BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 2 Anak-anak yang tidak dapat mendengar dengan baik membutuhkan bantuan dini

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada di masa keemasan the golden age, yaitu masa

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KLIEN BERBEDA BY. NS. SRI EKA WAHYUNI, S.KEP

PENDAHULUAN. dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang


Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reza Febri Abadi, 2013

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU. penguasaan struktur dan tata bahasa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. karena manusia dapat berkembang dengan lingkungannya karena ada manusia

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang dapat menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETRAMPILAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK A TK DESA PLUMBON II MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

THE ABILITY OF STUDENTS DEAF EXPRESSIVE LANGUAGE 1st CLASS ELEMENTERY SCHOOL AT SLB WIYATA DHARMA I SLEMAN

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI. Muhammad Arif Budiman S

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

dalam Memahami Isi Bacaan pada Anak Tunarungu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Wahyuni, 2014 Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irma Octavia Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan komunikasi lisan dianggap mencerminkan kemampuan komunikasi lisan seorang anak secara keseluruhan. Komunikasi lisan terdiri dari berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk berkomunikasi. Hal tersebut diukur dengan membandingkan berbagai bunyi yang digunakan seseorang dengan norma-norma yang ada bagi kelompok seusianya. Tiap anak pada umumnya belajar berbicara atau berkomunikasi lisan dari ibunya, dan orangorang di sekitarnya, makin bertambah usianya, makin terlatih pula daya mendengar dan menirukan suara-suara yang didengarnya. Dengan berulangulangnya situasi dan pengamatan yang diiringi dengan penangkapan bahasa lisan, maka tumbuh dan berkembang pula pengertian, apa yang diucapkan oleh orang lain. Melalui nalurinya mencoba meniru mengucapkan kata dan ujaran yang didengarnya. Proses di atas tidak terjadi pada anak tunarungu sejak lahir, ia tidak bisa membedakan peranan utama pada kata dan kalimat yang tampak dan terbayang pada ingatannya hanya gerakan bibir dan mimik si pembicara, pada anak tunarungu yang kehilangan pendengaran sangat berat sedikit harapan ada dorongan untuk meniru suara karena tidak ada rangsangan pada indera pendengarannya, apa itu suara ia tidak mengerti. Satu-satunya jalan untuk menangkap bahasa adalah melalui indera penglihatannya. Anak kecil yang mendengar senang meniru bunyi dan suara-suara yang didengarnya, secepat itu ia tahu dan dapat membuat suara seperti yang didengarnya walaupun tidak sempurna, peristiwa itu biasa disebut meraban. Selama hidupnya anak beberapa kali mengulang satu kata atau lebih, akhirnya dia memanfaatkan kata-kata yang didengarnya dalam perkembangan selanjutnya sehingga perbendaharaan kata semakin bertambah sehingga dapat 1

2 menguraikan kata-kata dalam berkomunikasi lisan, sedangkan pada anak tunarungu mengalami fase meraban sebagai awal perkembangan bicara akan tetapi perlu adanya stimulus maupun motivasi, karena itu perlu diusahakan agar anak tunarungu tersebut segera mempergunakan indera penglihatannya sebagai alat untuk mendapatkan bahasa. Melalui penglihatannya ia harus mencoba meniru dan menangkap ujaran orang lain, dan mencoba mengujarkannya kembali (berbicara). Anak tunarungu tidak dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya sendiri tanpa ada orang yang melatih atau menuntunnya, karena itu perkembangan bahasa bicara selanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan lainnya, sedangkan setiap orang walaupun dia tunarungu harus berusaha untuk memiliki keterampilan komunikasi yang dapat dipahami oleh orang lain agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam komunikasi lisan, bahasa adalah sesuatu yang diujarkan, hal ini berarti proses penyampaian pesan yaitu berbicara dan proses penerima pesan yaitu mendengar, dan pesan harus tersampaikan dengan baik dan dimengerti oleh si penerima pesan dan ini dapat dinamakan proses berkomunikasi berhasil. Tetapi pada kenyataan yang terjadi setelah anak tunarungu mulai menginjak remaja,terlihat berbeda-beda tingkat kemampuan komunikasi lisan mereka. Ada yang dapat dipahami ada juga yang tidak dapat dipahami, seperti terlihat pada percakapan antar siswa kelas VII SDLB di SLB Al-Ishlah Purwadadi Kabupaten Subang yang dilaksanakan pada hari Senin, Tanggal 20 Januari 2014. Guru : Kamu di rumah sama siapa? EB : Baba, aya, ayi (tidak dapat dipahami) RA : Papa, mama (dapat dipahami) Guru : Kemarin kamu di rumah melakukan apa? EB : Ui bau, baai, uop..pi.. (tidak dapat dipahami) RA : Capu, pel, nyuhi tepatu (dapat dipahami) PM : Paih, pel, hapu (tidak dapat dipahami) AF : pah.. (tidak dapat dipahami) Kemudian EB berbicara secara tiba-tiba,

3 EB : au lat bau.., sambil memegang kepala dan mengisyaratkan dia sedang bingung. (tidak dapat dipahami) PM : pah? Tanya putri pada EB EB : manyiu,pahap hi pah.. dia menjelaskan dengan isyarat kalau pinsilnya tidak ada. (tidak dapat dipahami) RA : Pincil Ehi euweuh... (dapat dipahami) Guru : AF, lihat pinsil EB? AF : Buh..ba..bah... (tidak dapat dipahami) Dari percakapan di atas dapat terlihat bahasa lisan mereka sangat bervariasi ada yang dapat dipahami dan ada juga yang tidak dapat dipahami oleh guru. Dapat dipahami RA Tidak dapat dipahami PM EB AF Dari deskripsi di atas dapat terlihat kemampuan komunikasi lisan mereka berbeda-beda, ada yang dapat dipahami dan ada yang tidak dapat dipahami, sedangkan derajat kehilangan pendengaran RA dan AF sama diantara 50-60dB tetapi kemampuan komunikasi lisan mereka berbeda begitu juga PM dan EB, mereka mengalami kehilangan pendengaran berat sekitar 100-110dB dan mereka pun mempunyai kemampuan komunikasi lisan yang berbeda, karena hal tersebut di atas penulis mencoba untuk mengamati mengapa kemampuan komunikasi lisan mereka tidak sama, apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi lisan mereka, sehingga dalam penelitian ini penulis mempelajari skripsi tentang Sistem Komunikasi Siswa Tunarungu (Studi Kasus Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMPLB Kelas LAnjutan 2 di SLB B YP3 ATR 1 Cicendo dan kemudian penulis mengambil judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH PURWADADI

4 B. Fokus Masalah Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tertuju kepada Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH PURWADADI? Dengan subfokus masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu Kelas VII? 2. Apa saja yang mempengaruhi sehingga siswa memiliki keterampilan komunikasi lisan? 3. Apa saja yang menjadi hambatan bagi orangtua dan guru dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII? 4. Upaya upaya apa saja yang dilakukan oleh orangtua dan guru untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kemampuan keterampilan komunikasi lisan pada siswatunarungu kelas VII 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi lisan pada siswa tunarungu Kelas VII 3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII 4. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Orangtua Bagi orangtua hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk menambah ilmu dalam melayani anak yang mempunyai kebutuhan khusus 2. Bagi Sekolah a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu b. Bagi SLB B, khususnya SLB AL-ISLAH PURWADADI hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu E. Struktur Organisasi Dalam penulisan penelitian deskriptif kualitatif ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII terdiri dari lima Bab. Dengan penulisan sebagai berikut : Bab I merupakan Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian yang disertai pertanyaan penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan sistematika penulisan. Uraian dalam Bab I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang keseluruhan tulisan serta batasan masalah yang diuraikan oleh penulis pembahasannya. Bab II menguraikan tentang teori pengembangan dari berbagai pertanyaan pertanyaan masalah pada fokus penelitian yang diteliti dengan sub bab sebagai berikut : A. Konsep Dasar Anak Tunarungu, B. Konsep Dasar Komunikasi Lisan, C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lisan. Bab III membahas tentang metodologi Penelitian Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif dengan

6 susunan penulisannya meliputi Tempat Penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Tehnik Analisis Data. Dalam Bab IV membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab hasil penelitian dan pembahasan ini terdiri dari dua hal utama, yaitu : 1. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH Purwadadi kabupaten Subang 2. Pembahasan atau analisis dari data yang dihasilkan dari lapangan dan mendeskripsikan. Sedangkan dalam Bab terakhir yaitu Bab V tentang Kesimpulan dan Saran. Bab kesimpulan dan Saran ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penelitian, penulisannya dengan cara uraian padat. Saran yang ditulis setelah kesimpulan ditujukan kepada guru dan orangtua, para pengguna hasil penelitian ini.