BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagus Nurul Akbar, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahan terhadap hak legal dari suatu organisasi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dengan cepat melalui informasi-informasi yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi internet pada jejaring sosial tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. eksistensinya dalam suatu lingkungan bisnis. Pada era sekarang itu bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil, mereka berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan masyarakat yang sering mengunjungi mall atau plaza serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis. baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan bisnis. Salah satu fenomena yang saat ini mulai berkembang

Gambar 1.1 Logo UNKL347

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. diri, orientasi masyarakat pada produk-produk fashion khususnya pakaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan bagi kehidupan kita, khususnya dalam bidang ekonomi pemasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang besar bagi dunia industri, salah satunya adalah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun rohani. Kebutuhan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan telekomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. fashion yang sangat dibutuhkan sama seperti pakaian. Fashion merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Makalah. Analisis Studi Kelayakan Bisnis-Usaha Distro. DI Susun oleh : Joko Purnomo

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Internet mengalami perkembangan yang luar biasa sejak pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek atau produk merupakan hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka, dengan menjadikan produk mereka produk nomor satu.

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia bisnis saat ini mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, perkembangan teknologi dan perekonomian telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 HUBUNGAN SEGMEN VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DENGAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi mendorong perusahaan untuk menampilkan iklan secara

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disamping itu juga konsumen semakin mengerti segala produk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan strategi yang bersifat fundamental bagi setiap Online shop

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak sekali pebisnis atau investor yang membuka bisnis coffee shop di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara elektronik (e-commerce) yang sangat populer dikalangan penggunanya.

1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gencarnya iklan pada berbagai produk menjadikan konsumen. mengetahui lebih banyak merek sebagai pilihan produk mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. penghematan waktu berbelanja, tenaga, dan transaksi, karena dapat dilakukan. pemeliharaan, tenaga kerja dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi sekarang ini, sekat-sekat yang membatasi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengisi waktu luang ataupun menjadikannya sebagai peluang bisnis. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada jaman yang makin berkembang seperti saat ini, banyak perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan teknologi e-commerce dalam berinteraksi dengan para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola dianggap sebagai salah satu olah raga yang paling populer di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia bisnis saat ini mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini internet menjadi peran penting untuk mencari informasi, sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung-tanggung pada saat ini pemerintah juga mengeluarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan merek tertentu di pasar negara lain. Strategi ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Contohnya saja produk 3F (food, fashion, dan fun) ketiga produk tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. Niat beli merupakan hal paling penting yang harus diperhatikan oleh

SBAB I PENDAHULUAN. Pencinta gadget atau barang elektronik tentu mengenal gadget bernama

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Terutama dalam hal telekomunikasi dan informatika. Hal

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini sangat banyak produk-produk yang baru bermunculan, baik

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berinvestasi dalam membangun merek yang luxury atau mewah, maka

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap merek dagang yang identik sehingga melanggar hak pemegang merek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fashion merupakan suatu bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan dalam aspek penampilan. Saat ini fungsi fashion bukan lagi sekedar penutup tubuh, namun menjadi suatu kebutuhan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan identitas diri. Kebutuhan ini didasari oleh keinginan konsumen untuk meningkatkan prestige berdasarkan simbol yang dikenakan (Nia dan Zaichkowsky, 2000). Produk yang termasuk fashion tidak hanya pakaian dan aksesori yang dikenakan, tetapi juga perhiasan dan sepatu. Salah satu produk fashion yang berkembang dengan pesat adalah sepatu. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya penjualan sepatu di pasar lokal. Belanja sepatu masyarakat Indonesia pada 2012 mencapai Rp. 115.000 per kapita, meningkat dari tahun sebelumnya yang baru mencapai Rp. 106.000 per kapita dan diproyeksikan untuk terus meningkat sebesar 30% di periode berikutnya (Tim redaksi 01, 2011). Salah satu produk sepatu yang banyak digunakan di Indonesia adalah Converse. Merek sepatu ini berasal dari Amerika Serikat. Keberadaan sepatu Converse di Indonesia dinilai cukup besar, hal tersebut terlihat dengan dibangunnya dua buah pabrik tempat pendistribusian sepatu Converse yang berada di daerah Tangerang dan Sukabumi. Converse memiliki nilai penjualan tertinggi pada penjualan di situs jejaring sosial. Dalam jejaring sosial Facebook, penggemar produk Converse mencapai 1,5 juta orang, tertinggi dari dua kompetitornya yaitu Nike dan Adidas (Rudy, 2011). Hal itu menunjukkan bahwa Converse merupakan merek yang sangat populer untuk kalangan anak muda, begitu pula Berdasarkan pengamatan, peneliti banyak menemukan mahasiswa di Kota Bandung yang menggunakan sepatu Converse. Selain populer, beberapa alasan yang membuat mereka menggunakan sepatu Converse adalah kualitas yang baik dan nyaman digunakan. Beberapa mahasiswa juga menyatakan bahwa Converse dinilai mampu meningkatkan prestige penggunanya karena

2 harganya yang cukup mahal. Data ini diperoleh melalui studi pendahuluan yang dilakukan kepada 75 mahasiswa pengguna Converse di Kota Bandung. Menurut Nia dan Zaichkowsky (2000), produk yang dinilai mewah dan sangat diminati oleh konsumen rentan menjadi target barang tiruan atau counterfeit. Hal ini pun terjadi pada produk Converse. Maraknya Converse tiruan (counterfeit) di Indonesia, khususnya di Kota Bandung ditunjukkan oleh jaringan distribusi produk counterfeit yang sangat luas. Produk Converse counterfeit mudah ditemukan di daerah perbelanjaan seperti alun-alun, Tegalega, Pasar Baru, Pasar Gede Bage, Cikudapateuh (Ahmad Yani), Cihapit serta toko-toko eceran sepatu lain yang lebih besar. Selain itu, produk counterfeit marak diperjual-belikan secara online. Banyak sekali situs internet yang menjual produk Converse counterfeit. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Converse original yang hanya memiliki satu situs internet resmi di Indonesia. Toko resmi Converse original di Kota Bandung pun hanya terdapat di Trans Studio Mall dan Paris Van Java, ditambah dengan beberapa gerai yang tidak khusus menjual produk Converse. Converse counterfeit diminati karena harganya lebih murah namun memiliki bentuk dan model yang sangat mirip dengan produk original. Banyaknya Converse counterfeit di pasaran membuat penjualan Converse original tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal tersebut dapat digambarkan oleh data laporan keuangan PT. Mitra Adi Perkasa sebagai pemegang lisensi serta distributor sepatu Converse di Indonesia :

3 Tabel 1.1 Data Penjualan Sepatu Converse (Sumber: Perseroan MCI Estimate) Data tersebut menunjukkan bahwa penjualan Converse tidak mengalami peningkatan yang signifikan, dari periode tahun 2009 hingga memasuki akhir tahun 2010 pertumbuhannya hanya 4%. Dua tahun berikutnya memang terjadi peningkatan 2% namun satu tahun kemudian pada 2013 tidak terjadi peningkatan. Kesimpulannya Converse lambat dalam proses penjualan. Salah satu penyebabnya karena terjadi persaingan dengan Converse counterfeit. Hal ini ditanggapi dengan serius oleh pihak Converse yang berupaya mengajukan tuntutan terhadap lebih dari 30 perusahaan dari seluruh dunia atas tuduhan menjiplak beberapa model sepatu Converse (Aningtias Jatmika, 2014). Sebelum melakukan pembelian, pengguna Converse biasanya akan mendekatkan diri dengan produk yang hendak dibeli. Secara konseptual hal ini dinamakan keterlibatan konsumen. Menurut Ferrinadewi (2005), keterlibatan adalah bentuk perwujudan motivasi dan merupakan suatu kondisi dimana konsumen berupaya untuk mendekatkan dirinya dengan produk atau merek dalam suatu bentuk hubungan tertentu. Keterlibatan dilakukan ketika objek (produk, jasa atau pesan promosi) dirasakan membantu dalam memenuhi kebutuhan, tujuan, dan nilai penting lainnya. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasikan informasi tentang pembelian (Mowen, 2002).

4 Keterlibatan konsumen tidak hanya dibedakan pada tingkat keterlibatannya saja tetapi juga dalam tipenya. Perbedaan ini terjadi karena persepsi tingkat kepentingan, tingkat kenyamanan, tingkat resiko, dan nilai diri yang bisa direfleksikan melalui suatu produk setiap konsumen berbedabeda (Laurent & Kapferer, 1986). Hal ini yang mendasari keterlibatan konsumen dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Dalam penelitian ini, tipe keterlibatan konsumen mengacu kepada konsep multi-dimensional aspek keterlibatan yang disarankan oleh beberapa peneliti (Sutisna, Peter dan Olson, 2002) yaitu: keterlibatan normative, keterlibatan resiko subjektif, keterlibatan jangka panjang, dan keterlibatan situational (dalam Ferrinadewi, 2005). Tipe keterlibatan konsumen pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan motivasi dan perilaku mahasiswa saat mendekatkan dirinya dengan suatu produk. Hal ini sejalan dengan pernyataan Peter dan Olson (2002) bahwa konsep keterlibatan sangat dapat menjelaskan perilaku konsumen. Motivasi mahasiswa saat mendekatkan dirinya dengan suatu produk beragam, di antaranya dipengaruhi oleh prestige dan gengsi, adanya situasi spesifik, minat dan rasa percaya pada produk, dan pertimbangan manfaat, resiko serta kondisi finansial. Perbedaan motivasi dan perilaku mahasiswa untuk mendekatkan dirinya dengan suatu produk akan mempengaruhi kecenderungan mereka dalam membeli sepatu Converse counterfeit. Variabel yang digunakan peneliti untuk mengukur hal tersebut adalah intensi membeli. Seperti yang dikatakan oleh Peter dan Olson (2002), bahwa perilaku konsumen dalam membeli suatu produk dapat diprediksi dengan cara mengukur intensi mereka sebelum melakukan pembelian. Menurut Ajzen (2006), intensi merupakan derajat keinginan seseorang untuk mencoba memunculkan suatu perilaku dan seberapa kuat usaha seseorang dalam memunculkan perilaku tersebut. Dimensi intensi membeli dalam penelitian ini diperoleh dari definisi intensi yang dikemukakan oleh Ajzen (2006), yaitu: sejauh mana keinginan konsumen untuk mewujudkan/tidak mewujudkan perilaku membeli Converse counterfeit dan seberapa besar usaha konsumen untuk membeli Converse counterfeit. Berdasarkan dua dimensi tersebut, peneliti ingin melihat apakah

5 terdapat hubungan antara keterlibatan normatif, keterlibatan resiko subjektif, keterlibatan jangka panjang, dan keterlibatan situasional dengan intensi membeli Converse counterfeit. Apabila terdapat hubungan, maka dapat dilihat tipe keterlibatan apa yang hubungannya paling signifikan. Pada akhirnya peneliti dapat mengetahui, mahasiswa dengan perilaku dan motivasi seperti apa yang memiliki kecenderungan tinggi untuk membeli sepatu Converse counterfeit. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik membuat suatu penelitian dengan judul Hubungan antara Tipe Keterlibatan Konsumen dengan Intensi Membeli Converse Counterfeit pada Mahasiswa di Kota Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa permasalahan utama adalah maraknya produk counterfeit. Didasari permasalahan tersebut, peneliti membuat pertanyaan penelitian yaitu : 1. Apakah terdapat hubungan antara tipe keterlibatan normatif dengan intensi membeli Converse counterfeit? 2. Apakah terdapat hubungan antara tipe keterlibatan situasional dengan intensi membeli Converse counterfeit? 3. Apakah terdapat hubungan antara tipe keterlibatan jangka panjang dengan intensi membeli Converse counterfeit? 4. Apakah terdapat hubungan antara tipe keterlibatan resiko subjektif dengan intensi membeli Converse counterfeit?

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memperoleh data empiris mengenai tipe keterlibatan konsumen dan intensi membeli Converse counterfeit pada mahasiswa di Kota Bandung. 2. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara tipe keterlibatan konsumen dengan intensi membeli Converse counterfeit pada 3. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara tipe keterlibatan normatif dengan intensi membeli Converse counterfeit pada mahasiswa di Kota Bandung. 4. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara tipe keterlibatan situasional dengan intensi membeli Converse counterfeit pada 5. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara tipe keterlibatan jangka panjang dengan intensi membeli Converse counterfeit pada 6. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara tipe keterlibatan resiko subjektif dengan intensi membeli Converse counterfeit pada D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pihak yang terkait, yaitu : a. Bagi Pihak Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi rekomendasi kepada perusahaan dalam menggambarkan perilaku konsumen Converse. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk mengkaji ulang strategi pemasaran agar informasi dan distribusi produk menjadi lebih efektif. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk memahami motivasi dan perilaku konsumen yang memiliki

7 kecenderungan tinggi untuk membeli produk counterfeit. Perusahaan dapat mengkaji ulang strategi pemasaran dan distribusi produk berdasarkan motivasi dan perilaku konsumen untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh persaingan dengan produk palsu. b. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang mengangkat fenomena keterlibatan konsumen atau perilaku konsumen dalam membeli produk counterfeit. E. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat penelitian 1.5 Sistematika Penulisan BAB II. KAJIAN PUSTAKA BAB III. METODE PENELITIAN BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN