BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. induk yang menghasilkan telur tetas untuk mendapatkan Day Old Chick (DOC)

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE STARTER-GROWER DI PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM REMBANG I KARANGASEM, SEDAN KABUPATEN REMBANG

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit merupakan ayam penghasil bibit final stock pada ayam

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

METODE PENELITIAN. Materi

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

II. TINJAUAN PUSTAKA

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ayam Kampung Unggul

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

S O A L PRAKTEK Bidang Lomba: LIVESTOCK AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk dijadikan sebagai indukan. Untuk menentukan performans selama periode bertelur. Program pemeliharaan ayam pembibit perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ; pemisahan pejantan dan betina pada periode awal, sistem perkandangan, tempat bersarang, melatih ayam untuk menggunakan sarang, kontrol bobot tubuh, seleksi pejantan unggul, perbandingan jantan dan betina, dan reproduksi jantan (Mulyantini, 2010). Pemeliharaan ayam ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan konversi pakan (hemat). Persiapan untuk pemeliharaan ayam pembibit yaitu perkandangan dan peralatan harus dipersiapkan untuk pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, dan program penyinarannya harus dipenuhi. Pemeliharaan ayam periode starter sampai grower antara lain kebutuhan ruang (kandang), kebutuhan induk buatan, kebutuhan pakan dan minum, vaksinasi, pemotongan paruh, kontrol berat badan, seleksi ayam dan pencegahan penyakit (Johari, 2005).

4 2.1.1. Fase brooding Anak ayam yang dipelihara secara alami akan mendapat perlindungan dari induknya dari kondisi lingkungan yang buruk (panas, dingin, dan angin) serta serangan dari hewan predator (Rasyaf, 2009). Selain itu, induk ayam juga membimbing cara makan, minum, dan mencari makan. Namun ayam yang dipelihara secara komersial dalam kandang tidak memiliki induk sehingga perlu induk pengganti atau biasa disebut brooding. Fase brooding merupakan bagian dari fase starter. Persiapan brooding terdiri dari persiapan chick guard, litter, pemanas, tirai, tempat pakan, tempat minum, dan lampu. Seribu ekor ayam diperlukan suhu pemanas ideal yaitu 32-35 o C (Johari, 2005). Debeaking adalah kegiatan pemotongan paruh ayam dilakukan pada ayam parent stock yang berumur 5 hari. Pemotongan paruh pada bagian atas lebih pendek dari bagian bawah, pemotongannya antara 1/3-2/3 bagian paruh, atau 0,45-0,63 cm di depan nostril atau lubang hidung (Suprijatna, 2010). 2.1.2. Fase starter Fase starter merupakan periode awal yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan ternak, fase ini sebagai pondasi pemeliharaan ayam parent stock untuk 67 minggu selajutnya. Masa awal atau periode starter merupakan fase penting yang harus diperhatikan dalam menjamin pertumbuhan seluruh organ vital dalam tubuh ayam, jika terhambat maka pertumbuhan pada umur berikutnya akan terhambat (Nugroho et al., 2012). Sistem pemeliharaan ayam pembibit fase starter yaitu dimulai dari umur 1 hari sampai umur 28 hari (4 minggu). Anak ayam

5 (DOC) pada fase ini membutuhkan kondisi yang hangat supaya ayam merasa nyaman sehingga untuk mengatur temperatur yang nyaman untuk anak ayam tersebut digunakan alat pemanas buatan (brooding system) (Permentan, 2011). 2.1.3. Fase grower Fase grower adalah masa pertumbuhan ayam sebelum memproduksi telur. Pada fase ini, pemanas telah dilepaskan dari kandang sehingga kebutuhan tempat pakan dan minum menjadi lebih banyak (Johari, 2005). Periode pemeliharaan grower yaitu saat ayam berumur 5 sampai 24 minggu. Tujuan dari pemeliharaan fase ini adalah untuk pencapaian bobot badan yang sesuai dengan target berdasarkan umur, dan tingkat keseragaman mampu mencapai 80%. Pada periode grower sistem produksi ayam mulai tumbuh dan sistem hormon reproduksi mulai berkembang dengan baik, berkaitan dengan berkembangnya sistem reproduksi ada faktor yang harus diperhatikan, yaitu faktor ransum dan cahaya, karena kegagalan dalam memperhatikan keduanya akan berakibat fatal terhadap produksi dimasa bertelur kelak (Siregar dan Sabrani,1986). 2.2. Pembibitan Ayam Ternak unggas merupakan suatu jenis ternak yang mampu menghasilkan sumber protein hewani untuk masyarakat salah satunya adalah ayam. Hasil dari ternak ayam adalah daging dan telur yang mempunyai nilai permintaan tinggi dilingkungan masyarakat seiring dengan bertambahnya populasi manusia.

6 Perkembangan peternakan unggas terutama didaerah yang mendekati perkotaan merupakan peluang pasar yang baik bagi perusahaan pembibitan. Pembibitan ayam adalah kegiatan untuk menghasilkan bibit ayam yang memiliki kualitas unggul. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha peternakan untuk menghasilkan bibit ayam yang akan dipelihara oleh peternak. Oleh karena itu, induk unggas untuk menghasilkan bibit ayam broiler secara genetik pertumbuhan cepat, tetapi sedikit memproduksi telur. Penekanan seleksi yang utama terhadap broiler adalah pertumbuhan dan produksi daging, sehingga induk mereka secara genetik diseleksi untuk pertumbuhan bukan untuk memproduksi telur (Mulyantini, 2010). Saat ini telah banyak perusahaan pembibitan Grand Parent Stock (GPS) maupun PS Parent Stock (PS) yang baik sehingga menghasilkan produk DOC yang berkualitas (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Perusahaan pembibitan yang baik selain harus memiliki modal yang besar juga harus tersedia tenaga ahli (terdidik) untuk melakukan budidaya dan manajemen usaha. 2.3. Perkandangan Kandang merupakan suatu tempat ternak untuk berteduh, melangsungkan kehidupanya dan sebagai tempat untuk berlindung dari ketidanyamanan atau ancaman. Sistem kandang unggas ada tiga yaitu ekstensif, semiintensif, dan intensif. Sistem kandang yang tepat untuk ayam petelur adalah sistem intensif, karena ayam dipelihara didalam kandang dengan kebutuhan sudah dipenuhi oleh peternak sehingga ayam tidak terlalu bergerak atau aktivitas yang nantinya energi

7 digunakan untuk pertumbuhan atau produksi telur (Supridjatna et al., 2008). Pada periode starter, perlu disediakan ruang yang cukup. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam dan dapat mempengaruhi mortalitas apabila selama periode starter kebutuhan ruang tidak sesuai dengan kondisi ayam, sebab tingkat mortalitas selama periode starter lebih tinggi daripada periode grower. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkandangan ternak antara lain; sumber air, ketinggian tempat, tipe tanah, serta kelembapan lokasi peternakan. Kelembapan ideal untuk ayam sekitar 50-70% (Johari, 2005). 2.3.1. Ventilasi kandang Ventilasi kandang ialah peredaran uadara keluar-masuk ruangan kandang sepanjang siang dan malam (Siregar dan Sabrani, 1971). Ventilasi dalam kandang berfungsi untuk menurunkan suhu didalam kandang. Fungsi lain ventilasi yaitu untuk mengatur pergerakan udara dalam kandang, sehingga menurunkan kelembapan dan kadar amonia didalam kandang, yang pada akhirnya membuat udara di dalam kandang menjadi segar. Uap amonia yang berasal dari kotoran ayam dapat mengganggu pernafasan ayam serta menyebabkan kerusakan pada mata ayam. Ambang batas kadar amonia yang dianggap aman dalam kandang unggas adalah <20 ppm (Mulyantini, 2010). 2.3.2. Pencahayaan Pencahayaan memiliki arti penting dalam pemeliharaan ayam, saat DOC cahaya yang diperlukan sangat banyak karena memacu pertumbuhan ayam yang sangat cepat. Sumber pencahayaan dapat diperoleh dari sinar matahari maupun

8 cahaya lampu. Pencahayaan dengan sinar matahari memiliki fungsi untuk membantu proses pembentukan telur, membunuh mikroorganisme, dan membantu pembentukan vitamin D. Ayam membutuhkan sekitar 16-17 jam pencahayaan agar telur dapat terbentuk secara normal, pencahayaan dapat dengan bantuan sinar matahari atau lampu pijar (Abidin, 2003). Pencahayaan diperlukan untuk memudahkan ayam mengenali pakan yang akan dikonsumsi, ayam dengan bobot badan di bawah rata-rata diberikan pencahayaan yang lebih agar konsumsi pakan bertambah dan bobot badan tercapai serta dapat merangsang produksi telur (Rahmadi, 2009). 2.4. Pemberian Pakan dan Minum Pertumbuhan ternak dipengaruhi beberapa manajemen pemeliharaan, salah satunya adalah pemberian pakan. Bila makanan yang diberikan baik (kualitas maupaun kuantitasnya) maka hasilnya juga baik (Rasyaf, 1989). Tetapi bila sebaliknya, maka hasilnya juga buruk. Pada fase starter, anak ayam harus belajar makan dan minum dengan cepat, agar tidak terjadi dehidrasi serta ayam menjadi kurus yang mampu menyebabkan kerugian. Ayam yang kurus tidak mampu belajar makan dan minum dengan cepat. Pakan pada fase grower bertujuan untuk pembentukan frime size yaitu pembentukan rongga dada ayam yang akan berpengaruh pada produksi telur ayam betina. Kebutuhan energi dalam pakan akan mempengaruhi produksi telur apabila taraf energy pakan kurang dari 2600 kkal/kg (Suprijatna et al. 2008). Air merupakan zat yang paling penting untuk dikonsumsi ternak. Air minum yang diberikan ada ayam harus memiliki

9 kelayakan seperti ph maksimum 8, jernih, dan hanya mengandung kuman sedikit (Sudaryani dan santosa, 2000). 2.5. Pencegahan Penyakit Pencegahan penyakit merupakan salah satu tindakan untuk mendapatkan produktivitas ternak yang maksimal, dan melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Program pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan pelaksanaan vaksinasi pada ternak serta sanitasi dan biosecurity baik pada pengunjung maupun pada ternaknya. 2.5.1. Vaksinasi Vaksinasi adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah ternak agar terhindar dari berbagai penyakit. Cara vaksinasi yaitu dengan cara wing web (menggunakan jarum mata dua yang ditusukkan pada kulit di bawah sayap), dengan menggoreskan vaksin pada kulit paha, dengan mencabut beberapa bulu paha kemudian vaksin dioleskan pada bekas cabutan bulu tersebut (Suprijatna et al., 2005). Vaksinasi sebaiknya dilakukan dengan vaksin aktif dimulai pada umur 1-2 minggu karena kondisi anak ayam (DOC) memiliki tingkat antibodi yang rendah atau tidak konsisten. Aplikasi vaksinasi anak ayam dengan cara tetes mata atau tetes hidung, dan pemberiannya melalui injeksi bila vaksin yang digunakan inaktif (Attikasari, 2009). Hasil vaksinasi yang protektif terhadap suatu virus harus diterapkan dengan metode vaksinasi yang tepat. Indikasi vaksinasi yang baik dievaluasi berdasarkan kemampuan vaksin merangsang pembentukan antibodi. Frekuensi vaksinasi dilakukan dua sampai tiga kali booster dalam

10 interval waktu 4-8 minggu sebelum masa ayam bertelur (Darmawi dan Hambal, 2011). 2.5.2. Sanitasi dan biosecurity Tindakan sanitasi adalah tindakan pembersihan dan pencucihamaan (dicuci/ dibersihkan dengan menggunakan obat pencuci hama, seperti karbol, lisol, dan lainnya) dan dilakukan pembersihan secara teratur pada kandang dan perlengkapan kandang (Zumrotun dan Tiswo, 2005). Program sanitasi yang dilaksanakan antara lain: Menjaga kebersihan lingkungan kandang dan farm serta Rodentia Control (Kontrol Tikus) dengan cara pemberian racun tikus. Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit hewan ke induk semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau tidak disalahgunakan (Permentan, 2014). Menurut rekomendasi FAO, biosecurity meliputi kebijakan perusahaan dalam memanajemen terhadap resiko biologis secara komperehensif untuk mencegah penyebaran penyakit ke dalam suatu peternakan. 2.6. Kontrol Bobot Badan dan Keseragaman (Uniformity) Kontrol bobot badan ayam dapat dilakukan dengan cara penimbangan serta kontrol pemberian jumlah pakan. Keberhasilan dalam memproduksi telur yang maksimum, bobot tubuh dari betina bibit harus dikontrol selama periode produksi. Penimbangan dilakukan setiap minggu secara acak dengan jumlah kurang dari 10% dari populasi ayam. Pengontrolan kecepatan pertumbuhan untuk

11 mencapai dewasa kelamin dengan tubuh yang baik tanpa kelebihan lemak tubuh dapat menolong hal-hal sebagai berikut: keseragaman bobot tubuh, penundaaan dewasa kelamin, produksi telur tetas meningkat dan telur lebih besar, mengurangi mortalitas, mengurangi biaya pakan selama pertumbuhan, dan meningkatkan fertilitas serta daya tetas (Mulyatini,2010) 2.7. Seleksi dan Culling Seleksi dilakukan dengan memperhatikan anak ayam yang mempunyai masalah seperti abnormal, pusar tertutup sebagian, jari kaki bengkok, terlalu basah, kaki bengkok dan lain-lain (Mulyantini,2010). Ayam yang terseleksi kemudian akan di culling karena nantinya akan mempengaruhi produktivitas ayam, ayam yang di culling kemudian disembelih dan diibakar. Culling merupakan suatu tindakan untuk menyisihkan ayam yang memiliki performa buruk tanpa harus ada perlakuan khusus pada ayam jantan maupun betina. untuk mempertahankan produksi yang optimal, ayam-ayam petelur yang sudah tidak produktif lagi yang umumnya sudah tua harus dikeluarkan/ culling (Mulyantini,2010). 2.8. Tolok Ukur Keberhasilan Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh manajemen pemeliharaan yang diterapkan. Manajemen pemeliharaan yang baik akan mempengaruhi produktivitas ternak, sehingga bobot badan sesuai dengan standart yang telah ditentukan, keseragaman tercapai, serta deplesi ayam rendah. Pertambahan bobot badan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sehingga

12 mendapatkan pertambahan pertambahan bobot badan harian, bobot tersebut kemudian dibagi tujuh (Rasyaf, 2009). Keseragaman yang baik adalah 80%, apabila tingkat keseragaman yang dihasilkan rendah maka dapat dipastikan puncak produksi ayam akan sulit tercapai (Nugroho et al., 2012). Deplesi ayam dapat dilihat pada mortalitas dan ayam yang di culling. Tingkat mortalitas ayam yang tinggi biasanya terjadi pada saat periode starter, hal ini dikarenakan kemampuan adaptasi anak ayam kurang baik (Darmana dan Situnggang, 2002).