ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

BAB I PENGANTAR. Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

Kemampuan Isolat Bacillus sp. dalam Mendegradasi Limbah Tangki Septik

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI

Macam macam mikroba pada biogas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

MAKALAH KIMIA ANALITIK

I. PENDAHULUAN. Industri batik memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

I. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification).

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

Oleh: ANA KUSUMAWATI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mikrobiologi Analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rustama et al. (1998), limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya. Komponen utama limbah cair adalah air, sedangkan komponen lainnya adalah bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut. Sesuai dengan sumbernya maka limbah cair memiliki komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan proses. Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terkandung dalam limbah cair dapat dikelompokkan menjadi organik dan anorganik. Karena kontaminan utama limbah cair rumah makan seluruhnya berasal dari bahan makanan, proses memasak, dan tahap pembersihan peralatan, dan dari toilet, maka komponen limbah rumah makan terutama berupa bahan-bahan organik dan bahan pencuci, yaitu sabun/deterjen. Senyawa organik yang terkandung dalam air limbah rumah makan berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008). Salah satu cara pengolahan limbah adalah pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme. Dalam proses ini dibuat suatu kondisi di mana mikroorganisme dapat memanfaatkan limbah yang ada sebagai sumber karbon yang berguna untuk pertumbuhannya sehingga limbah dapat diubah menjadi senyawa yang aman, tidak berbahaya, dan ramah terhadaplingkungan (Wang dan Bartha, 1997). Bahan organik pada limbah bertindak sebagai substrat bagi 1

2 mikroorganisme (Mason, 2002). Biaya pengolahannya relatif murah karena menggunakan teknologi yang sederhana. Selain itu juga dapat menghilangkan kontaminan tanpa merusak materi terkontaminasi dan tidak menimbulkan dampak lanjut bagi lingkungan. Untuk mengolah limbah cair umumnya digunakan suatu reaktor. Proses pengolahan limbah cair yang terjadi pada reaktor tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan bantuan mikroba. Proses secara biologis pada reaktor pengolahan limbah cair adalah cara paling efektif untuk menghilangkan bahan organik dari limbah cair (Hammer, 1975). Mikroba yang berperan dalam proses degradasi bahan-bahan organik dalam limbah cair adalah mikroba-mikroba yang bersifat amilolitik, proteolitik, dan lipolitik. Pada reaktor penghasil gas metana dengan bahan baku limbah organik proses-proses yang terjadi adalah proses hidrolisis, proses asidifikasi, dan proses metanogenik (Price dan Cheremisinoff, 1981). Pada proses hidrolisis inilah terjadi dekomposisi bahan organik polimer menjadi monomer yang mudah larut yang dilakukan oleh sekelompok bakteri anaerob fakultatif. Pada proses hidrolisis, lemak diuraikan oleh enzim lipase yang diproduksi oleh bakteri lipolitik. Sementara karbohidrat diuraikan oleh enzim amilase yang diproduksi bakteri amilolitik dan protein diuraikan oleh enzim protease yang diproduksi oleh bakteri proteolitik, menjadi monomer yang mudah larut. Menurut Hammer (1975), reaktor pengolahan limbah cair terdiri dari beberapa bagian dan pada setiap bagian terjadi proses dekomposisi bahan organik secara biologis. Dalam pengolahan limbah secara biologis, hal-hal yang paling

3 mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu, ketersediaan nutrient dan oksigen, dan adanya bahan toksik. Hal ini mempengaruhi kelimpahan bakteri indigenous pada setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair. Dari seluruh proses yang terjadi pada reaktor pengolahan limbah cair nilai BOD dapat diturunkan hingga 85% pada proses pengolahan secara biologis (Hammer, 1975). BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair. Penurunan nilai BOD hingga 85% ini disebabkan oleh adanya aktivitas mikroba dalam mendegradasi bahan-bahan organik dalam limbah cair. Hal ini menunjukkan bahwa peran mikroorganisme dalam mendegradasi bahan-bahan organik dalam limbah cair sangatlah penting dan pemanfaatan mikroorganisme dalam suatu sistem reaktor pengolahan limbah cair dapat menjadi penentu efektivitas reaktor tersebut. Dengan adanya data mengenai kelimpahan bakteri dekomposer senyawa organik indigenous pada setiap bagian reaktor limbah cair, maka data tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan peran bakteri dalam reaktor pengolahan limbah cair dan dapat mengetahui efektivitas reaktor pengolahan limbah cair. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti kelimpahan bakteri dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, indigenous pada reaktor limbah cair. Kelimpahan bakteri pada penelitian ini dinyatakan dalam nilai Total Plate Count (TPC).

4 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil Total Plate Count (TPC) bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, yang terdapat pada setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair? 2. Bagaimana karakteristik makroskopik dan mikroskopik bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, yang terdapat pada setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair? 3. Bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, genus apa yang mendominasi pada reaktor pengolahan limbah cair? 1.3 Asumsi Penelitian Menurut Sirait et al. (2008), kontaminan utama limbah cair rumah makan seluruhnya berasal dari bahan makanan, proses memasak, dan tahap pembersihan peralatan, maka komponen limbah rumah makan terutama berupa bahan-bahan organik dan bahan pencuci, sehingga senyawa organik yang terkandung dalam air limbah rumah makan berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak. Menurut Hammer (1975), reaktor pengolahan limbah cair terdiri dari beberapa bagian dan pada setiap bagian terjadi proses dekomposisi bahan organik secara biologis. Dalam pengolahan limbah secara biologis, hal-hal yang paling mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu, ketersediaan nutrient dan oksigen, dan adanya bahan toksik. Hal ini mempengaruhi kelimpahan bakteri indigenous pada

5 setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa pada limbah cair terdapat bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, dan pada setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair terdapat perbedaan nilai kelimpahan bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid. 1.4 Hipotesis Penelitian 1. Pada reaktor pengolahan limbah cair terdapat beraneka ragam bakteri indigenous yang mampu mendegradasi senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid. 2. Terdapat perbedaan nilai kelimpahan bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, pada setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk: 1. mengetahui hasil Total Plate Count (TPC) bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, yang terdapat pada setiap bagian reaktor pengolahan limbah cair; 2. mengetahui karakteristik makroskopik dan mikroskopik bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid yang terdapat pada reaktor pengolahan limbah cair;

6 3. mengetahui nama genus dari bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, yang mendominasi pada reaktor pengolahan limbah cair. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan didapatkannya data mengenai kelimpahan bakteri indigenous dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, pada setiap bagian reaktor limbah cair, maka diharapkan data tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan peran bakteri dalam reaktor pengolahan limbah cair dan dapat mengetahui efektivitas reaktor pengolahan limbah cair. Selain itu, dengan diperolehnya isolat murni berbagai jenis bakteri dekomposer senyawa organik, khususnya amilum, protein, dan lipid, maka diharapkan isolat-isolat bakteri tersebut dapat dimanfaatkan untuk produksi enzim amilase, protease, dan lipase, dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan industri, seperti industri kosmetik, obat-obatan, biosurfaktan, dan pestisida.