BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

PENGARUH MINUMAN BERALKOHOL TERHADAP JUMLAH LAPISAN SEL SPERMATOGENIK DAN BERAT VESIKULA SEMINALIS MENCIT

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

PENGARUH PEMBERIAN CAP TIKUS TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus)


BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

HORMON REPRODUKSI JANTAN

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Alkohol terutama dalam bentuk ethyl alcohol (etanol), telah mengambil tempat

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mana asam glutamat-d hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DAN E TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAJANKAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus diabetes mellitus yang terjadi di Indonesia semakin mengkhawatirkan,

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

Terapi Testosteron Meningkatkan Jumlah Sel Leydig dan Spermatogenesis Mencit (Mus Musculus) yang Mengalami Hiperlipidemia

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai Endocrine Disrupts Chemical (EDC) atau dalam bahasa awamnya disebut

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Panjaitan, 2003). Penelitian yang dilakukan (Foa et al., 2006) menyebutkan bahwa etanol berpengaruh pada beberapa metabolisme organ dan jaringan tubuh, termasuk organ reproduksi pria berupa keterlambatan pubertas, atrofi testis, disfungsi ereksi, ginekomastia, gangguan proses spermatogenesis hingga infertilitas. Selanjutnya konsumsi alkohol pada pria dapat menyebabkan disfungsi ereksi, infertilitas, dan yang tak kalah pentingnya bersifat mengurangi ciri-ciri seksual sekunder pria. Alkohol dapat merusak sel Leydig di dalam testis, dan produksi sekresi hormon testosteron dan terjadinya feminisasi (Emanuele, 1998; Panjaitan, 2003). Konsumsi alkohol adalah faktor yang sangat berperan penyebab kesehatan masyarakat pemakainya tersebar luas dan meningkat di banyak negara. Pemberian alkohol pada hewan percobaan diketahui dapat menurunkan konsentrasi hormon steroid, menghambat ovulasi dan mengganggu transportasi sel sperma sampai ke tuba falopi. Pemberian alkohol pada tikus dan monyet menurunkan berat ovarium dan menyebabkan amenorhoe (Jensen et al., 1998). Rees (1993) melaporkan bahwa pemberian etanol dengan dosis 5-6% pada tikus menyebabkan penekanan pada kadar testosteron dalam darah dan penyusutan testis (atrofi testis) (Emanuelle, 1998). Konsumsi alkohol dalam waktu lama mempengaruhi disfungsi ereksi, menurunkan libido, dan ginekomastia. Penelitian lain menyatakan bahwa konsumsi alkohol akut berlebihan dapat berefek

merugikan fertilitas pria dan menyebabkan berkurangnya konsentrasi serum testosteron. (Fabio et al., 2004). Penelitian pada tikus jantan yang diberi alkohol 10% secara oral sebanyak 1 ml/hari selama 60 hari menyebabkan penurunan proses pembentukan spermatozoa sekitar 24% dari yang normal (Ilyas, 2004). Penelitian Nugroho (2007) menyatakan pemberian minuman beralkohol dengan kadar 40% selama 30 hari dengan dosis 0,1 ml/hari/ekor, 0,2 ml/hari/ekor, 0,3 ml/hari/ekor dapat menyebabkan penurunan jumlah lapisan sel spermatogenik dan penurunan berat vesikula seminalis pada mencit. Hal ini diperkuat oleh (Foa et al., 2006) yang melaporkan bahwa penelitiannya pada tikus putih jantan dengan umur 40-60 hari (umur dewasa) sebanyak 35 ekor yang diberikan etanol peroral dengan dosis 10%, 1g/kgBB/hr, 10%, 3g/kg/BB/hr, 30%, 1g/kgBB/hr, 30%, 3g/kgBB/hr selama 45 hari menunjukkan bahwa etanol dapat menurunkan jumlah sel spermatosit primer, sel spermatogonium dan sel Leydig. Secara umum tuak dikenal oleh masyarakat di Indonesia adalah jenis minuman yang disebut arak. Bagi masyarakat Batak Toba tuak merupakan minuman sehari-hari (Ikegami, 1997). Tuak merupakan minuman beralkohol yang bahan dasarnya nira aren (Arenga pinnata) mengandung alkohol dengan kadar 4% (Sunanto, 1993). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.151/A/SK/V/81 bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras mengandung alkohol >1%. Pengolahan nira aren menjadi etanol sudah umum dilakukan petani aren, antara lain di daerah Minahasa Sulawesi Utara, dengan cara menampung nira hasil sadapan dalam tangki selama 2-3 hari tanpa menggunakan stater atau ragi, nira hasil fermentasi kemudian disuling dengan alat penyulingan sederhana, akan menghasilkan bioetanol berkadar 25-35% etanol (Lay et al.,

2004). Pemberian tuak dengan dosis 0,21 ml/ekor/hari/mencit jantan dengan lama pemberian 60 hari cenderung lebih menekan jumlah anak mencit dibandingkan dengan dosis air tuak 0,05 ml/ekor/hari/mencit jantan, 0,09 ml/ekor/hari/mencit jantan, 0,13 ml//ekor/hari/mencit jantan, 0,17 ml/ekor/hari/ mencit jantan (Ilyas, 2004). Vitamin E merupakan antioksidan pemecah rantai utama dan terdapat pada cairan ekstrasel. Vitamin E dapat menetralisir hidroksil, superoksida, dan radikal hidrogen peroksida dan mencegah aglutinasi sperma (Agarwal et al., 2005). Pemberian vitamin E dosis 4,4 IU/kg tidak menimbulkan efek pada sel Sertoli dan jumlah sperma, tetapi jika pemberian vitamin E ditingkatkan menjadi 220 IU/kg dapat menurunkan konsentrasi prostaglandin pada prostat dan kematangan vesikel seminal gland pada babi hutan (Guzman, 2000). Pemberian vitamin E dengan dosis 100 mg/kg/hari tidak hanya kompensasi efek toksik pada para-nonylphenol (p-np) dalam berat testis, jumlah sperma, motilitas sperma, dan produksi estrogen, tetapi juga meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan sperma tikus (Momeni et al., 2009) Berdasarkan yang sudah dipaparkan di atas terlihat akan pengaruh pemberian alkohol terhadap penurunan jumlah sel Leydig, testis dan produksi sekresi hormon testosteron, sedangkan vitamin E dapat menetralisir hidroksil, superoksida, dan radikal hidrogen peroksida dan mencegah aglutinasi sperma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap gambaran histologis testis, jumlah sel Leydig dan jumlah sel sperma pada mencit yang di papari tuak.

1.2 Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh pemberian vitamin E terhadap gambaran histologis testis, jumlah sel Leydig dan jumlah sperma pada mencit yang dipapari tuak. 1.3 Kerangka Teori Alkohol dapat merusak sel Leydig sehingga menurunkan kadar testosteron intratestikular. Testosteron berfungsi dalam proses pematangan sperma pada spermatogenesis, selain itu alkohol dapat juga menurunkan Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH) (Emanuele dan Nicholas, 1998). LH berfungsi menstimulasi sel Leydig untuk menghasilkan testosteron sedangkan FSH dapat mempengaruhi sel Sertoli untuk membentuk androgen binding protein (ABP) yang berfungsi untuk mengikat testosteron intratestikular yang dihasilkan sel Leydig (Foa et al., 2006).

Tuak (alkohol 20%) secara oral radikal bebas (stres oksidatif) Peroksidasi lipid radikal bebas (stres oksidatif) Peroksidasi lipid Vitamin E 0,25mg/hari/ekor Secara oral Hipotalamus Hipotalamus Hipofisis Hipofisis FSH LH FSH LH Sel Sertoli Sel Leydig Sel Sertoli Sel Leydig ABP Testosteron ABP Testosteron Jumlah sperma Histologis testis Jumlah sel Leydig Jumlah Sperma Histologis Testis Jumlah sel Leydig Gambar 1: Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Gambaran Histologis Testis, Jumlah Sel Leydig dan Jumlah Sel Spermatozoa Pada Mencit yang Dipapari Tuak.

6 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap gambaran histologis testis, jumlah sel Leydig dan jumlah sperma pada testis mencit yang dipapari tuak. 1.4.2 Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap gambaran histologis testis mencit yang dipapari tuak. b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap jumlah sel Leydig pada testis mencit yang dipapari tuak. c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap jumlah sel sperma pada testis mencit yang dipapari tuak. 1.5 Hipotesis Ha:a.Pemberian vitamin E mempunyai pengaruh terhadap jumlah sperma pada testis mencit yang dipapari tuak. b.pemberian vitamin E mempunyai pengaruh terhadap gambaran histologis testis mencit yang di papari tuak. c.pemberian vitamin E mempunyai pengaruh terhadap jumlah sel Leydig pada testis mencit yang di papari tuak. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat khususnya bidang kesehatan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.