Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

dokumen-dokumen yang mirip
Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

HUBUNGAN POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 3-5 TAHUN DI DESA PLOSOSARI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO ANITA ROSADI NIM.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA SEBANI KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1


Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI DI PUSKESMAS BABAKAN SARI KELURAHAN SUKAPURA BANDUNG 2011

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI RT 01 RW 01 DESA MANUNGGAL BANGKALAN MADURA. Firdaus *M.

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA. di Posyandu Bulurejo Puskesmas Sampung Kabupaten Ponorogo

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS WONGKADITI KOTA GORONTALO. Heni PanaI. Polteknik Kesehatan Provinsi Gorontalo

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA BULAN DI DESA JENGGRIK KABUPATEN NGAWI TAHUN 2015

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

HUBUNGAN TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN. Oleh : DEA FADLIANA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BANDUNG KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BAYI 0-12 BULAN (BB/PB) DENGAN PEMBERIAN ASI DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 6 12 BULAN. Di Desa Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo ANAN A

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

Catur Saptaning Wilujeng*, Yuseva Sariati**, Ranthy Pratiwi** Abstrak

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BONA F. P. BANJARNAHOR

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

ABSTRAK. Diella Natasha Wijaya, 2016, Pembimbing I: Grace Puspasari,dr.,M.Gizi Pembimbing II: Penny Setyawati M,dr.,SpPK.MKes

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Transkripsi:

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia 36 48 Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban) Relationship Between The Type And Frequency Of Eating And The Nutritional Status (Body Weight) Of Children Ages 36-48 Months (Study 5 Ihc In The Village District Jenu Remen - Tuban) Umu Qonitun STIKES NU TUBAN ABSTRAK Kasus gizi buruk atau gizi kurang adalah masalah gizi yang seharusnya sudah tidak ada lagi. Tapi angka kejadiaannya di Indonesia masih menjadi masalah yang harus di perhatikan. Pemantauan status gizi balita di wilayah Kabupaten Tuban pada tahun 2008, dari 71.992 balita yang ditimbang, balita dengan status gizi buruk sebanyak 1,4%. Dan dari 33 Puskesmas di Kabupaten Tuban, Puskesmas Jenu menduduki urutan pertama dalam masalah gizi buruk, yaitu balita dengan status gizi buruk sebanyak 4,0%. Dari 17 wilayah kerja Puskesmas Jenu, desa Remen menduduki urutan pertama dalam hal gizi buruk yaitu dari 240 balita yang ditimbang, balita dengan status gizi buruk sebanyak 10,4%. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil dari seluruh balita di desa Remen Kecamatan Jenu-Tuban yang memenuhi kriteria. Setelah itu kita gunakan rumus besar sampel untuk menentukan jumlah sampel yang kita gunakan dengan tehnik simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden sehingga mendapatkan data yang terkait dengan hubungan antara jenis dan frekuensi makan dengan status gizi (BB) pada anak usia 3-4 tahun di desa Remen Kecamatan Jenu-Tuban. Dan melakukan observasi penimbangan berat badan untuk mengetahui berat badan anak tersebut. Lalu dimasukkan dalam tabel distribusi dalam bentuk prosentase dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan 56,75 % responden memiliki jenis dan frekuensi makan yang sesuai dan 43,25 % responden memiliki jenis dan frekuensi makan yang tidak sesuai. Sedangkan 64,87 % responden mempunyai status gizi baik dan 35,13 % responden mempunyai status gizi buruk. Dari hasil perhitungan chi square didapatkan X 2 hitung > X 2 tabel yaitu 19,63 > 3,481 hal ini berarti H1 diterima. Jenis dan frekuensi makan dengan status gizi (BB) pada anak usia 36-48 bulan mempunyai hubungan yang signifikan. Maka hendaknya petugas kesehatan memberi informasi dan penyuluhan yang lebih banyak tentang pemenuhan Jenis dan Frekuensi makan kepada orang tua untuk meningkatkan status gizi (BB) pada anak usia 36-48 bulan. Kata Kunci : Jenis Dan Frekuensi Makan, Status Gizi, Anak Usia 36-48 bulan ABSTRACT Cases of malnutrition or poor nutrition is nutrition problem should no longer exist. But figures kejadiaannya in Indonesia is still a problem that need to be noticed. Monitoring the nutritional status of children in the district of Tuban in 2008, from 71 992 infants were weighed, infants with severe malnutrition of 1.4%. And 33 health centers in the district of Tuban, PHC (Public Health Centre) of Jenu ranks first in the problem of malnutrition, ie poor nutritional status of children under five with as much as 4.0%. From 17 PHC of Jenu, Remen village ranks first in terms of malnutrition that is of 240 infants who weighed, toddlers with poor nutritional status as much as 10.4%. This research is an analytic cross-sectional study design. Samples were taken of all toddlers in the village Remen Jenu-Tuban district that meets the criteria. After that we use the sample size formula for determining the number of samples we use the simple random sampling technique. Data collection using questionnaires distributed to respondents so as to obtain data relating to the relationship between the type and frequency of meals and nutritional status (BB) in children aged 3-4 years in rural Remen Jenu-Tuban district. And weighing observations to determine the child's weight. Then included in the distribution table in the form of percentage and narrative. The results showed 56.75% of respondents have a type and frequency of meals are suitable and 43.25% of the respondents have the type and frequency of meals that do not fit. While 64.87% of respondents had good nutritional status, and 35.13% of respondents have a poor nutritional status. From the calculation of chi square obtained count X2> X2 table is 19.63> 3.481 this means that H1 is accepted. The type and frequency of meals and nutritional status (BB) in children aged 36-48 months had a significant relationship. So should health workers provide information and counseling on compliance more meal type and frequency to parents to improve the nutritional status (BB) in children aged 36-48 months Keywords: Types and Frequency of Eating, Nutritional Status, Children Age 36-48 months PENDAHULUAN Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan di dunia menyadari bahwa arti makanan lebih luas dari sekedar untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sebagai indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dalam hal ini gizi ternyata sangat berpengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Agar perencanaan upaya peningkatan status gizi penduduk dapat dilakukan dengan baik maka semua aspek yang berpengaruh perlu dipelajari termasuk aspek pola pangan, sosio-budaya dan pengaruh konsumsi makanan terhadap status gizi. 1 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup atau setiap hari ada 566 kematian balita. Sedangkan status gizi pada tahun 2005 jumlah anak kurang gizi sebesar 5 juta dan anak dengan status gizi buruk sekitar 1,5 juta dan 150.000 anak menderita gizi buruk tingkat berat (marasmus-kwasiorkor). 2 Pemantauan status gizi balita di wilayah Kabupaten Tuban pada tahun 2008, dari 33 Puskesmas di Kabupaten Tuban, Puskesmas Jenu menduduki urutan pertama dalam masalah gizi buruk, yaitu balita dengan status gizi buruk sebanyak 4,0%, gizi kurang 17,9%,

gizi baik 72,9% dan gizi lebih 5,2%. Puskesmas Jenu memiliki 17 wilayah kerja dan desa Remen merupakan desa yang menduduki urutan pertama dalam hal gizi buruk yaitu dari 240 balita yang ditimbang, balita dengan status gizi buruk sebanyak 10,4%, sedangkan Gizi kurang 10,8%, Gizi baik 70,8%, dan gizi lebih 7,9%. Dari survey awal jenis dan frekuensi makan di desa Remen yaitu sebanyak 10 anak yang berusia 3-4 tahun didapatkan hanya 3 anak (30%) yang mempunyai jenis dan frekuensi makan yang sesuai dan 7 anak (70%) mempunyai jenis dan frekuensi makan tidak sesuai. Sedangkan 4 anak (40%) mempunyai status gizi baik dan 6 anak (60%) mempunyai status gizi kurang. Menurut penjelasan dari orang tua mereka, bahwa anak-anak tersebut rata-rata dalam sehari hanya memakan nasi, lauk berupa ikan laut, tahu, tempe dan air putih karena memang tidak menyukai sayur dan buah-buahan. Kasus gizi buruk atau gizi kurang adalah masalah gizi yang merupakan bentuk status gizi yang rendah yang seharusnya sudah tidak ada lagi. Tapi angka kejadiaan gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia masih menjadi masalah yang harus di perhatikan. Adapun faktor utama yang mempengaruhi status gizi balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi, ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor pola makan dimana balita kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Gangguan gizi yang terjadi pada bayi dan balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapat perhatian. Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada upaya peningkatan gizi anak. Hal ini tercakup dalam Kesehatan Ibu dan Anak yang merupakan salah satu sasaran dari bidan. 2 Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks Berat Badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini. Adapun kelebihan pengukuran status gizi menggunakan berat badan menurut umur antara lain : lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahanperubahan kecil serta dapat mendeteksi kegemukan (over weight). Gangguan gizi yang terjadi pada balita bukan hanya ahli gizi yang berperan untuk mengatasinya tapi tenaga medis lain yang salah satunya bidan dan juga orang tua harus berperan aktif serta menguasai beberapa hal tentang ilmu pengetahuan dan gizi sebagai dasar utama program untuk intervensi masalah gizi. Pertumbuhan anak pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh keadaan dan status gizinya ketika masih balita. Untuk itu jenis dan frekuensi makan yang sesuai sangat penting untuk balita terutama anak usia 3-4 tahun. Tenaga kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan yang lebih banyak kepada orang tua tentang jenis dan frekuensi makan yang sesuai bagi anak anaknya. Karena hal ini sangat penting untuk pertumbuhan anaknya. Makanan yang baik dan sesuai bagi anak usia 3-4 tahun yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah-buahan dan susu karena mengandung keenam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Gizi tersebut akan membantu sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga anak tidak mudah sakit. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan Antara Jenis dan Frekuensi makan dengan Status Gizi (BB) Pada Anak Usia 36-48 bulan (S tudi 5 posyandu di desa Remen Kecamatan Jenu Tuban). METODE PENELITIAN Pada penelitian ini jenis penelitiannya analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, karena penelitian ini menekankan pada waktu pengukuran atau observasi variabel dependen dan independen hanya satu kali pada satu saat. Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu yang mempunyai balita di desa Remen Kecamatan Jenu pada bulan maret-april 2009 sebesar 240 anak. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian balita di desa Remen Kecamatan Jenu pada bulan maret-april 2009 sebesar 40 anak. yang memenuhi kriteria Inklusi. Dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling diperoleh jumlah sampel sebanyak 37 responden (bayi). HASIL PENELITIAN Jenis Dan Frekuensi Makan Anak Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Dan Frekuensi Makan pada Anak Usia 36-48 bulan Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu -Tuban Pada Bulan Maret- April 2009 Sumber : Survey jenis dan frekuensi makan anak Maret-April 2009 Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 37 responden sebagian besar 21 ( 56,75 %) memiliki jenis dan frekuensi makan yang sesuai. Status Gizi Anak Usia 36-48 bulan

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi (BB) Pada Anak Usia 36-48 bulan Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban Pada Bulan Maret-April 2009 Sumber : Survey observasi penimbangan BB anak, Maret-April 2009 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 37 responden sebagian besar 24 (64,87%) memiliki status gizi baik. Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (BB) Pada Anak Usia 36-48 bulan Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (BB) Pada Anak Usia 36-48 bulan Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban Pada Bulan Maret-April 2009 Sumber : Survey Hubungan Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi Anak, Maret-April 2009 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 37 responden sebagian besar 20 (95,2 3%) mempunyai jenis dan frekuensi makan sesuai dan status gizi baik ANALISIS HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan pengumpulan data mulai bulan Maret-April 2009 kemudian data tersebut diubah dalam bentuk angka, ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji chi square. Pada uji chi square jika didapatkan X 2 hitung > X 2 tabel maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Dari hasil analisis uji chi square didapatkan hasil X 2 = 19,63. Pada penelitian ini dk = 1 sehingga taraf kesalahan 5% akan mendapatkan tabel= 3,481. Dari hasil perhitungan chi square didapatkan X 2 hitung > X 2 tabel yaitu 19,63 > 3,481 hal ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara jenis dan frekuensi makan dengan status gizi anak. PEMBAHASAN 1. Jenis Dan Frekuensi Makan Anak Usia 36-48 bulan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 37 responden 21 responden (56,75 %) yang memiliki jenis dan frekuensi makan sesuai dan 16 (43,25%) responden memiliki jenis dan frekuensi makan yang tidak sesuai. Makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, buahbuahan dan susu mengandung keenam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Gizi tersebut akan membantu sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga anak tidak mudah sakit. Untuk menyediakan gizi yang cukup bagi balita hanya diperlukan menu seimbang. Setelah anak berusia 2 tahun sebenarnya kehadiran susu bukan hal yang wajib dalam menu sehari-hari. Frekuensi makan anak usia 3-4 tahun yang penting adalah aneka ragam makanan yang dikonsumsi secara cukup. Dengan memperhatikan 4 sehat saja antara lain nasi, sayur, lauk dan buah, anak-anak setelah usia 2 tahun dapat tumbuh secara baik. Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa anak agar mengkonsumsi susu banyak-banyak dan membiarkan mengurangi porsi makannya. Frekuensi makan dengan porsi 3 kali sehari lebih penting dari pada minum segelas atau dua gelas susu. Mengkonsumsi nasi, lauk, buah dan sayur saja tanpa minum susu, anak-anak setelah usia 2 tahun sudah dapat tumbuh dengan optimal. 3 Jenis dan frekuensi makan pada anak usia 3-4 tahun kadang tidak sesuai dengan jenis dan frekuensi makan yang semestinya. Karena pada usia ini biasanya anakanak mengalami sulit makan yang disebabkan oleh banyak hal misalnya anak sulit makan karena menu yang disajikan tidak bervariasi atau jenis dan bentuknya kurang menarik sehingga anak mengalami kebosanan. Dan bisa juga karena anak menderita suatu penyakit atau anak dibiasakan dengan terlambat makan sehingga anak menjadi sulit makan. Pertumbuhan anak pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh keadaan dan status gizinya ketika masih balita. Untuk itu jenis dan frekuensi makan yang sesuai sangat penting untuk balita terutama anak usia 3-4 tahun. Tenaga kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan yang lebih banyak kepada orang tua tentang jenis dan frekuensi makan yang sesuai bagi anak anaknya. Karena hal ini sangat penting untuk pertumbuhan anaknya. Makanan yang baik dan sesuai bagi anak usia 3-4 tahun yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah-buahan dan susu karena mengandung keenam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Gizi tersebut akan membantu sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga anak tidak mudah sakit. 2. Status Gizi Anak Usia 36-48 Bulan Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 24 responden (64,87%) yang memiliki kriteria status gizi baik dan 13 (35,13%) responden yang memiliki kriteria status gizi buruk. Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan sesuai standar tabel WHO-NCHS. Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. 4

Seharusnya status gizi buruk atau kurang sudah tidak ada lagi di Indonesia. Tapi kenyataannya masih banyak yang mengalami gizi buruk atau pun kurang. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu pola makan. Sedangkan pengertian pola makan adalah perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi makan, cara pengolahan dan pemilihan makanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa jenis dan frekuensi makan dapat mempengaruhi status gizi. Gangguan status gizi yang terjadi pada bayi dan balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapat perhatian. Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada upaya peningkatan gizi anak). 2 3. Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 37 responden mempunyai jenis dan frekuensi makan yang sesuai dan status gizi baik yaitu 20 responden (95,23%), sedangkan yang memiliki kriteria jenis dan frekuensi makan tidak sesuai dan status gizi buruk adalah 12 (75,00 %) responden. Dari hasil perhitungan chi square didapatkan X 2 hitung > X 2 tabel yaitu 19,63 > 3,481 hal ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara jenis dan frekuensi makan dengan status gizi anak. Jenis dan frekuensi makan pada anak usia 36-48 bulan akan sangat mempengaruhi status gizinya yang mana salah satunya diukur berdasarkan berat badan. Apabila jenis dan frekuensi makan anak tidak sesuai dengan yang semestinya maka bisa menyebabkan status gizi anak tidak sesuai. Bisa gizi lebih, gizi kurang atau bahkan anak bisa mengalami gizi buruk. Dampak dari gizi lebih pada balita akan mengganggu sistem metabolisme dalam tubuh serta mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Sedangkan dampak dari gizi buruk dan gizi kurang yaitu badan anak lama kelamaan mulai kurus dan staminanya menurun. Pada fase lanjut, anak-anak dengan gizi buruk dan kurang akan rentan terhadap infeksi dan penyakit-penyakit yang lain. Dan akan mengganggu pertumbuhan dan perkembamgan di masa sekarang dan akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita diantaranya adalah Sosial-Ekonomi, Infeksi penyakit, Pengetahuan orang tua dan Pola makan. Sedangkan Pola makan adalah perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan. Pada anak usia 3-4 tahun mulai terjadi fase negatifistik yaitu menolak makan karena menunjukkan kekakuannya. Makanan selalu ditolak, maka ibu harus menyajikan makanan semenarik mungkin. (Sutomo, 2008). Jadi jenis dan frekuensi makan yang sesuai sangat diperlukan untuk anak usia 3-4 tahun karena akan mempengaruhi status gizi anak tersebut. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan, maka dalam penelitian ini secara umum dapat disimpulkan antara lain : 1. Jenis dan frekuensi makan pada anak usia 36-48 bulan studi 5 Posyandu di desa Remen Kecamatan Jenu-Tuban sebagian besar sesuai yaitu 21 ( 56,75 %) dari 37 responden. 2. Status gizi (BB) pada anak usia 36-48 bulan studi 5 Posyandu di desa Remen Kecamatan Jenu-Tuban sebagian besar baik yaitu 24 (64,87%) dari 37 responden. 3. Ada hubungan yang signifikan antara Jenis dan Frekuensi makan dengan status gizi (BB) pada anak usia 36-48 bulan studi 5 Posyandu di desa Remen Kecamatan Jenu-Tuban. DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta, 2009. 2. Depkes. RI. Instrumen Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan pada Balita dan Anak Prasekolah. EGC, Jakarta, 2005. 3. Jhon. Gizi Balita. 24 Desember 2008 http://www.medicastore.com, 2008 4. Supariasa. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2002.