primer atau sekunder,

JURNAL REKAYSA PERENCANAAN, Vol.4, No.3, Juni 2008 sehingga LAS bersifat mudah diuraikan secara biologis. Lundahl dan Cabridenc (1978) menemukan bahwa biodegradabilitas bertambah sampai panjang rantai alkil kira kira 15 atom karbon, memperlihatkan kenaikan biodegradabilitas pada panjang rantai yang lebih panjang lagi. Tobin dkk (1976) menemukan bahwa gugus alkil terdegradasi secara cepat dan surfaktan aslinya menghilang, namun ada bagian polietilat tertinggal dalam waktu lama dan gugus yang tertinggal ini bersifat toksik terhadap kehidupan perairan. - Proses Adsorpsi Menurut Weber adsorpsi diartikan sebagai akumulasi antar fase suatu material. Partikel atau material yang diadsorp disebut adsorbat dan bahan yang berfungsi sebagai penyerap disebut adsorbent. Adsorpsi terjadi karena adanya energi permukaan dan gaya tarik permukaan. Kinetika proses adsorpsi dijelaskan sebagai tingkat perpindahan molekul dari larutan kedalam pori pori adsorbent. Secara garis besar mekanisme adsorpsi dapat berlangsung dalam tiga tahap, yaitu : 1. Molekul molekul adsorbat berpindah dari fase cairan ke permukaan adsorbent dan untuk itu harus melalui lapisan film yang mengelilingi lapisan adsorbent. Proses ini disebut sebagai diffusi film. 2. Molekul adsorbat terserap kedalam permukaan dalam (interior) atau permukaan pori dari adsorbent. 3. Molekul adsorbat menempel pada permukaan adsorbent. - Faktor Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan adsorpsi dan sedikit banyak adsorbat yang dapat diserap adsorbant. Faktor faktor tersebut adalah : 1. Karakteristik Adsorbant Luas permukaan, pada umumnya jumlah adsorpsi yang terjadi per berat unit adsorban akan semakin besar bila media adsorban semakin luas spesifiknya. Ukuran pori, dimana mikropori lebih banyak dari pada makropori maka ukuran molekul adsorbat yang lebih kecil akan lebih banyak diadsorp dari pada molekul adsorbat yang lebih besar. 2. Waktu Kontak Waktu kontak untuk mencapai keseimbangan tidak selalu sama dalam setiap proses. 3. ph ph yang digunakan adalah ph 6 8. Penentuan ph dipastikan tidak

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) merubah sifatadsorban dan atau adsorbat yang terlibat dalam proses adsorpsi. 4. Temperatur Kecepatan adsorpsi bertambah dengan bertambahnya temperatur dan begitu juga sebaliknya. - Adsorpsi Surfaktan dengan FBA Proses adsorpsi dengan m,enggunakan media FBA ini merupakan adsorpsi secara fisika. Dimna proses adsorpsi secara fisika ini terjadi dengan melibatkan gaya tarik antar molekul adsorbat dan adsorban.tingkat kelarutan surfaktan dalam air tergantung pada panjang rantai karbonnya, semakin panjang rantai karbonnya semakin semakin hidrofobik sifatnya dan semakin kecil tingkat kelarutannya. Ini menyebabkan pada proses adsorpsi, surfaktan yang mempunyai rantai karbon yang lebih panjang akan mempunyai tingkat asdsorpsi lebih tinggi. Furnace Bottom Ash (FBA) adalah media adsorben yang mempunyai komposisi kimia yang dominan berupa senyawa silika dan alumina, sehingga dari senyawa tersebut diharapkan mampu mengadsorp surfaktan dan limbah deterjen. METODOLOGI Sampel air yang digunakan adalah limbah deterjen dengan FBA sebagai adsorbent. Alat yang digunakan untuk analisa kadar deterjen adalah spektrofotometer. Air limbah deterjen dan kecepatan pengadukan dengan menggunakan putaran shaker 150 rpm selama 15 menit. Sedangkan variabel yang divariasikan adalah : - Konsentrasi surfaktan dalam limbah deterjen : 49, 83 dan 99,97 ppm. - Waktu pengambilan sampel (menit) : 15, 30, 45, 60, 75 - Berat media adsorbent : 20, 25, 30, 35, 40 gram - Diameter media 4,75 2,63 ; 2,36 1,18; 1,18 0,34. Analisa deterjen dengan metode MBAS. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan penyerapan media FBA semakin baik jika terjadi kontak antara adsorban dan adsorbat dalam waktu yang relatif lama, sebelum adsorban tersebut mengalami titik jenuh. Proses adsorpsi yang terjadi per berat adsorban akan semakin besar bila media adsorban semakin luas permukaan spesifiknya, atau dapat dikatakan bahwa kapasitas adsorpsi sebanding dengan luas permukaan spesifik media.

JURNAL REKAYSA PERENCANAAN, Vol.4, No.3, Juni 2008 Tabel 1. Prosentase Penurunan ALS dengan konsentrasi ALS Awal 49.83 ppm pada Diameter Media 16 Mesh. Wkt 40 g/l 50 g/l 60 g/l 70 g/l 80 g/l (mnt) Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 15 20.33 59.20 19.71 60.45 17.39 65.10 14.9 70.10 13.85 72.21 30 19.88 60.10 18.99 61.89 15.32 69.26 11.92 76.08 10.63 78.67 45 17.89 64.10 17.2 65.48 14.48 70.94 10.13 79.67 8.52 82.90 60 16.56 66.77 16.03 67.83 13.83 72.25 8.55 82.84 7.73 84.49 75 16.48 66.93 15.9 68.09 13.07 73.77 8.48 82.98 7.45 85.05 Gambar 1. Proses Penurunan ALS terhadap Waktu dengan Media FBA berdiameter 16 Mesh dan Konsentrasi Awal ALS 49.83 ppm. Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa kemampuan adsorban dalam menyisihkan ALS semakin meningkat yang diikuti oleh peningkatan berat media adsorban. Sedangkan pada gambar 2. terlihat pada menit ke 60 sampai 75 terjadi sedikit peningkatan persen penyisihan ALS, tetapi peningkatan tersebut cenderung konstan. Hal ini disebabkan oleh pori pori media FBA yang berkurang kemampuannya dalam menyerap ALS. Kondisi tersebut dimungkinkan pada waktu penyerapan sebelumnya pori pori FBA tertutup oleh setiap lapisan molekul yang terbentuk, dimana lapisan tersebut akan menutupi lapisan sebelumnya. Jumlah lapisan yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi adsorbatnya.

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) Tabel 2. Prosentase Penurunan ALS dengan konsentrasi ALS Awal 99.97 ppm pada Diameter Media 16 Mesh. Wkt 40 g/l 50 g/l 60 g/l 70 g/l 80 g/l (mnt) Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 15 51.37 48.61 46.52 53.47 41.7 58.29 35.89 64.10 28.63 71.36 30 49.13 50.86 43.59 56.40 39.52 60.47 32.93 67.06 26.64 73.35 45 47.26 52.73 42.93 57.06 37.48 62.51 31.59 68.40 25.85 74.14 60 46.44 53.55 42.07 57.92 36.93 63.06 30.48 69.51 25.04 74.95 75 46.12 53.87 41.82 58.17 36.04 63.95 30.07 69.92 24.89 75.01 Gambar 2. Proses Penurunan ALS terhadap Waktu dengan Media FBA berdiameter 16 Mesh dan Konsentrasi Awal ALS 99.97 ppm

JURNAL REKAYSA PERENCANAAN, Vol.4, No.3, Juni 2008 Tabel 3. Prosentase Penurunan ALS dengan konsentrasi ALS Awal 49.83 ppm pada Diameter Media 8 Mesh. Wkt 40 g/l 50 g/l 60 g/l 70 g/l 80 g/l (mnt) % % Kons Kons % removal Kons removal removal Kons % removal Kons % removal 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 15 23.77 52.30 21.97 55.91 20.71 58.44 18.76 62.35 16.51 66.87 30 21.24 57.38 19.82 60.22 18.76 62.35 16.74 66.41 14.9 70.10 45 20.56 58.74 18.57 62.73 17.62 64.04 15.02 69.86 13.22 73.47 60 19.99 59.88 18.15 63.58 16.59 66.71 14.75 70.40 12.8 74.31 75 19.87 60.12 17.88 64.12 16.29 67.31 14.18 71.54 12.38 75.16 Gambar 3. Proses Penurunan ALS terhadap Waktu dengan Media FBA berdiameter 8 Mesh dan Konsentrasi Awal ALS 49.83 ppm.

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) Tabel 4. Prosentase Penurunan ALS dengan konsentrasi ALS Awal 99.97 ppm pada Diameter Media 8 Mesh. Wkt 40 g/l 50 g/l 60 g/l 70 g/l 80 g/l (mnt) % Kons % removal Kons % removal Kons removal Kons % removal Kons % removal 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 15 53.93 46.05 48.70 51.29 43.67 56.32 39.85 60.14 36.3 63.69 30 51.82 48.16 46.85 53.14 41.56 58.43 36.63 63.36 34.81 65.18 45 50.26 49.72 45.81 54.18 40.22 59.77 35.78 64.21 33.63 66.36 60 49.96 50.03 44.93 55.06 40.07 59.92 34.93 65.06 32.67 67.32 75 49.07 50.92 44.04 55.95 39.97 60.02 34.32 65.67 32.17 67.82 Gambar 4. Proses Penurunan ALS terhadap Waktu dengan Media FBA berdiameter 8 Mesh dan Konsentrasi Awal ALS 99.97 ppm

JURNAL REKAYSA PERENCANAAN, Vol.4, No.3, Juni 2008 Perilaku penyerapan Media oleh pori pori FBA berlaku untuk setiap variasi waktu kontak terhadap media seperti terlihat juga pada gambar 4.2b. Kemampuan penyerapan FBA terhadap konsentrasi ALS pada gambar 3 dan 4 berbeda. Hal ini disebabkan oleh kepekatan konsentrasi awal pada gambar 4 lebih tinggi dibanding dengan kepekatan konsentrasi awal pada gambar 3. dimana semakin pekat konsentrasi awal maka semakin sulit media FBA mengadsorpnya. Tabel.5. Prosentase Penurunan ALS dengan konsentrasi ALS Awal 49.83 ppm pada Diameter Media 4 Mesh. Wkt 40 g/l 50 g/l 60 g/l 70 g/l 80 g/l (mnt) Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 49.83 0 15 24.92 49.99 23.66 52.52 21.94 55.97 19.95 59.96 17.66 64.56 30 24.15 51.54 21.89 56.07 20.13 59.60 18.07 63.74 16.29 67.31 45 23.81 52.22 20.98 57.90 19.91 60.04 17.49 64.90 15.58 68.73 60 23.04 53.76 20.22 59.42 19.18 61.51 16.93 66.02 15.13 69.64 75 22.82 54.20 19.99 59.88 19.06 61.75 16.56 66.77 15.01 69.88 Gambar 5 Proses Penurunan ALS terhadap Waktu dengan Media FBA berdiameter 4 Mesh dan Konsentrasi Awal ALS 49.83 ppm.

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) penyisihan relatif sedikit dimana penambahan waktu kontak tidak banyak berpengaruh Gambar 5 menunjukkan pada berat media 40 g/l terlihat bahwa kenaikan persen terhadap persen penyisihankonsentrasi ALS. Hal ini dipengaruhi oleh oleh struktur pori media adsorban yang mempunyai luas permukaan spesifiknya lebih kecil, yaitu pada diameter butir yang paling besar (4 mesh). Tabel 6. Prosentase Penurunan ALS dengan konsentrasi ALS Awal 99.97 ppm pada Diameter Media 4 Mesh. Wkt 40 g/l 50 g/l 60 g/l 70 g/l 80 g/l (mnt) Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal Kons % removal 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 99.97 0 15 58.26 41.72 55.07 44.91 52.03 47.95 49.78 50.21 43.26 56.73 30 56.85 43.13 53.82 46.16 49.57 50.42 47.43 52.56 41.81 58.18 45 55.3 44.68 52.81 47.17 48.85 51.14 46.81 53.18 40.59 59.40 60 54.93 45.05 51.96 48.02 47.93 52.06 45.85 54.14 39.89 60.10 75 54.12 45.86 51.07 48.91 47.33 52.66 45.05 54.94 39.53 60.46

JURNAL REKAYSA PERENCANAAN, Vol.4, No.3, Juni 2008 Gambar 6 Proses Penurunan ALS terhadap Waktu dengan Media FBA berdiameter 4 Mesh dan Konsentrasi Awal ALS 99.97 ppm 4 (C 12 H 55 OSO 3 ) Na + SiO 2 Si (C 12 H 55 OSO 3 ) 4 + 2 Na 2 O Pada gambar 6 terlihat garis grafik yang mempunyai jarak yang cukup besar. Hal ini diakibatkan pada berat media 80 g/l tersebut, FBA mempunyai gaya tarik elektrik yang cukup besar untuk berikatan dengan ALS atau dapat dikatakan FBA mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menyerap ALS dalam air limbah deterjen sehingga persen penyisihan yang dihasilkan cenderung lebih besar. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa proses adsorpsi semakin baik dengan bertambahnya berat media FBA dan penambahan waktu kontak. Waktu kontak merupakan faktor yang menentukan dalam proses adsorpsi, dan waktu kontak yang diperlukan untuk mencapai nilai optimal tidaklah sama untuk setiap proses adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu sifat permukaan yang timbul jika dua fase terjadi kontak. Pada proses adsorpsi Linier Alkil Benzene Sulfonat (ALS) dengan media FBA ini terjadi karena adanya gaya tarik antara molekul molekul ALS dengan senyawa kimia yang terkandung dalam media FBA, yaitu berupa senyawa silika. Proses gaya tarik tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa silika mampu mengadakan ikatan dengan surfaktan sebagai akibat adanya gaya tarik elektrik, maka secara fisik surfaktan terserap pada permukaan FBA. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan kesimpulan sebagai berikut : Semakin kecil ukuran diameter FBA semakin baik effisiensinya dalam menurunkan konsentrasi ALS hingga mencapai 85,05 % pada diameter 16 mesh 1. dengan berat media adsorban 80 g/l dengan waktu kontak 75 minit. Kemampuan FBA dalam menurunkan konsentrasi ALS dalam limbah deterjen 2. dengan proses batch secara empiris dapat dinyatakan dengan persamaan statistik : Y = -4,3091 x + 25,6313 DAFTAR PUSTAKA Anonymous, Standart Methods for The Examination of Water and

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA) Wastewater, Sixteenth edition, APHA Washington, page 530 532 Cullum DC, 1994, Introduction to Surfactant Analysis, Blackie Academic and Profesional. Chenemisinaff PN and Ellerbusch F, 1958 Carbon Adsorption Handbook, Ann Arbor Science Publisher Inc, Michigan. Fardiaz Srikandi, 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius Bogor. Kawigraha A, 1995, Tinjauan Atas Sifat Fisik dan Kimia, Majalah BPPT No. LXV, Jakarta. Pohan HG, 1993, Prospek Penggunaan Karbon Aktif dalam Industri, Majalah Warta IHO, Vol. 10 No. 1-2, Bogor.