BAB I PENDAHULUAN. sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan UU

BAB II LANDASAN TEORI. Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang

Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah character strength

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Perawat di RS. Muhammadiyah Kota Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Profil Kekuatan Karakter Pada Mahasiswa Hafidz Qur an di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

BAB II LANDASAN TEORI. human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Cibeunying Kidul Kota Bandung

Prosiding Psikologi ISSN:

Studi Deskriptif Character Strength Suami dengan Istri Pasca Stroke di RSAI Bandung.

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Terjadi kekosongan (emptiness) karena anak-anak sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori Kekutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada Character Strengths untuk bertahan di lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai masalah hukum, semakin banyak orang yang. melakukan tindak pidana. Tindak pidana memang tidak akan pernah musnah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

GAMBARAN VIRTUE MAHASISWA PERANTAU

Hubungan antara Character Strength dengan Komitmen Organisasi pada Guru Honorer di SLB Negeri Cinta Asih Soreang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Character strength) yang merupakan salah satu bidang kajian Psikologi Positif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keorganisasian itu sudah menjadi keharusan. Tidak dapat dipungkiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Multi Level Marketing (MLM). Perusahaan Multi Level Marketing (MLM)

KEKUATAN KARAKTER DAN KEBAJIKAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Indera penglihatan merupakan salah satu potensi vital yang dimiliki manusia

CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG TUNA DAKSA DI NPCI KOTA BANDUNG. Abstrak

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asosiasi Psikologi Amerika, Martin Seligman, ilmu psikologi hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN VIRTUE MAHASISWA PERANTAU. (Studi Deskriptif di kota Medan) SKRIPSI RUTH WIDYA WIRA LOGIASARI LINGGA

PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER (CHARACTER STRENGTHS) NARAPIDANA PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG.

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

PROFIL KEKUATAN KARAKTER DAN KEBAJIKAN PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meneliti Character Strength pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Rumah Sakit Al-

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian Psikologi Positif, teori Strenght of Character ini terdapat dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

Hubungan Character Strength dengan Employee Engagement pada Kelompok Kerja Reporter Stasiun RRI Bandung

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

Hubungan antara Character Strength dengan Penyesuaian Diri yang Efektif Pada Narapidana di Lapas Sukamiskin Kelas IIA Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kita itu memang harus punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberaninan merantau kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri. Purdi E. Chandra Alasan utama mengapa orang merantau adalah untuk meraih kesuksesan, sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu wirausahawan sukses yang juga berawal sebagai seorang mahasiswa perantau. Menurut Purwono (2011), keberanian merantau perlu dimiliki sehingga dapat membentuk pribadi yang mandiri, siap menghadapi lingkungan baru, dengan banyak tantangan yang harus dihadapi. Merantau berarti meninggalkan kampung halaman pergi ke negeri lain dengan maksud untuk mencari keuntungan, memperbaiki nasib atau membangun diri. Tidak hanya alasan pekerjaan, kini pendidikan khususnya pendidikan perguruan tinggi merupakan alasan utama para generasi muda untuk merantau. Berdasarkan definisinya pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), merantau adalah pergi atau berpindah dari satu daerah asal ke daerah lain. Sementara itu, mahasiswa adalah individu yang telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan telah terdaftar di perguruan tinggi. Budiman (2006) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat diploma, sarjana, magister atau spesialis. Berdasarkan uraian di atas, mahasiswa perantau dapat dipahami

sebagai individu yang tinggal di daerah lain untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempersiapkan diri dalam pencapaian suatu keahlian jenjang perguruan tinggi. Fenomena mahasiswa perantau umumnya bertujuan untuk meraih kesuksesan melalui kualitas pendidikan yang lebih baik pada bidang yang diinginkan. Fenomena ini juga dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan (Santrock, 2002). Dalam proses pendewasaan dan mencapai kesuksesan, mahasiswa perantau dihadapkan pada berbagai perubahan dan perbedaan diberbagai aspek kehidupan yang membutuhkan banyak penyesuaian. Ketidakhadiran orang tua di perantauan merupakan salah satu perubahan situasi yang mempengaruhi penyesuaian diri dan sosial pada mahasiswa perantau. Seperti yang dikemukakan oleh Emelia Astuty Hutapea (2006) dalam penelitian mengenai gambaran resiliensi pada mahasiswa perantau, diperoleh bahwa 70.8 % responden menilai teringat pada keluarga adalah situasi yang dinilai sebagai sumber stress. Hal ini juga diakui oleh salah seorang mahasiswi perantau yang berada di kota Medan : pertama kali sampai Medan, rasanya beda kali suasananya. Bahasanya juga cukup buat aku terkejut kan. Karena kan orang medan itu ngomongnya kayaknya tegas-tegas. Sampai yang tiap hari itu siap materikulasi kan langsung pulang ke kost. Itu sampai yang rasanya pengen pulang ke rumah aja. Kalau telpon mama itu yah sedih. (Komunikasi Personal, 27 Oktober 2011)

Ada beberapa perubahan situasi lain yang dinilai sebagai sumber stress seperti bergaul dan berkomunikasi dengan teman baru, menyesuaikan diri dengan norma warga setempat hingga gaya belajar yang sulit diikuti oleh mahasiswa perantau (Hutapea, 2006). Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh salah seorang mahasiswi perantau asal Palembang yang berada di kota Medan berikut : masalah bahasa, itu yang paling pertama ku hadapi. Aku rasa awalnya memang sulit, apalagi satu bulan pertama tapi aku terus ngeyakinin diri aku untuk kuat, sabar, bertahan dan sedikit-sedikit belajar dari teman gimana sih bahasa-bahasa yang biasa dipake di Medan. Lama-lama juga sekarang sudah terbiasa. Malah sekarang pun kan teman yang lain suka menggunakan istilah yang biasa digunakan di Palembang (Komunikasi Personal, 27 November 2011) Hurlock (1999) mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, dibutuhkan banyak penyesuaian baru. Hal inilah yang dialami mahasiswa perantau, yakni ketika pergi meninggalkan kampung halaman mahasiswa perantau dihadapkan pada lingkungan dengan pola kehidupan sosial yang berbeda serta mengalami perubahan pada pola pembelajaran di perguruan tinggi. Hal tersebut tentu saja menyebabkan perubahan di beberapa aspek kehidupan yang menuntut kemandirian dan bertanggung jawab untuk siap menghadapi lingkungan baru dan bertahan dalam meraih kesuksesan. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang mahasiswa perantau asal kota Pinang : Kalau kita kuliahnya merantau terus tinggal jauh dari orang tua kan, kita kan jadi bisa lebih mandiri. Semuanya kita selesaikan sendiri. Pokoknya semua hal yang kita kerjakan harus mandirilah. Dan yang aku tahu sih. Mahasiswa perantau itu pasti lebih mandiri dari pada mahasiswa yang tinggal sama orangtuanya.. (Komunikasi Personal, 27 Oktober 2011)

Hal ini juga didukung penelitian mengenai kemandirian mahasiswa perantau asal daerah Aceh, yakni ditemukan bahwa mahasiswa perantau memiliki tingkat kemandirian diberbagai aspek yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tinggal dengan kedua orangtuanya (Yani, 2007). Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa tidak mudah bagi mahasiswa yang merantau untuk dapat mencapai kesuksesan. Meskipun menghadapi kesulitan, mahasiswa perantau tetap dapat mencapai kesuksesan. Kesuksesan yang dimaksud terlihat dari pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tidak hanya usaha dan kerja keras dalam mencapai kesuksesan, namun juga karakter. Hal tersebut dikemukakan oleh Seligman (2002), bahwa agar kehidupan yang baik dapat tercapai dibutuhkan karakter baik dalam menjalani setiap aktivitas diberbagai aspek kehidupan. Karakter baik seperti kejujuran, keadilan, ketulusan, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian dan kedermawanan merupakan hal penting bagi seseorang untuk mencapai kesejahteraan diri dan kesuksesan (Stoltz, 2000). Karakter positif atau karakter baik mengarah pada konsep yang ditelaah lebih mendalam disebut sebagai virtue, yang direfleksikan oleh kekuatan karakter atau character strength (Seligman & Peterson, 2004). Allport (dalam Azwar, 2008) menyatakan bahwa karakter dan kepribadian satu dan sama. Menurut Schultz (1994), karakter merupakan sejumlah pola emosional, kognitif dan perilaku yang dipelajari dari pengalaman yang menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa dan berperilaku. Sedangkan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukaan karakteristik perilaku dan pikirannya. Kepribadian digunakan

untuk mendeskripsikan individu yang penilaiannya berasal dari dalam diri individu tersebut (Schulz & Schultz, 1994). Dalam pembentukannya, karakter dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami individu tersebut, kemudian mempengaruhi cara mereka menanggulangi perubahan dan menyeimbangkan perbedaan agar dapat sukses bertahan (Pervin, Cervone & John, 2005). Virtue merupakan karakter utama atau disebut sebagai human goodness yang ditampilkan character strength dan bersifat universal, yakni wisdom and knowledge, courage, humanity, justice, temperance, dan transcendence. Hal ini dikatakan demikian karena virtue adalah karakter-karakter baik yang ada pada diri manusia dan digunakan dalam penyelesaian tugas serta masalah yang dihadapi. Character strength dan virtue diyakini sebagai fondasi dari seluruh situasi kehidupan manusia dan penting menjadi penguat dalam menyeimbangkan aktivitas kehidupan individu, sehingga mencapai kehidupan yang baik (Peterson & Seligman, 2004). Terkait budaya, dikatakan bahwa virtue terdapat di setiap budaya, namun masing-masing budaya akan memaknai virtue dengan cara yang berbeda sehingga tindakan yang muncul ketika menghadapi tantangan hidup menjadi berbeda (Seligman, 2002). Virtue direfleksikan oleh kekuatan karakter. Kekuatan karakter (character strength) didefinisikan sebagai karakter baik yang dimiliki individu atau trait positive yang ditampilkan melalui pikiran, perasaan dan tingkah laku. Ada 24 character strength, yaitu creativity, curiosity, open-mindedness, love of learning, perspective, bravery, persistence, integrity, vitality, love, kindness, social intelligence, citizenship, fairness, leadership, forgiveness and mercy, humility and

modesty, prudence, self regulation, appreciation of beauty and excellence, gratitude, hope, humor dan spirituality. Selanjutnya character strength diklasifikasikan dalam enam virtue utama (Seligman & Peterson, 2004). Berdasarkan kajian di atas, saya sebagai peneliti tertarik untuk mengetahui hal yang dapat mendukung kesuksesan yakni virtue mahasiswa perantau di kota Medan yang sukses ditengah tantangan hidup sebagai mahasiswa perantau. Dalam hal ini pencapaian kesuksesan diindikasi melalui Indeks Prestasi Kumulatif yang dicapai. Selain itu, sesuai pernyataan Campton (2005) bahwa setiap budaya memiliki kekuatan karakter yang dipandang dengan cara yang berbeda, sehingga karakter yang dominan di suatu budaya menjadi berbeda. Dengan demikian, penelitian ini juga melihat gambaran virtue yang cenderung dominan dimiliki mahasiswa perantau ditinjau berdasarkan budaya. Budaya sangat umum dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa atau kelompok etnis dan agama. Perilaku yang kebetulan keturunan Jawa selalu dikaitkan sebagai pengaruh budaya Jawa (Dayaksi & Yuniardi, 2004). Dengan demikian, dalam penelitian ini budaya dikaitkan sebagai kelompok etnis dan agama. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, dengan alat ukur berupa skala berguna menggambaran virtue yang dimiliki mahasiswa perantau. Skala virtue disusun berdasarkan klasifikasi character strength menurut Peterson & Seligman (2004).

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut : 1. bagaimana gambaran virtue mahasiswa perantau di kota Medan? 2. bagaimana gambaran character strength mahasiswa perantau di kota Medan? C. TUJUAN PENELITIAN Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. untuk mengetahui gambaran virtue mahasiswa perantau di kota Medan. 2. untuk mengetahui gambaran character strentgh mahasiswa perantau di kota Medan. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan psikologi khususnya bidang positive psychology. Sehingga, dapat memberikan informasi mengenai human goodness yaitu virtue mahasiswa perantau di kota Medan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan institusi pendidikan dan mahasiswa secara pribadi.

a. Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak terkait mengenai gambaran virtue mahasiswa perantau berprestasi di kota Medan. Harapan peneliti hasil yang diperoleh dapat memberi gambaran dan informasi pada institusi pendidikan perguruan tinggi, guna lebih memperhatikan, mendukung dan membantu para mahasiswa baru yang merantau dalam meraih kesuksesan. b. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi mahasiswa perantau di kota Medan. Dengan mengetahui gambaran virtue dan character strength yang dimiliki, diharapkan mahasiswa perantau dapat lebih memahami dan mampu meningkatkan kekuatan karakter baik yang dimilikinya guna mempertahankan serta mengembangkan pencapaian kesuksesannya. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II : Landasan teori, menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi variabel penelitian, meliputi landasan teori virtue dan character strength serta mahasiswa perantau.

Bab III : Metode penelitian, berisikan metode dasar penelitian seperti identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, metode pengambilan sampel, instrumen/ alat ukur yang digunakan, dan metode analisa. Bab IV : Analisa data dan pembahasan, berisikan uraian mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan saran.