BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SHELLA APRISA ARIMURTI A

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan. Matematika sebagai ilmu dasar, sekarang

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Komunikasi Matematis, Pembelajaran Matematika. Realistik, Pembelajaran Ekspositori, dan Sikap.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING KELAS VIII SMP

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

PERAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran (Jihad dan Haris, 2010: 15). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan belajar adalah tahap pencapaian aktual yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, penghargaan (Supardi, 2015: 2). Menurut Djamarah, untuk mengetahui indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari daya serap siswa dan perilaku yang tampak pada siswa (Supardi, 2015: 5). Berdasarkan urauan diatas, hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan siswa dapat memahami dan menguasai materi matematika yang disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran. 2. Komunikasi Matematik Menurut Ambarjaya (2012: 110-111) beberapa definisi komunikasi yaitu sebagai berikut. 6

7 a. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi. b. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan. c. Komunikasi adalah sebagai peindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain. d. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain. e. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari satu orang ke orang lain tentang pikiran atau perasaan sebagai proses sosial. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi matematik. Jadi, komunikasi matematik adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan atau informasi baik secara lisan dan tulisan dengan menggunakan simbol-simbol maupun notasi matematika. Menurut NCTM (2000) indikator komunikasi matematik dapat dilihat dari: a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual b. Kemampuan memahami, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ideide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi Menurut Sumarmo (Syaban, 2009) dalam Astuti dan Leonard (2012), indikator komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa:

8 a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi metamatik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika e. Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Berdasarkan uraian diatas, komunikasi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan atau informasi matematik secara tulisan dengan menggunakan simbolsimbol maupun notasi matematika. Indikator-indikator komunikasi matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dapat menyatakan ide dan situasi matematik secara tulisan, dan menggambarkan dalam bentuk visual b. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika c. Dapat memahami dan menilai ide matematik yang disajikan dalam bentuk tulisan atau visual d. Dapat menggunakan bahasa, notasi dan struktur matematik untuk menyajikan ide, merumuskan definisi dan menjelaskan tentang matematika yang telah dipelajari Indikator-indikator tersebut digunakan untuk penyusunan instrumen angket komunikasi matematik. 3. Persepsi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Menurut Marliani (2010: 187) menyatakan bahwa persepsi adalah cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspons melalui pancaindra, daya ingat, dan daya ingat.

9 Gibson dan Donely (1994: 53) dalam Marliani (2010: 189) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Manurut Walgito (2010: 99) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga bisa disebut proses sensoris. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah cara pandang terhadap suatu obyek di lingkungan oleh seorang individu melalui proses penginderaan. Dalam penelitian ini obyek yang dimaksud adalah mata pelajaran matematika. Menurut Alex Sobur (2003: 447), terdapat tiga komponen dalam proses persepsi yaitu: a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhama. c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingakah laku sebagai reaksi Menurut Walgito (1997: 54-55), persepsi memiliki indikator-indikator sebagai berikut. a. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu. Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Rangsang yang diterima oleh panca indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan

10 mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama. b. Pengertian atau pemahaman Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman sebagai akibat dari stimulus atau rangsang yang diterima. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran - gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi). c. Penilaian atau evaluasi Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh melalui alat indera atau reseptor dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda -beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual dimana siswa yang satu dapat menilai mata pelajaran matematika sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan sedangkan siswa yang lain dapat menilai mata pelajaran matematika sebagai sesuatu yang menyenangkan. Persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran atau cara pandang siswa terhadap mata pelajaran matematika. Indikator-indikator persepsi siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penyerapan terhadap obyek dari luar individu

11 Obyek yang dimaksud adalah mata pelajaran matematika. Obyek diserap atau diterima oleh panca indera yang menghasilkan gambaran atau cara pandang individu terhadap obyek tersebut. b. Pengertian atau pemahaman Pengertian atau pemahaman terbentuk setelah proses penyerapan, dimana pengertian atau pemahaman tersebut tergantung pada gambaran atau cara pandang yang dihasilkan oleh proses penyerapan. Pengertian atau pemahaman bersifat subjektif, berbeda-beda bagi setiap individu. Pengertian atau pemahaman yang dimaksud adalah pengertian atau pemahaman tentang mata pelajaran matematika. c. Penilaian atau evaluasi Penilaian atau evaluasi terjadi setelah terbentuknya pengertian dan pemahaman. Penilaian individu terhadap mata pelajaran matematika berbeda-beda. Oleh karena itu, penilaian atau evaluasi bersifat subjektif. Indikator-indikator tersebut selanjutnya digunakan untuk penyusunan instrumen angket persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika. 4. Fasilitas Belajar Menurut Nurdin (2011) fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat menunjang kelancaran proses belajar siswa dirumah yang dapat menunjang kelancaran belajarnya. Segala sesuatu yang dimaksudkan yaitu berupa barang-barang dan perlengkapan misalnya buku bacaan, alat tulis menulis, tempat dan ruang belajar yang baik, waktu belajar serta media penunjang lainnya. Menurut (Djamarah: 2011: 185) sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Anak didik dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang menunjang proses dan kegiatan belajar siswa.

12 Fasilitas berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut Sanaky (2009: 18-21) alat-alat atau sarana pendidikan dibagi menjadi dua, a. Prasarana pendidikan, yakni sesuatu yang ada sebelum adanya sarana, seperti bangunan sekolah, tanah dan gedung, meja, kursi, lemari, dan alat-alat kantor usaha. b. Sarana pendidikan, yakni alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti alat-alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran apabila ditinjau dari sudut fungsinya atau peranannya dalam proses pembelajaran. 1) Alat Pelajaran Alat atau benda yang digunakan secara langsung oleh pengajar maupun pembelajar dalam proses pembelajaran. Alat-alat yang dikategorikan sebagai alat pelajaran adalah sebagai berikut. a) Buku-buku di perpustakaan, buku pegangan pengajar maupun pembelajar, dan buku pelajaran b) Alat peraga, digunakan pengajar pada saat mengajar c) Alat praktik, di laboratorium, bengkel kerja, dan lain-lain d) Alat tulis menulis, papan tulis, pensil, penghapus, dan lain-lain 2) Alat Peraga Alat-alat yang digunakan mengajar untuk memperagakan atau memperjelas materi pelajaran atau alat bantu pendidikan dan pengajaran yang berupa perbuatan-perbuatan dan benda-benda yang memudahkan memberi pengertian kepada pembelajar dari perbuatan yang abstrak sampai kepada yang sangat konkret. 3) Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menampilkan atau menyampaikan pelajaran. Fasilitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu fasilitas belajar matematika berupa sarana pendidikan sebagai berikut:

13 a. Alat pelajaran matematika yang meliputi buku-buku pelajaran matematika baik buku paket, buku pendamping maupun LKS, dan alat tulis menulis yang digunakan pada saat proses belajar. b. Alat peraga matematik yang digunakan pada saat proses pembelajaran c. Media pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran Uraian tersebut selanjutnya digunakan untuk penyusunan angket fasilitas belajar. B. Penelitian Terdahulu Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya komunikasi matematik, persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika, dan fasilitas belajar. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian terdahulu, dimana para peneliti menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan Astuti dan Leoard (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan komunikasi matematika dengan prestasi belajar matematika siswa. Semakin tinggi kemampuan komunikasi matematika siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar matematika. Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan Lomibao, Luna, dan Namoco (2016) dalam jurnalnya yang berjudul The Influence of Mathematical Communication on Students Mathematics Performance and Anxiety menyimpulkan bahwa komunikasi matematika di kelas merupakan metode pengajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi dan pemahaman konseptual, dan mengurangi kecemasan matematika. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan penggunaan komunikasi matematika sebagai strategi mengajar. Hal tersebut juga didukung oleh Wahid Umar (2012) dalam jurnalnya yang memberikan gambaran bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu jantung dalam pembelajaran, sehingga perlu menumbuhkembangkan dalam aktivitas pembelajaran matematika.

14 Hasil penelitian yang dilakukan Koza Ciftci (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Effects of Secondary School Students Perception of Mathematics Education Quality on Mathematics Anxiety and Achievement menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang kualitas pendidikan matematika mempengaruhi prestasi dan tingkat kecemasan mereka terhadap matematika. Selaim itu, hasil penelitian yang dilakukan Syamarro, Saluky dan Winarso (2015) menunjukkan bahwa tingkat motivasi dan persepsi siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Hasil penelitian Bangun (2008) menyatakan bahwa fasilitas belajar di rumah sangat menentukan hasil belajar siswa, karena fasilitas belajar mempunyai fungsi sebagai pendukung proses belajar dan juga sebagai salah satu sarana terlaksananya belajar secara efektif dan efisien dan apabila fasilitas tersebut kurang lengkap akan dapat membawa akibat yang negatif misalnya murid tidak bisa belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya bisa menjadi rendah. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Nurdin (2011) dalam jurnalnya yang menyatakan bahwa jika semakin lengkap fasilitas belajar yang bisa dimanfaatkan dan dimiliki oleh siswa, maka dorongan dalam diri siswa untuk belajar akan lebih besar, dan siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan usaha yang dilakukan akan lebih optimal, dengan demikian diharapkan prestasi belajar akan meningkat. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan. Oleh karena itu, penulis meneliti tentang kontribusi komunikasi matematik, persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika, dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika. C. Kerangka Berpikir 1. Hubungan komunikasi matematik dengan hasil belajar matematika Komunikasi matematik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Komunikasi matematik yang baik membantu siswa dalam menyampaikan informasi yang diterima selama proses pembelajaran.

15 Adanya komunikasi matematik menunjukkan bahwa siswa memiliki respon baik terhadap matematika yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. 2. Hubungan persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika dengan hasil belajar matematika Persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Siswa yang memiliki persepsi positif lebih memiliki motivasi untuk belajar matematika. Sebaliknya, siswa dengan persepsi negatif tidak akan tertarik dengan pelajaran matematika karena siswa menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajara yang sulit. Semakin baik persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika, maka semakin baik pula hasil belajarnya. 3. Hubungan fasilitas belajar dengan hasil belajar matematika Keberadaan fasilitas belajar sebagai penunjang belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Fasilitas memberikan kemudahan dan kelancaran dalam belajar. Keberadaan serta kondisi dari fasilitas belajar yang baik akan menunjang proses serta hasil belajar siswa. Sebaliknya, bila fasilitas belajar kurang memadai maka akan mengurangi efisiensi hasil belajar matematika siswa. Proses pembelajaran akan lancar jika didukung fasilitas belajar yang lengkap sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, penelitian ini dapat dibuat skema sebagai berikut. X 1 X 2 R Y X 3 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

16 Keterangan: X 1 = Komunikasi matematik X 2 = Persepsi siswa pada mata pelajaran matematika X 3 = Fasilitas belajar Y = Hasil belajar matematika D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan permasalahan, hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Ada kontribusi antara komunikasi matematik, persepsi siswa pada mata pelajaran matematika, dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika 2. Ada kontribusi komunikasi matematik terhadap hasil belajar matematika 3. Ada kontribusi persepsi siswa pada mata pelajaran matematika terhadap hasil belajar matematika 4. Ada kontribusi fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika