BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan profesionalismenya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis. Pada umumnya, tujuan semua usaha bisnis adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. harus adanya pemisahan tanggung jawab antara prinsipal dan agen. Prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 1 PENDAHULUAN. telah meningkat belakangan ini, terlebih setelah kasus skandal-skandal khususnya

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya (profitmaking)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut, berbagai cara dan tindakan dilakukan, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis menimbulkan persaingan yang cukup tajam. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis dituntut untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga mereka akan melakukan berbagai tindakan yang menghambat pencapaian tersebut. Meskipun tindakan yang dilakukan melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi akuntansi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia belakangan ini, sebab berbagai degradasi moral banyak terjadi di kalangan praktisi maupun akademisi. Adapun tindakan yang dilakukan berupa penyimpangan, yang otomatis merupakan suatu pelanggaran terhadap etika, baik etika profesi maupun etika pada umumnya. Selain itu, pandangan lain bahwa dunia bisnis adalah dunia lain dari kehidupan manusia, dimana mereka punya standar moral tersendiri yang ciri-cirinya bersifat impersonal dan menyerupai permainan (Carr dalam Ludigdo, 1999). Profesi akuntan Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat di masa mendatang. Oleh sebab itu, kesiapan akuntan yang berkaitan dengan profesionalisme profesi mutlak diperlukan. Profesionalisme suatu profesi 1

2 mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi tersebut yaitu berkeahlian, berpengetahuan, dan berkarakter (Machfoedz dalam Ludigdo, 1999). Karakter akuntan menunjukkan personalitas seorang profesionalisme yang diwujudkan dalam sikap profesional dan tindakan etisnya (Machfoedz dalam Martadi dan Suranta, 2006). Masalah etika profesi merupakan isu yang menarik untuk kepentingan riset. Sebab tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan yang digunakan oleh para pelaku bisnis untuk proses pengambilan keputusan bisnis. Para pelaku bisnis diharapkan mempunyai integritas dan kompetensi yang tinggi (Abdullah dan Halim dalam Rustiana dan Indri, 2002). Di Indonesia, berbagai kasus etika akuntan telah berkembang terkait beberapa pelanggaran etika yang terjadi, baik yang dilakukan akuntan publik, akuntan intern perusahaan, dan akuntan pemerintah. Pelanggaran etika oleh akuntan publik misalnya pemberian opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu menurut norma pemeriksaan akuntan atau standar profesional akuntan publik. Pelanggaran etika oleh intern perusahaan misalnya perekayasaan data akuntansi untuk menunjukkan kinerja keuangan perusahaan agar nampak lebih baik. Sedangkan pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan pemerintah berupa pelaksanaan tugas pemeriksaan yang tidak semestinya karena mendapatkan

3 insentif tambahan dalam jumlah tertentu dari pihak yang laporan keuangannya diperiksa (Ludigdo, 1999). Kasus penyimpangan etika lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik profesi akuntansi yaitu memanipulasi laporan keuangan PT KAI. Laporan keuangan PT KAI terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Manipulasi ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya (Insidewinme, 2007) dalam www.google.com. Hal tersebut merupakan pelanggaran akuntan terhadap etika profesinya karena akuntan memiliki seperangkat kode etik tersendiri yang harus dipatuhi. Tulisan Muchammad Syafruddin (2005) dalam Suara Merdeka dengan judul Kasus Mulyana dalam Perspektif Etika menunjukkan bahwa kasus penyimpangan etika yang terjadi di KPU oleh Mulyana W Kusumah merupakan dugaan tindakan usaha penyuapan terhadap auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Berbagai masalah akuntan telah diatur dalam kode etik profesi akuntan, baik masalah prinsip etika profesi yang melekat pada diri auditor maupun standar teknis pemeriksaan harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana melakukan komunikasi atau interaksi. Kode etik berkaitan dengan prinsip etika profesi bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga independensinya terhadap kepentingan

4 berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care) (Suara Merdeka, 2005). Seorang auditor tidak etis melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang sebagaimana kasus Mulyana. Bila dilihat dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab karena menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan profesinya. Auditor juga tidak punya integritas ketika sudah ada pemihakkan, yaitu pihak yang diperiksa telah melakukan korupsi. Dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK sangat diragukan. Peristiwa tersebut harusnya tidak terjadi, apabila setiap akuntan memiliki pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan etika secara memadai dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seorang akuntan harus dikerjakan dengan sikap yang profesional sepenuhnya dan berlandaskan pada standar moral serta etika yang ada. Sikap seorang akuntan yang profesional akan mampu menghadapi tekanan dari dirinya sendiri (intern) maupun pihak luar (ekstern), dimana kemampuan akuntan dapat mengerti dan peka terhadap etika sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seorang akuntan adalah lingkungan pendidikan. Sudibyo (1995) dalam Ludigdo dan Machfoedz (1999) menyatakan bahwa dunia pendidikan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan. Oleh karena itu, calon akuntan (mahasiswa) harus diberikan pemahaman yang cukup terhadap masalah-masalah etika bisnis dan etika profesi yang akan mereka hadapi nantinya. Adanya mata kuliah yang berisi

5 ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa sehingga keberadaan pendidikan etika memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi. Mencermati uraian di atas tentang etika bisnis dan etika profesi, sebenarnya antara akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi, dan akuntan perusahaan mempunyai tugas yang berbeda. Ditinjau dari tugasnya, seorang akuntan pemerintah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan pertanggungjawaban instansi pemerintah. Mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan sedang dalam proses pemahaman teori-teori etika. Sementara akuntan perusahaan menyediakan laporan keuangan serta bertanggung jawab atas kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Ketiga kelompok tersebut diduga mempunyai persepsi yang berbeda tentang etika bisnis dan etika profesi, karena tugasnya pun berbeda-beda. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khomsiyah dan Indriantoro (1997) membuktikan adanya hubungan positif antara komitmen pada profesi dengan tingkat sensitivitas etika. Ludigdo dan Machfoedz (1999) membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan dan mahasiswa terhadap etika bisnis. Penelitian serupa juga dibuktikan oleh Ekayani dan Putra (2003) yang hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara persepsi akuntan dan mahasiswa Bali terhadap etika bisnis. Namun, tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara persepsi akuntan pendidik, akuntan pendidik yang merangkap sebagai akuntan publik, akuntan publik, dan akuntan manajemen terhadap etika

6 bisnis. Augustine (2005) melakukan penelitian tentang persepsi akuntan dan manajer terhadap etika bisnis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi antara akuntan dan manajer tentang etika bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh Destriani (1993) dalam Sriwahyoeni dan Gudono (2000) mengenai persepsi akuntan publik terhadap kode etik akuntan, menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok akuntan publik terhadap kode etik akuntan. Namun, hasil penelitian Sriwahyoeni dan Gudono (2000) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara tujuh kelompok akuntan terhadap kode etik akuntan. Berdasarkan penelitian Martadi dan Suranta (2006) membuktikan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pria, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi pria dengan akuntan wanita, mahasiswi akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi wanita terhadap etika bisnis dan etika profesi. Namun, ada perbedaan persepsi yang signifikan antara karyawan bagian akuntansi pria dan karyawan akuntansi wanita terhadap etika profesi. Peneliti melakukan penelitian replikasi mengenai persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi terhadap etika bisnis dan etika profesi dipandang dari segi gender yang dilakukan oleh Martadi dan Suranta (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti mencoba mengganti sampel akuntan berupa akuntan publik dan akuntan pendidik menjadi akuntan pemerintah disebabkan masih sedikitnya penelitian tentang akuntan pemerintah. Subyek penelitian yang

7 digunakan adalah akuntan pemerintah yaitu akuntan profesional yang bekerja sebagai karyawan di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), mahasiswa akuntansi yaitu siswa di perguruan tinggi, dan akuntan perusahaan yaitu akuntan atau karyawan bagian akuntansi yang bekerja di perusahaan. Obyek penelitian sebelumnya berlokasi di Surakarta, maka peneliti mengganti obyek penelitian dengan lokasi di D.I Yogyakarta. Hasil penelitian inilah yang mendorong dan memotivasi penulis untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan penelitian yang berjudul Persepsi Akuntan Pemerintah, Mahasiswa Akuntansi, dan Akuntan Perusahaan terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi. Penelitian ini merupakan studi empiris di D.I Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah berikut ini: 1. Apakah ada perbedaan persepsi antara akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi, dan akuntan perusahaan terhadap etika bisnis? 2. Apakah ada perbedaan persepsi antara akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi, dan akuntan perusahaan terhadap etika profesi?

8 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empiris apakah ada perbedaan persepsi antara akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi, dan akuntan perusahaan terhadap etika bisnis. 2. Untuk menguji secara empiris apakah ada perbedaan persepsi antara akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi, dan akuntan perusahaan terhadap etika profesi. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bidang teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan antara akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi, dan akuntan perusahaan terhadap etika bisnis dan etika profesi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan akuntansi manajemen dan keperilakuan. 2. Bidang praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk sumber daya manusia dalam organisasi, seperti: akuntan pemerintah, mahasiswa akuntansi (calon akuntan), dan akuntan perusahaan.

9