Pengaruh Penggunaan Garam Beryodium Terhadap Status Gizi Balita Pendek Di Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan. menghambat pembangunan (Depkes RI, 2005 ).

LYDIA NURVITA RACHMAWANTI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian di bidang ilmu kesehatan pada umumnya bertujuan untuk

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM TERHADAP STATUS GIZI BALITA PENDEK DI KECAMATAN AMUNTAI TENGAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Puskesmas Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

Apa yang dimaksud dengan Yodium?

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

Gambaran Tinggi Badan Anak Umur 0-36 Bulan Di Desa Banyu Irang Kecamatan Bati Bati Kabupaten Tanah Laut Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan. masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi. Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM PADA RUMAH TANGGADI DESA JATIBARANG BARU KABUPATEN INDRAMAYU

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Henrika Hetti Gulo 1, Evawany 2, Jumirah 3. Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Care Vol.5, No 2,Tahun 2017 TINGKAT PENGETAHUAN, POLA KEBIASAAN LINGKUNGAN HIDUP BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MEMILIH KONDISI GARAM

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dipilih lokasi di Kecamatan Susukan, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB II LANDASAN TEORI

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Pengaruh Penggunaan Garam Beryodium Terhadap Status Gizi Balita Pendek Di Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010 Effect Of Iodium Salt Usage Towards Stunted Growth (Short) Toddler Nutritional Status in Sub-district of Central Amuntai, District of North Hulu Sungai 2010 Chairunnisa 1, Rusman Efendi 2 *, Muhammad Rayhan 2 1 Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara 2 STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan *korespondensi : rusman.efendi@yahoo.co.id Abstract The state of nutrition is the major prerequisite in achieving a healthy Human Resources and qualified. Iodine is a micronutrient required for the growth and development. In the human body, iodine is needed to form thyroxine hormone that functions to regulate growth and development, including intelligence. Iodine deficiency especially in childhood will have serious implications on the physical and mental development. Based on the results of the monitoring of iodized salt in 2009, the District Hulu Sungai Utara, especially for the District Central Amuntai known that the villages with poor category by 50%. Therefore, this research want to know the effect of usage iodized salt to the nutritional status of children in District Central Amuntai Sub Province Tanah Laut in 2010. Type of research is observational case control study design, population in this study were all under five in District Amuntai Central 4800 which amounted to a toddler, the sample in this study were all families who have children with low nutrition status of as many as 49 people and 49 people as a control. The results showed the use of iodized salt had effect on toddlers that have short nutritional status based on height according to age, as shown by the chi-square test results show that the value of p = 0,024 <0.05, as well as the use of iodized salt had effect on normal nutrition status in children based on body weight according to age, as shown by the chi-square test results show that the value of p = 0,024 < 0,05. Keywords : salt, iodized, nutritional status, short, normal Pendahuluan Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan sekaligus merupakan investasi Sumber Daya Manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat (1). Keadaan Gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah Gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (1). Berdasarkan UU RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembiayaan Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota menegaskan, Informasi Status Gizi memegang peranan penting dalam menentukan perencanaan program di daerah. Dalam rangka mencapai tujuan RPJMN dan Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2005-2009. Departemen Kesehatan akan melaksanakan Program Perbaikan Gizi agar seluruh keluarga sadar gizi (KADARZI) yang merupakan salah satu komponen dari desa siaga. KADARZI adalah keluarga yang mengenal masalah gizi dan mampu mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga. 113

Gambaran status gizi balita diawali dengan banyaknya bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagai cerminan tingginya masalah gizi dan kesehatan ibu hamil. Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan resiko melahirkan BBLR. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 350 ribu bayi yang lahir BBLR (2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk. Pada usia sekolah sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang pada masa balita (1). Salah satu kelompok umur dalam masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi (rentan gizi) adalah anak balita (bawah lima tahun). Pada anak balita terjadi proses pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat gizi tinggi untuk setiap kilogram berat badannya. Anak balita justru paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Sedangkan masa balita ini merupakan periode penting dalam pertumbuhan yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Dampak kurang gizi atau gizi buruk terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika terjadi pada wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan. Jika terjadi pada bayi yang lahir akan mengakibatkan gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan (2). Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Dalam tubuh manusia, yodium diperlukan untuk membentuk hormon tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai dewasa (3). Suatu wilayah dapat menjadi kekurangan yodium disebabkan lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya yodium sudah tidak ada, karena akibat erosi tanah secara terus menerus dan sering terjadi pembakaran hutan yang mengakibatkan yodium dalam tanah hilang, daerah yang mempunyai karakteristik ini disebut sebagai daerah endemis GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium) Dampak GAKY pada dasarnya melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia mulai sejak awal perkembangan fisik maupun mental. Wanita usia subur yang tidak mendapat kecukupan yodium akan mengakibatkan bayi atau janin yang dikandung kelak akan mengalami gangguan perkembangan otak, gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal atau abortus meningkat. Salah satu cara untuk menanggulangi GAKY pada wanita usia subur adalah penambahan yodium pada garam yang dikonsumsi, karena telah disepakati sebagai cara yang aman, efektif dan berkesinambungan untuk mencapai konsumsi yodium yang optimal bagi semua rumah tangga dan masyarakat. (2,4). Kualitas dari garam beryodium tergantung pada teknik penyimpanan, jika kurang memadai akan mempengaruhi kualitas garam beryodium. Jika kualitas garam beryodium (kadar yodium) menurun maka akan mempengaruhi konsumsi yodium dan pada akhirnya mempengaruhi status yodium pada seseorang. Selain itu, perilaku ibu dalam memilih garam akan menentukan konsumsi yodium pada rumah tangga (5,6). Tingkat konsumsi yodium ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap status yodium. Penggunaan garam beryodium di rumah tangga mempunyai manfaat yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan khususnya pada masa balita. Hal inilah yang membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang ada di Kecamatan Amuntai Tengah yaitu berjumlah 4800 balita. Sampel dalam penelitian ini adalah semua 114

keluarga yang memiliki balita dengan status gizi pendek dan normal yang ada di Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan melihat data hasil PSG-Kadarzi yang telah dilaksanakan pada tahun 2009 sebanyak 300 sampel ditemukan sebanyak 102 balita pendek akan tetapi dilihat kembali status gizi berdasarkan berat badan menurut umur dimana yang diambil adalah balita berat badan kurang. Untuk besar sampel sebagai kontrol diambil dari balita yang berat badannya normal berdasarkan berat badan menurut umur dan berdasarkan tinggi badan menurut umur adalah normal. Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebasnya adalah garam beryodium sedangkan variabel yang terikat adalah status gizi pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur dan status gizi normal berdasarkan berat badan menurut umur. Teknik pengumpulan data yaitu data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan melakukan uji kualitatif garam di rumah tangga. Setiap rumah tangga diambil sampel garamnya untuk kemudian diuji menggunakan larutan iodina test. Peneliti juga melakukan pengukuran antropometri pada balita dengan cara mengukur TB (tinggi badan) ataupun PB (panjang badan) serta BB (berat badan) dan menanyakan umur balita. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari profil Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kecamatan Amuntai Tengah, data PSG- Kadarzi dan data pemantauan garam beryodium. Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara manual melalui langkahlangkah editing (pengeditan), coding (pengkodean), dan tabulating (tabulasi). Setelah itu diolah dengan menggunakan uji chi square dengan melihat Odd Ratio (OR). Hasil Penelitian Tabulasi silang antara konsumsi garam beryodium dengan Tinggi badan menurut umur dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah balita dengan status gizi normal yang keluarganya menggunakan garam beryodium adalah sebanyak 38 orang atau sebesar 38,8% sedangkan yang tidak beryodium sebanyak 10 orang atau sebesar 10,2%. Jumlah balita gizi pendek yang keluarganya menggunakan garam beryodium adalah sebanyak 29 orang atau 29,6% sedangkan yang tidak beryodium adalah sebanyak 21 orang atau 21,4%. Hasil uji Chi Square menunjukkan berdasarkan tinggi badan menurut umur dengan tingkat kepercayaan 95%(α = 0,05) diperoleh hasil p adalah 0,024. Untuk tabulasi silang antara konsumsi garam dengan berat badan menurut umur dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah balita dengan berat badan normal yang keluarganya menggunakan garam beryodium adalah sebanyak 38 orang atau sebesar 38,8%, sedangkan yang tidak beryodium sebanyak 10 orang atau sebesar 10,2%. Jumlah balita dengan berat badan kurang yang keluarganya menggunakan garam beryodium adalah sebanyak 29 orang atau 29,6% sedangkan yang tidak beryodium adalah sebanyak 21 orang atau 21,4%. Hasil uji chi-square menunjukkan berdasarkan berat badan menurut umur dengan tingkat kepercayaan 95%(α = 0,05) diperoleh hasil p adalah 0,024. Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitian pengumpulan data pada tabel 6 diatas maka dapat diketahui bahwa keluarga yang menggunakan garam beryodium di Kecamatan Amuntai Tengah adalah sebanyak 72 atau sebesar 73,5%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah mengetahui akan pentingnya penggunaan garam beryodium. Menurut Asih W. (7) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu/orang tua memegang peranan yang sangat penting, mengingat masih banyak garam berlabel yodium beredar dimasyarakat yang tidak memenuhi syarat kandungan yodium (30 ppm-80 ppm). Meskipun demikian tidak semua ibu/orang tua yang mengetahui manfaat garam beryodium selalu membeli dan menggunakan garam beryodium dalam memasak sehari-hari. 115

Tabel 1. Tabulasi silang antara penggunaan garam beryodium dengan tinggi badan menurut umur Penggunaan Garam Tinggi Badan menurut umur Total Normal % Pendek % n % Beryodium Tdk beryodium 38 10 38,8 10,2 29 21 29,6 21,4 67 31 68,4 31,6 Total 48 49,0 50 51,0 98 100,0 Tabel 2. Tabulasi silang antara penggunaan garam beryodium dengan berat badan menurut umur Berat Badan menurut umur Total Penggunaan Garam BB Normal % BB Kurang % n % Beryodium 38 38,8 29 29,6 67 68,4 Tidak beryodium 10 10,2 21 21,4 31 31,6 Total 48 49,0 50 51,0 98 100,0 Hasil penelitian terhadap balita yang ada di Kecamatan Amuntai Tengah menunjukkan bahwa 51% balita berstatus gizi pendek (tabel 1). Hal ini diduga karena kurangnya asupan zat gizi yang dikonsumsi anak, hal ini berkaitan erat dengan sosial ekonomi dari keluarga responden. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat, dimana terjadinya kurang gizi akibat dari kemiskinan dimana akses pangan anak terganggu. Menurut Prof. Ali Khomsan (8) yang menyatakan bahwa ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita dan bila kurang gizi ini berlangsung lama maka akan berpengaruh pada kecerdasannya. Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tidak boleh dikonsumsi anak balita. Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, maka penggunaan garam beryodium pada keluarga responden pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur. Hal ini ditunjukkan pada keluarga yang memiliki balita dengan status gizi pendek yang tidak menggunakan garam beryodium yaitu sebanyak 21,4%. Penggunaan garam beryodium sangat diperlukan, karena yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Dalam tubuh manusia, yodium diperlukan untuk membentuk hormon tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai dewasa (3). Pada tabel 1 juga menunjukkan persentase balita dengan status gizi pendek namun sudah menggunakan garam beryodium, yaitu sebesar 29.6 %. Hal ini diduga terdapat kesalahan dalam penyimpanan garam ditingkat rumah tangga ataupun kesalahan dalam pembelian garam. Menurut Noviani (5) penyimpanan dan teknik penyimpanan yang kurang memadai akan mempengaruhi kualitas garam beryodium. Bila kualitas garam beryodium (kadar yodium) menurun maka mempengaruhi konsumsi yodium dan pada akhirnya mempengaruhi status yodium pada seseorang. Menurut Arisman (9) kadar yodium dalam garam akan turun bila terjadi kerusakan, sehingga tidak bisa mempertahankan mutunya hingga ke tingkat konsumen. Kerusakan ini dapat terjadi selama penyimpanan di gudang atau di warung. Melihat hasil dari tabel 2 dan berdasarkan hasil uji chi-square yang 116

menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan garam beryodium terhadap balita dengan berat badan normal hal ini dibuktikan dengan jumlah anak balita yang berstatus gizi normal dan menggunakan garam beryodium adalah sebesar 38.8% artinya penggunaan garam beryodium mempengaruhi status gizi balita. Selain itu, perilaku ibu dalam memilih garam akan menentukan konsumsi yodium pada rumah tangga. Tingkat konsumsi yodium ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap status yodium. Penggunaan garam beryodium di rumah tangga mempunyai manfaat yang penting untuk mencegah penyakit gondok dalam keluarga (5,6). Yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroid. Tubuh memerlukan yodium secara teratur setiap hari, oleh karena itu yodium harus menjadi bagian dari konsumsi makanan setiap hari. Yodium dalam makanan dapat hilang akibat pemanasan pada suhu 100 C juga akibat pemanasan berulang. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Suparta (10) terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, ketersediaan garam beryodium ditingkat perdagangan terhadap ketersediaan garam beryodium ditingkat rumah tangga. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan berpengaruh terhadap balita gizi pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur dan juga berpengaruh terhadap status gizi normal pada balita berdasarkan berat badan menurut umur di Kecamatan Amuntai Tengah 4. Soeharyo, H., Margawati, A., Setyawan, H. & Djokomoeljanto. 2002. Aspek Sosio Kultural pada Program Penanggulangan GAKY. Jurnal GAKY Indonesia, 2002 ; 1 (1) : 41-48. 5. Noviani, I. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Garam Beryodium di Rumah Tangga di Desa Sumurgede. Available from : http://www.digilib.unnes.ac.id/doc.pdf. 6. Sumarno. 1997. Hubungan Antara Pemilihan dan Penyimpanan Garam Beryodium dengan Tingkat Pengetahuan Ibu. 7. Asih W. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2006 ; 5 (2). 8. Khomsan, A. 2008. Mengetahui Status Gizi Balita. Institut Pertanian Bogor. Available from : http://medicastore.com/index.php?mod= artikel&id=247 [Accessed 9 May 2009]. 9. Arisman. 2004. Pengaruh Penggunaan garam beryodium dengan GAKY. Available from: http://www.scribd.com [Accessed 9 May 2009]. 10. Suparta. 2001. Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan Ibu Rumah Tangga, Ketersediaan Garam Beryodium di Tingkat Perdagangan Dengan Ketersedian Garam Beryodium di Rumah Tangga Desa Selorejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Depkes, Jakarta. 2. Departemen Kesehatan RI. 2005. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Depkes, Jakarta. 3. Departemen Kesehatan RI. 2010. Gangguan Akibat Kurang Yodium. Depkes, Jakarta. 117