DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mendiami Pulau Jawa (Sulistyawati, 2011). dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes, 2014).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu, selain dari Asuhan Antenatal, Persalinan Bersih dan Aman dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

HUBUNGAN BEHAVIOUR INTENTION TENTANG PERILAKU PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN STATUS KEPESERTAAN DALAM KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk

Employment Status, Family Income, Contraceptive Availability, and their Effects on the Use of Long Term Contraceptives in Sukoharjo, Central Java

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

PERSEPSI AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING KB SUNTIK DI BIDAN PRAKTIK SWASTA DWI KUSUMA DESA POJOK KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

Transkripsi:

DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN SUKOHARJO Sri Setiyo Ningrum 1), Dono Indarto 2), Mahendra Wijaya 3) 1) Program Studi Diploma III Kebidanan, Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia Sukoharjo, email: srisetiyoningrum@ymail.com 2) Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, email: donoind323@gmail.com 3) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, email: mahendrawijaya_uns@yahoo.co.id ABSTRACT Pendahuluan: Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan salah satu program pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk. Theory of Planned Behavior mendukung pemilihan MKJP oleh akseptor Keluarga Berencana (KB). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kepribadian, budaya lokal dan dukungan keluarga yang mempengaruhi penggunaan MKJP di Kabupaten Sukoharjo. Metode: Penelitian diskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah akseptor implan, Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP) di Wilayah Kabupaten Sukoharjo. Pengumpulan data dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen. Analisis data menggunakan model analisis interaktif kualitatif dan verifikasi data dengan teknik triangulasi sumber dari tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan terkait. Hasil: Sebanyak 86,67 % informan memiliki kepribadian ekstrovert. Kepribadian merupakan behavioral beliefs dan berpengaruh terhadap penerimaan informasi MKJP. Budaya lokal termasuk normative beliefs menyatakan bahwa banyak anak banyak rejeki dan anak sebagai tempat bergantung dihari tua. Masyarakat masih meyakini budaya lokal tersebut. Control beliefs berasal dari suami/istri yang mendukung pemilihan MKJP. Kesimpulan: Pengunaan MKJP oleh akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo selaras dengan Theory of Planned Behavior. Informasi MKJP perlu diberikan tidak hanya kepada akseptor tetapi juga kepada pasanganya. Kata Kunci: Kepribadian, Budaya Lokal, Dukungan Keluarga, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. 139

PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan masalah demografis yang penting dewasa ini. Indonesia menjadi negara ke-4 sebagai penduduk terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat (BKKBN, 2012). Pada tahun 2015, Indonesia memiliki jumlah penduduk 255.461.700 jiwa yang sebagian besar di Pulau Jawa. Jumlah penduduk Jawa Tengah sebesar 33,52 juta jiwa dan menduduki peringkat tiga besar setelah Jawa Barat dan Jawa Timur (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015). Sedangkan jumlah penduduk di Sukoharjo dari tahun 2009 2015 mengalami peningkatan kurang lebih 0,70 % per tahun (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2016). Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebanding dengan Total Fertility Rate (TFR). TFR perempuan usia produktif yang melahirkan sebesar 2,6 anak selama masa reproduksinya dalam kurun waktu 2009 2012. Tingkat fertilitas perempuan di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (2,8 dan 2,4) (SDKI, 2012). Pemerintah berupaya untuk menurunkan TFR tahun 2019 sebesar 2,3 % pada perempuan usia produktif dalam pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) (BPPN, 2014). Kebijakan KB dilakukan melalui beberapa upaya diantaranya peningkatan keterpaduan, peran serta masyarakat, pembinaan keluarga, pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, tata nilai yang hidup dalam masyarakat, serta Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) yang tertuang dalam Undang Undang No. 52 tahun 2009 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres RI) No. 87 tahun 2014. Program KB MKJP di Kabupaten Sukoharjo perlu digalakkan kembali karena data tahun 2013 2014 menunjukkan bahwa ada penurunan peserta KB aktif dari 79,81 % menjadi 77,44 %. Sebanyak 64,7 % peserta KB adalah non-mkjp, terdiri dari (58,9 %) suntik, (2,7 %) pil KB dan (3,1 %) kondom. Sedangkan, penggunaan MKJP sebesar (9,2 %) implan, (18,5 %) IUD, (7,3 %) MOW dan (0,3 %) MOP (DKK Sukoharjo, 2014). Taylor, et al (2007) mengemukakan bahwa Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan teori tingkah laku yang ditampilkan oleh karena alasan tertentu. Menurut Ajzen (2005), TPB memiliki tiga faktor dalam tindakan manusia antara lain: (1) Behavioral beliefs adalah keyakinan dan evaluasi terhadap hasil perilaku seseorang, (2) Normative beliefs menggambarkan keyakinan terhadap tindakan yang dilihat dari sudut pandang masyarakat dan (3) Control belief adalah keyakinan individu melakukan tindakan yang didukung oleh sumberdaya internal dan eksternal. Penelitian Triana dan rekan kerjanya (2011) menunjukkan bahwa empat indikator wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi yaitu 14,4% tidak setuju program KB, 23,6 % suami menentang penggunaan KB, 26,5 % takut efek samping, 2% kepercayaan yang dianut dan 0,5 % larangan agama. Sedangkan, Riyanti (2014) melaporkan bahwa dukungan, penerimaan sosial dan budaya lokal berpengaruh besar bagi ibu untuk memilih menggunakan MKJP. Sehingga keterlibatan suami dan tokoh masyarakat (TOMA) 140

diperlukan untuk sosialisasi penggunaan kontrasepsi MKJP. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis kepribadian, budaya lokal dan dukungan keluarga yang mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2016 dari empat desa di wilayah Puskesmas Kabupaten Sukoharjo yaitu desa Jatingarang Puskesmas Weru, desa Makamhaji Puskesmas Kartasura, desa Mranggen Puskesmas Polokarto dan desa Kedungjambal Puskesmas Tawangsari. Subjek penelitian adalah 15 informan peserta KB aktif implan, IUD, MOW dan MOP yang tinggal di wilayah Kabupaten Sukoharjo, yang ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan in depth interview, FGD, observasi dan analisis dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif kualitatif untuk mereduksi, menyajikan dan memverifikasi data melalui triangulasi sumber dengan bidan desa, Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKB) kecamatan dan Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD)/Sub PPKBD/Sub Klinik Desa (SKD), Tokoh Agama (TOGA) dan TOMA. Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari komisi etik fakultas kedokteran UNS dan RSUD Dr. Moewardi No. 890/X/HREC/2016. HASIL PENELITIAN 1. Kepribadian Tipe Kepribadian akan mempengaruhi interaksi individu dengan orang lain, misalnya dalam mengikuti kegiatan posyandu atau penyuluhan kesehatan. Makin sering berinteraksi dengan orang lain, makin banyak bertukar informasi satu dengan yang lainnya termasuk penggunaan MKJP. Meskipun seseorang mempunyai kepribadian introvert jika sering berinteraksi dengan orang lain, juga akan mengalami perubahan pola perilaku individu terhadap kesehatan terutama pemilihan jenis KB. Selain itu, SKD juga berperan dalam program KB. SKD merupakan istilah petugas KB didesa di Jawa Tengah sedangkan secara nasional disebut sebagai PPKBD. Pernyataan akseptor dalam pemilihan MKJP berdasarkan informasi yang diberikan SKD: Dulu ada petugas PLKB di desa. Setelah melahirkan 40 hari ada petugas PLKB yang datang ke rumah untuk menganjurkan KB. Saya masih takut karena belum menstruasi. Pak PLKB sering datang ke rumah untuk mengingatkan KB saat Safari itu, jenis KB apa saja ada. Lama kelamaan saya juga kepikiran untuk ber-kb. Kemudian saya menyampaikan kalau nanti akan KB sendiri ke tempat bu bidan saja (IU. W) Sedangkan seseorang dengan kepribadian estrovert tentunya akan lebih mudah menerima informasi dan melakukan perubahan perilaku kesehatan. Pernyataan tentang Informan dalam kepribadian yang ekstrovert adalah 141

Iya saya termasuk orang yang banyak bicara kalau diam tidak bisa mbak (IU. M) Pernyataan lain bahwa informan menyampaikan kesertaannya dalam kegiatan di desa adalah Kegiatan yang saya ikuti PPK, PSN sama pertemuan kader rutin tiap bulan. Saya kalau bersama orang cerewet saya terhitung pendiam tapi kalau bersama orang pendiam saya lebih cerewet mbak (IU. SS) 2. Budaya Lokal Budaya dalam masyarakat diartikan sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis. Budaya lokal terkait KB yang masih diyakini adalah banyak anak banyak rejeki dan anak membawa rejeki masing masing. Jika anak anak telah dewasa dan bekerja, mereka akan membantu orang tua dalam segi ekonomi, seperti yang disampaikan oleh IU.MY dan IU. M: Ya percaya mbak banyak anak banyak rejeki tapi program pemerintah dua anak cukup yo manut itu saja. (IU. MY) Percaya mbak, jika anak banyak maka anak bekerja kan punya uang banyak juga (IP.M) Pernyataan IU. MY dan IU. M juga dipertegas oleh IP.K dan IP. W bahwa banyak anak banyak rejeki. Orang tua bertanggungjawab atas kualitas pendidikan anak terutama akhlak agama. Jika orang tua tidak mampu mendidik anak, jumlah anak sebaiknya dibatasi supaya tidak menghasilkan generasi selanjutnya yang tidak baik. Lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi dalam merencanakan jumlah anak. Anak diharapkan dapat merawat dan menjaga orang tua dengan baik pada saat usia senja. Berikut penuturanya: Banyak anak banyak rejeki itu benar. Tapi praktek dilapangan ada salah persepsi. Ya sudah otomatis banyak anak kalau bisa kita menjaga ya banyak rejeki. Tapi ketika banyak anak tidak bisa merawat itu bukan rejeki tapi siksa itu.(ip.k) Lingkungan pengaruhnya besar karena lingkungan dua dua yo mau punya anak 4 kan gimana. Rasanya di lingkungan kerja pun juga gimana gitu. Bentar bentar hamil bentar bentar hamil kan malu. Semakin tua semakin takut, takutnya orang tua itu bukan masalah makan dan minum, takutnya kalau punya keturunan, menjaga keturunan, caranya jaga gimana, anak dua tidak ngerti orang tua semua. Bagaimana anak berhasil, bisa bekerja, pinter sukses, ngerti orang tua lebih penting, katanya orang tua dulu mendem jero mikul duwur. Kata Pak Kyai doa anak lebih penting. (IP. W) Budaya ewuh pakewuh merupakan budaya timur yang sangat menghargai orang lain untuk meningkatkan silaturahmi dalam suatu lingkungan, kelompok atau organisasi. Dalam ber-kb, budaya tersebut tampak dalam merencanakan jumlah anak. Sebagai contoh, sebagian besar keluarga di suatu lingkungan mempunyai anak dua maka rasa ewuh pakewuh muncul jika suatu keluarga mempunyai anak lebih dari dua. Sehingga, hal ini akan mempengaruhi 142

perencanaan jumlah anak pada anggota keluarga yang lain. Berikut tanggapannya: Untuk saat ini juga sudah menerima sudah menjadi budaya (sudah ewuh perkewuh) punya anak banyak. kalau dulu punya anak banyak itu kan sudah terbiasa tapi kalau sekarang sudah malu sama tetangga dan pemerintah.(ip.sw) 3. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pemilihan jenis kontrasepsi khusunya MKJP. Persetujuan pasangan sangat dibutuhkan karena penggunaan MKJP memerlukan tindakan medis. Suami atau istri akan menanggung risiko jika terjadi kegagalan atau komplikasi. Pengalaman penggunaan non-mkjp sebelumnya juga menjadi pertimbangan akseptor untuk berganti KB dengan MKJP. Pengalaman dari orang tua, nenek dan saudara perempuan yang telah menggunakan KB MKJP juga memberikan kontribusi dalam pemilihan jenis MKJP. Pernyataan yang berkaitan dengan itu adalah Saya diantar oleh suami ke RS (IU. M) Sejalan dengan pernyataan dari IU. M berikut ini: Saya latar belakang kan gemuk trus informasinya tanya tanya bidannya, sama pengalaman orang tua juga. Suami saya terserah mau KB apa mendukung (IU. EA) Saya bilang seperti ini dengan suami, sekarang kan anak dua sudah cukup, saya KB suntik tapi tidak menstruasi dan tambah gemuk ke badan rasanya tidak enak kemudian saya berhenti dan saya hamil lagi. Kalau anak ke satu dan dua tidak mengalami muntah muntah tetapi berbeda dengan anak yang ke tiga saya sering muntah itu membuat saya jadi takut. Saya berharap melahirkan yang anak ke tiga ini lancar tidak ada rintangan apapun. Cukup anak tiga saja. Alhamdulillah melahirkan dengan lancar. Saya juga sudah punya anak laki laki dan perempuan lalu saya memutuskan untuk MOW (IU. W) Sejalan dengan pernyataan IU. EA dan IU. W, informan IP. K menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan terutama persetujuan suami dalam penggunaan MKJP. Jika terjadi kegagalan atau komplikasi KB seperti misalnya terjadi kehamilan, semua biaya untuk membesarkan anak dibebankan kepada keluarga. Hal ini dirangkum dalam pernyataan di bawah ini: Disisi lain kontrasepsi ini juga eee bisa dilakukan mana kala ada semacam sama sama persetujuan terutama kan persetujuan suami dan seterusnya seperti itu tapi kalau suami tidak menghendaki ya jangan seperti itu (IP. K) Pernyataan ini sejalan dengan IP.A, IP. SS dan IP. NA sebagai berikut: Dukungan suami itu penting mbak jika ada kegagalan atau komplikasi yang menanggung resiko adalah keluarga bukan orang lain. Walaupun ada ganti rugi dari PPKB jika terjadi kegagalan atau komplikasi jika dikarena KB yang dilakukan sesuai peraturanya (IP. A dan IP. SS) 143

Kalau MKJP tidak ada persetujuan dari suami ya kita susah. (IP. NA) PEMBAHASAN Kepribadian dapat muncul sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh seorang individu. Mayoritas akseptor dalam penelitian ini memiliki kepribadian ekstrovert sehingga lebih mudah menerima gagasan baru dalam peningkatan derajat kesehatan dan kehidupan bermasyarakat. Sedangkan akseptor dengan kepribadian introvert dapat menerima gagasan baru tetapi memerlukan waktu lama untuk menentukan pilihan. Lebih lanjut, seseorang dengan kepribadian ekstrovert memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal komunikasi dibandingkan dengan seseorang yang introvert (Fitri dan Putriani, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Babalola, et al (2011) yang menyatakan bahwa empat dimensi berpengaruh terhadap ideasi kontrasepsi di negara Nigeria dan Kenya yaitu: kemanjuran diri, mitos dan isu isu yang terkait dengan kontrasepsi, interaksi sosial, dan kesadaran kontrasepsi. Penelitian ini memiliki kelemahan sehingga interaksi sosial dan psikologi perlu dilakukan untuk mengubah perilaku tersebut. Berbagai variabel psikologi seperti persepsi, motivasi, sikap, minat dan takut efek samping menjadi hambatan psikologi dalam ber-kb jenis MKJP (Triana, et al, 2011). Budaya lokal Jawa masih berperan penting dalam pemilihan jenis MKJP sehingga pendekatan terhadap TOGA dan TOMA diperlukan. Kedua tokoh tersebut sebagai yang dituakan di lingkungan masyarakat dan mempunyai kharisma terhadap kehidupan yang relijius (BKKBN, 2010). Dukungan suami umumnya bersifat dominan dalam keluarga. Walaupun istri tidak memiliki niat melakukan suatu perilaku tetapi suami menghendaki, istri cenderung mentaatinya. Hal ini tampak dalam penggunaan MKJP. Dengan kesepakatan bersama, KB dapat dilakukan sesuai dengan komunikasi pasangan untuk memilih jenis MKJP. Kesehatan reproduksi merupakan kebutuhan bersama tidak hanya urusan pria atau wanita saja (BKKBN, 2014). Theory of Planned Bahavior menjelaskan bahwa perilaku didasarkan pada faktor kehendak yang melibatkan pertimbangan untuk melakukan suatu tindakan. Pertimbangan tersebut akan memunculkan niat untuk melakukan suatu perilaku. Individu yang tangguh, mampu bereaksi otentik dan murni, serta mempunyai kebenaran tentang kemantapan dan kekuatan dalam dirinya (Ajzen, 2005). Hasil penelitian ini mendukung TPB baik dari aspek behavioral, normative maupun control beliefs. Pelaksanaan pengumpulan data dengan informan mengalami keterbatasan waktu yaitu puskesmas di Kabupaten Sukoharjo melaksanakan akreditasi dan beberapa kegiatan yang lain yang mengharuskan peneliti mengambil data secara berulang untuk mendapatkan informasi sehingga penarikan data menjadi terganggu. KESIMPULAN Jenis kepribadian tidak mempengaruhi informan dalam memilih jenis MKJP. Budaya lokal Jawa masih dipercayai 144

sebagian informan dalam pemilihan jenis MKJP walaupun pemahaman tersebut sudah mulai memudar seiring dengan perkembangan zaman. Dukungan keluarga berpengaruh besar terhadap penggunaan MKJP. Informasi MKJP perlu diberikan tidak hanya kepada akseptor tetapi juga kepada pasanganya untuk meningkatkan jumlah peserta KB aktif di wilayah kabupaten Sukoharjo. DAFTAR PUSTAKA Ajzen I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior (Second Edition). London: Open University Press Babalola. (2011). Ideation and Intention to Use Contraseptives in Kenya and Nigeria. Demographic Research, vol. 33, no. 8 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN). (2014). Peraturan Pemerintah RI nomor 2 tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN 2015-2019). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. (2016). Kabupaten Sukoharjo dalam Angka 2016. Sukoharjo Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2015). Jawa Tengah dalam Angka 2015. Semarang BKKBN. (2010). Badan Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. Jakarta: BKKBN. (2012). Rencana Tindak Bidang Pengendalian Penduduk tahun 2012 2014. Jakarta: BKKBN. (2014). Pedoman Penyelenggara Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: DITJALPEM BKKBN Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (DKK Sukoharjo). 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Fitri, RA dan Putriani, I. 2015. Tipe Kepribadian dan Tahapan Komunikasi Intim pada Dewasa Awal. Jurnal Humaniora, 6 (3): 291 432 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga berencana dan sistem informasi keluarga Riyanti. (2014). Pengetahuan, Psikososial dan Motivasi Ibu Peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kota Palangka Raya. Jurnal Forum Kesehatan, 4(7): 1-7 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. (2012). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: Kemenkes RI Taylor, D; Bury, M;Campling, N; Carter, S; Garfiel, S; Newbould, J; Rennie, T. (2007). A Review Of The Use Of The Health Belief Moedel (HBM), The Theory Of Reasoned Action (TRA), The Theory Of Planned Behavior (TPB) And The Trans Theoretical Model (TTM) To Study And Predict Health Related Behaviour Chenge. National 145

Institute for Health and Clinical Excellence. University of London Triana, V; Wilopo, SA dan Sumarni. 2011. Hambatan Psikososial dan Niat Keluarga Berencana pada Wanita Unmet Need Kontrasepsi di Indonesia (Analisis Data SDKI 2007). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6 (1): 28 35 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga 146