WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN IZIN GANGGUAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 27 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DAN IJIN TEMPAT USAHA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 127 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 5 TAHUN 2000 IZIN GANGGUAN

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG IZIN GANGGUAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2011

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR: 23 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR OLEH BADAN UNTUK UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Walikota;

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

11 NOPEMBER 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C NO.4/C SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pengaturan, pengawasan dan penertiban terhadap jalannya suatu usaha yang dikelola oleh pribadi dan/atau badan, perlu diatur dalam suatu Peraturan Daerah tentang pemberian izin gangguan ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang pemberian izin gangguan. : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3951) ; 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang 14

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025) ; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059) ; 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Per Undang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82 Tambaan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara 15

Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5285 ); 14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Publik; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Struktur Organisasi Tata Kerja Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah; 18. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2010 Nomor 03). 19. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 05 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2011 Nomor 15) ; 16

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PEWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dan WALIKOTA PAYAKUMBUH MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBERIAN IZIN GANGGUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Payakumbuh ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Payakumbuh ; 3. Walikota adalah Walikota Payakumbuh ; 4. Badan adalah Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Payakumbuh yang selanjutnya disebut BPMD-PTSP Kota Payakumbuh ; 5. Kepala Badan adalah Kepala BPMD-PTSP Kota Payakumbuh ; 6. Perizinan adalah pemberian izin terhadap orang dan/atau badan yang melakukan usaha di Kota Payakumbuh ; 7. Izin Gangguan adalah pemberian izin kepada orang pribadi dan/atau badan yang melakukan usaha pada lokasi tertentu di kota Payakumbuh yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan di Kota Payakumbuh. Izin Gangguan diterbitkan oleh Pemerintah Daerah tentang Usaha yang menimbulkan Gangguan ; 8. Orang Pribadi adalah seseorang tertentu yang memiliki usaha untuk kepentingan pribadi ; 9. Perusahaan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau 17

organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya, yang melakukan kegiatan usaha untuk kepentingannya ; 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah Teknis yang selanjutnya disebut SKPD Teknis adalah Pelaksana Tugas Pokok dan Fungsinya secara Teknis terhadap kegiatan pelaku usaha; 11. Tim Survey adalah Tim Gabungan dari SKPD Teknis dan BPMD-PTSP Kota Payakumbuh yang melaksanakan tugas untuk menetapkan layak atau tidaknya Izin Gangguan diberikan kepada pemohon; 12. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah ; 13. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan ; 14. Upaya Pengelolaaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan; 15. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjuntnya disingkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari Pemrakarsa untuk melakukaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL; 16. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat NPWP adalah nomor yang diberikan wajib pajak oleh Pemerintah Pusat kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya; 17. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat NPWPD adalah nomor yang diberikan wajib pajak oleh Pemerintah Daerah kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya; 18. Kas Daerah adalah Tempat menyimpan uang daerah yang ditentukan oleh Walikota. 18

BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Izin Gangguan ini mencakup : a. Kriteria gangguan ; b. Penyelenggaraan Perizinan; c. Persyaratan Perizinan ; d. Kewenangan Pemberian Izin ; e. Retribusi Izin ; f. Peran Masyarakat ; g. Pembinaan dan Pengawasan ; h. Masa berlaku Izin Gangguan ; i. Kewajiban dan Larangan ; j. Sanksi ; dan k. Ketentuan Penutup BAB III KRITERIA GANGGUAN Pasal 3 (1) Kriteria gangguan dalam penetapan izin terdiri dari: a. lingkungan; b. sosial kemasyarakatan; dan c. ekonomi. (2) Gangguan terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi gangguan terhadap fungsi tanah, air tanah, sungai, laut, udara dan gangguan yang bersumber dari getaran dan/atau kebisingan. (3) Gangguan terhadap sosial kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi terjadinya ancaman kemerosotan moral dan/atau ketertiban umum. (4) Gangguan terhadap ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi ancaman terhadap: a. penurunan produksi usaha masyarakat sekitar; dan/atau b. penurunan nilai ekonomi benda tetap dan benda bergerak yang berada di sekitar lokasi usaha. 19

BAB IV PENGGOLONGAN PERUSAHAAN Pasal 4 Perusahaan yang wajib memiliki izin gangguan terdiri dari perusahaanperusahaan yang menimbulkan gangguan bagi kawasan atau daerah sekitarnya ; Pasal 5 Penggolongan Perusahaan yang termasuk dalam kriteria gangguan sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah ini letaknya berada : a. Dalam Daerah industri ; dan b. Di luar Daerah industri. BAB V PENYELENGGARAAN PERIZINAN Bagian Kesatu Permohonan Pasal 6 (1) Setiap perusahaan dalam Kota Payakumbuh, wajib memiliki izin gangguan, kecuali bagi perusahaan industri yang jenis industrinya wajib melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); (2) Permohonan izin gangguan oleh perusahaan kawasan industri, diajukan secara tertulis kepada Walikota; (3) Tata cara pengajuan permohonan izin gangguan sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedua Obyek dan Subyek Pasal 7 (1) Objek izin gangguan adalah pemberian izin gangguan yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan masyarakat dan kelestarian lingkungan; (2) Subjek izin gangguan adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan dan atau memperoleh izin gangguan; 20

BAB VI PERSYARATAN PERIZINAN Pasal 8 (1) Setiap Perusahaan yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, gangguan pada masyarakat dan pelestarian lingkungan hidup wajib memiliki izin gangguan kecuali industri yang jenis industrinya melaksanakan AMDAL; (2) Permohonan Izin Gangguan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut: a. Surat Pernyataan tidak berkeberatan dari tetangga minimal (satu) lapis tetangga dengan objek izin gangguan yang berasal dari 4 (empat) arah mata angin yang diketahui Kepala Kelurahan setempat; b. Photo copy Surat Izin Mendirikan Bangunan/Site Plan/Pemeriksa Lapangan; c. Photo copy surat keterangan bukti hak tanah atau surat keterangan status tanah; d. Photo copy akte pendirian perusahaan; e. Photo copy KTP dan NPWP; f. Photo copy pembayaran PBB tahun terakhir; g. Photo copy UKL/UPL/SPPL bagi perusahaan yang tidak wajib AMDAL; Pasal 9 Permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) dan (3) Peraturan Daerah ini, diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut : a. Photo copy Surat ijin Lokasi; b. Photo copy KTP, NPWP dan NPWPD Perusahaan yang bersangkutan; c. Photo copy Akte Pendirian bagi Perusahaan yang berstatus Badan Hukum/Badan Usaha atau Photo copy Anggaran Dasar yang sudah disahkan bagi koperasi; d. Photo copy tanda pelunasan PBB tahun terakhir sesuai tempat peruntukan tanah/penggunaan sebagai lahan industri; e. Photo copy sertifikasi atas tanah atau bukti perolehan tanah; f. Rancangan tata letak instalasi, mesin/peralatan dan perlengkapan bangunan industri yang telah disetujui oleh pimpinan perusahaan pemohon atau yang dikuasakan; 21

g. Pernyataan tidak berkeberatan dari tetangga dan atau masyarakat yang berdekatan (izin tetangga) minimal 1 (satu) lapis tetangga terdekat dengan objek izin gangguan yang berasal dari 4 (empat) arah mata angin, yang diketahui Kepala Kelurahan ; h. Bagan alir proses dilengkapi dengan Daftar Bahan Baku/Penunjang dan Bagan alir pengolahan limbah; i. Pertimbangan Teknis dari Instansi Teknis sesuai dengan jenis Industri; j. Photo copy Surat Izin Mendirikan Bangunan, Site Plan berikut lampiran Gambar Denah dan Situasi; BAB VII KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN Pasal 10 (1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Daerah ini, Pejabat yang ditunjuk oleh Walikota melakukan penelitian terhadap persyaratan permohonan Izin Gangguan tersebut; (2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,dituangkan dalam Berita Acara yang merupakan kelengkapanpersyaratan permohonan IjinGangguan; (3) Jika telah memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar, permohonan diproses dan dibuat Keputusan Walikota tentang Izin Gangguan; Pasal 11 Penandatanganan Izin Gangguan, baik bagi Perusahaan dalam daerah Industri maupun diluar daerah industri dilakukan oleh Kepala BPMD-PTSP Atas Nama Walikota; BAB VIII RETRIBUSI IZIN Pasal 12 Retribusi Izin Gangguan pada Peraturan Daerah ini, berpedoman kepada Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Perizinan. 22

BAB IX PERAN MASYARAKAT Pasal 13 (1) Dalam setiap tahapan dan waktu penyelenggaraan perizinan, masyarakat berhak mendapatkan akses partisipasi. (2) Akses partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengajuan pengaduan atas keberatan atau pelanggaran perizinan dan / atau kerugian akibat kegiatan dan /atau usaha. (3) Pemberian akses partisipasi sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan mulai dari proses pemberian perizinan atau setelah pemberian perizinan dikeluarkan. (4) Pengaduan sebagaimana dimaksud ayat (2) hanya diterima jika berdasarkan pada fakta atas ada atau tidaknya gangguan yang ditimbulkan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 3. BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 14 (1) Pemerintah Kota Payakumbuh melalui SKPD teknis terkait berkewajiban melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha yang telah memperoleh izin usaha. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui : a. Koordinasi secara berkala; b. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi; c. Pendidikan, pelatihan, pemagangan; dan d. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan perizinan. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 15 (1) Pengawasan dilaksanakan terhadap proses administrasi perizinan dan pemberian perizinan. 23

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang dibantu oleh SKPD teknis terkait. (3) SKPD teknis terkait berkewajiban melakukan pengawasan terhadap usaha yang telah diterbitkan izinnya oleh Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. BAB XI MASA BERLAKU IZIN GANGGUAN Pasal 16 (1) Jangka waktu berlangsungnya Izin Gangguan ditetapkan selama usaha tersebut masih berjalan; (2) Terhadap Izin Gangguan sebagai dimaksud ayat(1) pasal ini, dilakukan pendaftaran ulang (Herregistrasi) setiap 3 tahun sekali; (3) Daftar ulang (Herregistrasi) sebagaimana dimaksud ayat (2) pasalini, harus diajukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1bulan sebelum jatuh tempo; (4) Jangka waktu penerbitan Izin Gangguan,selambat-lambatnya 7 hari kerja terhitung sejak permohonantersebut diterima secara lengkap dan benar serta telah dinyatakan layak oleh Tim Survey; (5) Dalam rangka pengawasan dan pengendalian, sewaktu-waktu dapat dilakukan pemeriksaan ke lokasi perusahaan oleh tim SKPD Teknis terkait. Pasal 17 Bilamana pemegang Izin Gangguan menghentikan atau menutup kegiatan usahanya, yang bersangkutan wajibmemberitahukan dan mengembalikan izin dimaksud kepada Walikota; Pasal 18 Bila terjadi perubahan jenis usaha dan atau menambah kegiatan usaha,maka Izin Gangguan yang telah diberikan harus diperbaharui dengan mengajukan permohonan kepada Walikota; Pasal 19 (1) Bila pemegang Izin Gangguan memindah tangankan Izin Gangguan, Merger,Akuisisi dan atau perubahan status dari nama perusahaan, harus mengajukan kembali permohonan Ijin Gangguan kepada Walikota; 24

(2) Bila terjadi perpindahan hak Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemilik baru atas namanya sendiri dalam jangka waktu selambatlambatnya satu bulan terhitung sejak tanggal pemindahan hak, harus sudah menyelesaikan perubahan Izin Gangguan; Pasal 20 Bagi Perusahaan yang dalam kegiatannya ternyata mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan, diwajibkan untuk menanggulangi pencemaran tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 21 (1) Kegiatan usaha yang tidak memiliki izin gangguan atau izin usahanya telah dicabut namun tetap menjalankan usahanya maka Pemerintah Daerah berwenang menutup dan menghentikan kegiatan usahanya; (2) Tata cara Penutupan dan penghentian kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Pemohon Izin wajib : BAB XII KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Kewajiban Pasal 22 a. Memenuhi seluruh persyaratan perizinan; b. Menjamin semua dokumen yang diajukan adalah benar dan sah; c. Membantu kelancaran proses pengurusan izin; d. Melaksanakan seluruh tahapan prosedur perizinan; dan e. Melakukan langkah-langkah penanganan gangguan yang muncul atas kegiatan usahanya. Pemohon Izin dilarang : Bagian Kedua Larangan Pasal 23 a. Memberikan uang jasa atau bentuk lainnya kepada petugas pelayanan perizinan diluar ketentuan yang berlaku; dan 25

b. Menghalangi petugas dalam rangka pengawasan, pengendalian dan evaluasi izin gangguan yang telah diterbitkan. c. Melaksanakan aktivitas usaha dengan izin gangguan yang telah habis masa berlakunya. d. Masih melaksanakan aktivitas usaha setelah izin gangguan dicabut. BAB XIII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 24 Izin Gangguan (Hinder Ordonantie) dinyatakan tidak berlaku dan dicabut apabila: a. Pemegang izin menghentikan usahanya ; b. Pemegang izin mengubah atau menambah jenis usahanya tanpa mengajukan perubahan kepada Walikota ; c. Tidak melaksanakan daftar ulang (Herregistrasi) ; d. Dihentikan usahanya karena melanggar Peraturan Perundang-undangan yang berlaku ; e. Pemegang izin tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam surat Izin Gangguan ; f. Perubahan peruntukan atau fungsi tanpa pemberitahuan kepada Pemerintah Daerah ; g. Adanya perubahan kepemilikan usaha. h. Masyarakat menolak / Terganggu atas usaha tersebut. Pasal 25 Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 23 huruf b sampai dengan huruf h dikenakan sanksi administratif dalam bentuk teguran tertulis kesatu sampai ketiga. BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan Pasal 22 huruf c dan huruf d pada Peraturan Daerah ini diancam dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah); (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah Pelanggaran; 26

(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalamlembaran Daerah Kota Payakumbuh Diundangkan di Payakumbuh Pada tanggal 12 Agustus 2014 SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dto BENNI WARLIS Ditetapkan di Payakumbuh Pada tanggal 12 Agustus 2014 WALIKOTA PAYAKUMBUH dto RIZA FALEPI LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 NOMOR 2. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM PRIMA YANUARITA Pembina Tingkat I(IV/b) NIP.19650102 199112 2 001 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH, PROVINSI SUMATERA BARAT (2/2014) 27