BEBERAPA KAIDAH PENAFSIRAN ALQURAN. Ismail Pangeran Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Datokarama Palu

dokumen-dokumen yang mirip
Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Takwa dan Keutamaannya

Tafsir Surat Al-Kautsar

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

Hakikat Hidup Sukses: Tafsir QS. Ali Imran 185

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Data. Setelah data hasil penelitian disajikan, dapat diuraikan sebagai sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Modul ke: Mengenal Islam. DR. Rais Hidayat. Fakultas: Ilmu komputer. Program studi: Informasitika.

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN UKDW

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

SALAH FAHAM TERHADAP ISLAM DAN SUMBER AJARAN ISLAM. Matakuliah : Agama Islam. Dosen : Drs.Moehadi, M.Pd

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

Khutbah Jumat Manfaatkan Nikmat Kehidupan

Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syariah Islam itu terbagi dua bagian:

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

BAB I PENDAHULUAN. terkutuk tidak sedikit pun jumlahnya. Tetapi diantara semua itu ada yang

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Nama : Irma wati Kelas : XI IPA 2 Matpel : Pend. Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

Edisi 02/ I/ Dzulhijjah/ 1425 H Januari/ 2005 M)

Tafsir Surat Al-Ashr: Meraih Sukses Dunia dan Akhirat

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Motivasi Agar Istiqomah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Bersegera Menuju Masjid di Hari Jumat dan Meninggalkan Aktivitas Duniawi

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Perintah Pertama di Dalam Alquran

Assyari Abdullah, S.Sos.,

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

*** Bahaya Vonis Kafir

Ketika harga BBM melambung naik

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2012),hlm Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci. kehidupan, menjamin bagi manusia berkehidupan bersih lagi mulia, dan

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Tauhid Yang Pertama dan Utama

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

BAB IV ANALISIS RISIKO KUFUR NIKMAT

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

FALSAFAH EKONOMI ISLAM. Oleh Muhammad Ismail Yusanto

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

PEDOMAN DOKUMENTER PEDOMAN OBSERVASI

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Seharusnya Kita Menghindari Perbuatan Syirik

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan segala aktivitas hidup manusia. Seperti penelitian, penyuluhan,

Menguak Kemu jizatan Al Qur an, Kadar dan Aspeknya. Jamaluddin *

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

1. Restio (204) 2. M.nurul saeful (201) 3. Hanif Al-hafidz (215) 4. Arif Rahman (180)

Sengsara membawa Nikmat (Buah dari Kesabaran) Oleh: Estu Miyarso

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Gaya Hidup Islami dan Jahili

Mukadimah. Pengkajian

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Al-Ilmu, ILMU MENDAHULUI AMAL Pentingnya menggali ilmu sebagai awal pelaksanaan amalan Ibadah Dirangkum oleh : Yulia Dwi Indriani

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

Barang Haram Halangi Terkabulnya Do'a


BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

Definisi Khutbah Jumat

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

Transkripsi:

Abstract BEBERAPA KAIDAH PENAFSIRAN ALQURAN Ismail Pangeran Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Datokarama Palu The Qur an is the holy book revealed by God to mankind. However, not all verses of the Qur an are clear in meaning to mankind. Therefore, to understand the contents of the Qur an, one needs the science of exegesis. In interpreting the verses of the Qura n, the Quranic interpreters adopt three general approaches such as language approach, ushul approach and logic approach. This article deals with three approaches of interpreting the Qur an. Kata Kunci: Kaidah penafsiran Alquran, kaidah bahasa, kaidah ushul, kaidah logika PENDAHULUAN Dalam upaya lebih memperdalam suatu ilmu pengetahuan, setiap orang dituntut untuk mengetahui dasar-dasar umum dan kekhasan ilmu pengetahuan tersebut. Selain itu, ia dituntut pula untuk memiliki pengetahuan yang cukup dan mendalam tentang beberapa ilmu lain yang berkaitan dengannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam upaya lebih memperdalam pengetahuan tentang ilmu itu, ia tidak mengalami kesulitan yang menyebabkan pengkajiannya terhadap suatu ilmu tidak mencapai sasarannya. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengkaji ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tafsir, diperlukan beberapa hal yang mendasar agar sasaran atau tujuan mempelajari ilmu tersebut tercapai. Diantaranya, harus digunakan kaidah-kaidah yang bertalian dengan keperluan suatu ilmu, khususnya ilmu tafsir. Dalam konteks inilah, akan muncul suatu permasalahan, sejauhmanakah fungsi dan peran kaidah-kaidah dalam tafsir? Untuk itu, dalam mempelajari tafsir diperlukan kaidah-kaidah agar dapat mengetahui dan sekaligus

Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 2, Juni 2007: 281-290 memilah-milah ayat-ayat Alquran, baik yang menyangkut ketauhidan, ibadah maupun yang berkaitan dengan muamalah. FUNGSI DAN KEDUDUKAN KAIDAH PENAFSIRAN ALQURAN Pentingnya kaidah dalam memahami makna Alquran bukanlah sesuatu yang hanya sekedar formalitas saja, melainkan ia merupakan keharusan dalam upaya mengetahui makna dan kedudukan sebuah ayat Alquran sehingga darinya kita dapat lebih memahami serta dapat menjabarkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa Alquran sangat kaya akan makna yang masih memerlukan pengkajian untuk mengetahui apa dan bagaimana hakikat kandungannya. Untuk itu diperlukan beberapa kaidah-kaidah tafsir dalam memahaminya. Dalam hubungan inilah tulisan ini akan memperkenalkan tiga kaidah penafsiran Alquran, yaitu kaidah bahasa, kaidah ushul dan kaidah logika. Kaidah Bahasa Pendekatan bahasa yang dilakukan dalam memberikan penafsiran terhadap Alquran sangat penting karena Alquran sangat sarat makna, dan tidak akan diketahui hakikat makna yang terkandung di dalamnya tanpa pengetahuan yang dalam tentang ilmu bahasa Arab. Ilmu tafsir sangat membutuhkan bantuan berbagai ilmu lain, antara lain ilmu bahasa (Al- Aridl, 1994: 4). Kaidah bahasa berfungsi untuk mengetahui penjelasan kosa kata dan arti yang dikandung berdasarkan maknanya. Keindahan bahasa Alquran sungguh merupakan suatu tanda bahwa Tuhan memiliki keindahan yang karenanya Tuhan merupakan sumber dan segala sumber bahasa yang tidak mungkin dikalahkan oleh bahasa manusia walaupun manusia itu diberikan oleh Tuhan kelebihan akal untuk berkreasi. Pentingnya mempelajari makna bahasa Alquran dengan menggunakan kaidah-kaidah, khususnya kaidah bahasa bertujuan untuk memperoleh sejumlah pengetahuan yang terkandung dalam Alquran sehingga seseorang benar-benar dapat menjadikan Alquran sebagai pedoman dalam kehidupannya. Syakh Muhammad Abduh dalam Tafsir al-manar menguraikan ayat Alquran dari segi redaksionalnya dengan teliti karena ayat- 282

Ismail Pangeran, Beberapa Kaidah Penafsiran ayatnya memiliki kandungan yang mendalam (Shihab, 1994: 11). Pengkajian tafsir dari segi kebahasaan merupakan suatu pendekatan yang sangat penting, sebab Alquran yang diturunkan oleh Allah, banyak memiliki makna yang sulit dipahami jika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Alquran (bahasa Arab). Di sinilah pentingnya peran dan fungsi bahasa, khususnya bahasa Arab untuk menjelaskan bahwa betapa kandungan Alquran hanya dapat dipahami melalui pendekatan dan kemampun memahami bahasa Alquran itu sendiri. Seringkali kita menemukan firman Allah yang dimulai dengan redaksi Hai orang-orang yang beriman...,.redaksi seperti ini menunjukkan bahwa ayat tersebut memberikan suatu isyarat bahwa apa yang diserukannya itu memiiki suatu kebaikan dan begitu pula sebaliknya ia juga mengandung berbagai ancaman jika diabaikan (Dahlan, t.th.: 57). Pendekatan dari segi kebahasaan sebagaimana dipahami merupakan sebuah cara yang dapat mengantarkan seseorang kepada pengetahuan tentang betapa tingginya derajat Alquran yang mampu memberikan inspirasi kepada manusia untuk mengkaji segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Pentingnya menggunakan kaidah kebahasaan dalam memahami ayat Alquran adalah karena ayat-ayat Alquran yang memiliki sejumlah makna tidak mungkin hanya dipahami dalam suatu konteks pemahaman sebab tidak terbatas kemungkinan terdapat pengertian lain terhadap ayat-ayat tersebut. Sebagai contoh dapat dikemukakan beberapa ayat Alquran berikut: QS Al-Ma aarij (70): 19 22 : Terjemahnya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir; Apabila ia ditimpah kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila Ia mendapat kebaikan, Ia amat kikir, kecuali orangorang yang mengerjakan salat. Dapat dipahami bahwa apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat tersebut merupakan suatu hal yang memang secara umum 283

Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 2, Juni 2007: 281-290 dimiliki oleh setiap manusia dengan tidak melihat agama dan keyakinan seseorang, kecuali bagi orang-orang yang memiliki keimanan dengan senantiasa menegakkan ibadah salat dalam kehidupannya. Selanjutnya dapat pula dilihat pada QS Al-Ashr (103): 1-3 : Terjemahnya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Kata al-insan yang terdapat pada ayat di atas menunjuk pada semua manusia, merugi, kecuali orang yang salat dan sabar (Dahlan, t.th.,: 61). Kaidah Ushul Setelah penulis mengemukakan secara singkat tentang pengkajian tafsir dengan menggunakan kaidah bahasa dalam memahami makna Alquran, dalam uraian berikut ini akan dikemukakan pula beberapa aspek yang berkaitan dengan kaidah ushul. Pendekatan dengan menggunakan Kaidah ushul merupakan suatu cara untuk memahami suatu masalah yang dilihat dari sudut manfaat, sehingga dengan cara ini akan memungkinkan kita mengetahui makna Alquran, khususnya yang berkaitan perintah untuk melakukan pekerjaan yang baik dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik. Pendekatan terhadap ayat-ayat Alquran dengan menggunakan kaidah ushul, biasanya digunakan pada ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah di Madinah, di mana isinya menyangkut syariah Islam dengan macam-macam cabangnya. Pada dasarnya, semua ayat Alquran yang diturunkan di dalamnya memuat berbagai persyaratan atau kaitan 284

Ismail Pangeran, Beberapa Kaidah Penafsiran keadaan, maka hukum-hukumnya tidak berlaku secara keseluruhan melainkan jika di dalam kasus yang hendak ditentukan hukumnya terdapat persyaratan atau kaitan keadaan tersebut. Penyimpangan atau pengecualian dari ketentuan ini hanya terjadi pada ayat-ayat tertentu yang sangat sedikit jumlahnya. Banyak mufassir yang memberikan pemikirannya bahwa persyaratan atau kaitan yang terdapat di dalam suatu ayat tidak dimaksudkan menjadi syarat atau kaitan berlakunya suatu hukum. Dalam hal ini, yang perlu diketahui ialah bahwa setiap kata di dalam Alquran pasti mengandung maksud dan faedah, meskipun tidak berkaitan secara langsung dengan masalah hukum. Perlu pula diberikan suatu ketegasan di dalam menjelaskan hukum-hukum syara baik yang berupa prinsip-prinsip umum maupun bagian-bagian terperinci dari suatu masalah. Di mana Alquran selalu menyebutkannya dengan bentuk keadaan yang paling maksimal. Tujuannya ialah agar kita dapat mengetahui dengan jelas nilai-nilai positif yang terdapat di dalam suatu perintah ataupun akibat dari sesuatu yang dilarang. Seseorang yang disebut muslim adalah orang mengakui keesaan Allah, sedangkan ia akan disebut kafir jika mengingkarinya (Syaltut, 1986: 18). Oleh sebab itu, dari penjelasan nas-nas yang terdapat dalam Alquran, jelas diketahui bahwa barang siapa yang menyembah selain Allah, maka ia dapat dikategorikan sebagai kafir dan musyrik. Demikian pula halnya mengenai alasannya, kita mengetahui bahwa tindakannya itu tidak mempunyai dalil atau alasan yang dapat dibenarkan. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mu minun (23): 117 : Terjemahnya : Dan barang siapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung. 285

Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 2, Juni 2007: 281-290 Jika dilihat makna ayat di atas seakan-akan Allah mengaitkan tindakan syirik dengan kalimat (yang tidak ada alasannya). Sehingga seolah-olah jika ada alasannya, perbuatan syirik dapat dibenarkan. Dengan kata lain kalimat tersebut merupakan suatu celaan yang sangat tajam terhadap orang-orang musyrik atas kebodohannya. Selanjutnya dalam persoalan yang lain dapat pula kita temukan penafsiran Alquran dengan menggunakan pendekatan kaidah ushul yang berkaitan dengan masalah larangan berjual beli di saat azan Jumat dikumandangkan. Hal ini dimaksudkan karena dapat melalaikan ibadah salat Jum at (Abuddin Nata, 1995: 128). Walaupun pada mulanya hal seperti ini masih dikategorikan bersifat mubah, karena dikhawatirkan akan meninggalkan perintah yang wajib, maka dapat berubah menjadi haram. Sebagaimana disebutkan dalam QS Al- Jumu ah (62): 9 : Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada han Jum at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Sebaliknya perbuatan yang pada mulanya bersifat mubah, jika hal itu dianggap sebagai suatu cara untuk melaksanakan perbuatan sunnat atau wajib, perbuatan tersebut diperintahkan untuk dilaksanakan, sehingga status hukumnya pun akan berubah menjadi sunnat atau wajib. Dengan kata lain, hukum perbuatan mubah dapat berubah-ubah sesuai dengan akibat yang ditimbulkannya. Perkembangan berpikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi manusia (Al-Qattan, 1994: 10). 286

Ismail Pangeran, Beberapa Kaidah Penafsiran Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa sesungguhnya pendekatan kaidah ushul dalam memahami masalah yang berkaitan dengan perintah, baik sunnah maupun yang wajib, kadang-kadang dapat dilihat dari sejauhmana urgensinya dalam kehidupan, khususnya yang menyangkut masalah ibadah. Hal ini merupakan pendekatan yang dilakukan oleh ulama-ulama fikih agar memudahkan umat Islam menjalankan syariat agamanya. Kaidah Logika Selain menggunakan kedua pendekatan sebelumnya, untuk mengkaji dan memahami makna Alquran seseorang dapat pula menggunakan kaidah logika. Maksudnya, agar pemahaman seseorang terhadap Alquran, dapat lebih mendekati maksud yang terkandung di dalam ayat-ayat Alquran, pendekatan logika merupakan suatu cara terbaik, khususnya dalam memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan ketauhidan dan ilmu pengetahuan. Penggunaan logika sebagai salah satu cara untuk mencerahkan kandungan Alquran merupakan sebuah keharusan, di mana kenyataankenyataan yang ada baik yang bersumber dan nas-nas aqliah, maupun yang bersumber dan hasil pengamatan manusia harus mampu dipadukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami makna Alquran, khususnya yang berkaitan dengan masalah alam dan manusia. Seperti halnya dalam setiap ilmu pengetahuan, dalam pemikiran keagamaan juga ada hubungan penafsiran antara penafsir dan pengalaman (Wilkes, 1985: 147). Salah satu bukti peran logika dalam memahami ayat-ayat Alquran adalah tentang proses penciptaan alam. Sebab jika akal digunakan sesuai dengan fungsinya maka akan sampai kepada iman (Musa, 1988: 16). Jika kita memperhatikan salah satu keunikan Alquran ialah dalam segi metode pengajaran dan penyampaian pesanpesannya ke dalam jiwa manusia di mana metode penyampaian tersebut sangat mudah dipahami, singkat, jelas dan rasional. Metode tersebut dapat ditemukan misalnya ketika Alquran menjelaskan keesaan Tuhan dan orang-orang musyrik, tentang sikap dan kenyataan yang akan dihadapi oleh orang mukmin dan orang musyrik, Hal seperti itu semuanya diungkapkan melalui perumpamaan yang bersifat konkrit. Dengan demikian, jika mendengarkan dan membaca Alquran, kita akan dapat merasakan seolah-olah pesan yang 287

Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 2, Juni 2007: 281-290 disampaikan dapat dirasakan secara langsung. Tuhan mengumpamakan Alquran seperti hujan yang turun, sedangkan hati manusia diumpamakan seperti tanah dan lembah (Dahlan, t.th: 158). Sebagai contoh dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikemukakan beberapa ayat Alquran yang berkaitan dengan penjelasan tersebut, antara lain QS Al-Baqarah (2): 74:... Terjemahnya: Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dan padanya... Selanjutnya dalam QS. al-a raf (7): 57 :... Terjemahnya : Dan Dialah uang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mengandung air, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. 288

Ismail Pangeran, Beberapa Kaidah Penafsiran Perumpamaan yang dikemukàkan oleh Alquran tersebut, memberikan pencerahan pemikiran bagi manusia khususnya menyangkut tentang penggunaan akal dalam memahami ajaran agama. Penggunaan logika dalam memahami Alquran tidak sebatas kebutuhan sesaat, tetapi merupakan suatu kewajiban, karena dengan menggunakan akal yang tepat, manusia akan sampai kepada tujuan hidupnya, yakni mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Akal dalam agama merupakan alat yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dimanfaatkan dalam mencari dan memahami segala sesuatu yang terdapat di alam mi, sehingga dengan demikian ia dapat menemukan hakikat kehidupan yang abadi. Dari uraian di atas, dapat kita pahami bahwa metode Alquran dalam membentangkan hakikat-hakikat falsafi, membuat dalilnya dapat berbicara kepada indra, hati dan akal secara serentak. Apa yang dituangkan oleh Alquran kepada kita merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab dengan menggunakan akal pikiran yang sehat sehingga segala sesuatu yang tersembunyi di balik alam nyata ini, akan dapat diungkap oleh manusia dengan kemampuan berpikirnya. PENUTUP Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memahami makna ayat-ayat Alquran, sangat diperlukan pengetahuan tentang kaidah-kaidah penafsiran, khususnya kaidah bahasa, kaidah ushul dan kaidah logika agar tidak terjadi kesalahan dalam memberi makna terhadap sebuah tafsiran Alquran untuk menjadi sebuah bacaan atau bahan kajian orang lain atas hasil pemaparan yang dikemukakan. Di lain pihak diperlukannya kaidah-kaidah dimaksud sebagai upaya meminimalisir kekeliruan dalam mempelajari ayat-ayat Alquran, sehingga tidak menyebabkan kesalahan yang fatal bagi seseorang dalam mengkaji ayat-ayat Alquran, karena salah satu penyebab terjadinya kekeliruan dalam memahami ayat-ayat Alquran ialah seringkali dilakukan penafsiran berdasarkan kemauan dan disiplin ilmu seseorang, tanpa mempergunakan kaidah-kaidah penafsiran Alquran. 289

Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 2, Juni 2007: 281-290 DAFTAR PUSTAKA Aridl, Ali Hasan. 1994. Sejarah dan Metodologi Tafsir. Cet. II. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dahlan, Abd. Rahman. 1998. Kaidah-kaidah Penafsiran Alquran. Cet. II. Bandung: Mizan. Nata, Abuddin. 1995. Alquran dan Hadits (Dirasah Islamiyah I). Cet. IV. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Musa, M. Yusuf. 1988. Alquran dan Filsafa. Cet. I. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Shihab, M. Quraish. 1994. Studi Kritis Tafsir Al-Manar. Cet. I. Bandung : Pustaka Hidayah. Syaltut, Mahmud. 1986. Islam, Aqidah dan Syari ah. Cet. I. Jakarta: Pustaka Amani. Wilkes, Keith. 1985. Agama dan Ilmu Pengetahuan. Cet. IV. Jakarta: Sinar Harapan. 290