BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

PENGETAHUAN SISWA TENTANG MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA GEMPABUMI SMK MUHAMMADIYAH 01 WEDI KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI. GunaMencapai Derajat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan baik oleh faktor alam dan/ faktor non-alam maupun faktor

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

PENGETAHUAN MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA GEMPABUMI. SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 WEDI di KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Klaten merupakan Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB II KAJIAN MENGENAI INFORMASI DAN ANTISIPASI BENCANA GEMPA BUMI

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan bagian dariprovinsi Jawa Tengah, yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

ZONASI GEMPA INDONESIA BERDASARKAN FUNGSI FUNGSI ATENUASI TERBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 2 DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan suatu penghidupan manusia, namun disisi lain. Alam dapat

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan masa depan seseorang, dengan pendidikan seseorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian Utara, lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, dan lempeng Samudra Pasifik di bagian Timur. Penunjaman (subdaksi) lempeng Indo- Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang bergerak ke Selatan mengakibatkan jalur gempabumi dan rangkaian gunung api aktif sepanjang Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng (Pribadi,. Kertapati, Kusumastuti, Latief, Grandis,Sadisun,Soekarnen, Ajiwibowo, Dwi, Juliawati, Mulyasari, Ekawati,Novianto. 2008). GempaBumi sesungguhnya bermacam-macam tergantung dari penyebabnya, misalnya gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke

2 permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pengunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam (penahan air) dikarenakan fluktuasi air dam (penahan air) dan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Sedangkan gempa tektonik yang disebabkan oleh tabrakan / tumbukan antar lempeng. Skala gempa tektonik jauh lebih besar di bandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga dampaknya lebih besar terhadap bangunan (Ella dan Usman, 2008). Bencana tidak dapat dihindari, akan tetapi dapat dikurangi dampak negatif atau risiko bencananya. Pengurangan risiko terhadap bencana yang dihadapi perlu dilakukan dengan cara mengelola risiko bencana. Konsep pengelolaan bencana telah mengalami pergeseran paradigm dari pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik (menyeluruh). Pandangan yang berkembang selanjutnya adalah paradigma mitigasi, yang tujuannya lebih diarahkan pada identifikasi daerah-daerah yang rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan, serta melakukan tindakan-tindakan mitigasi, baik yang bersifat struktural dan maupun non-struktural (Pribadi dkk, 2008). Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya, peringatan dan persiapan. a. Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang karakteristik

3 sumber bencana, probabilitas kejadian bencana, serta data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta Potensi Bencana yang sangat penting untuk merancang kedua unsur mitigasi lainnya; b. Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam (seperti bahaya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan gunung berapi, dsb). Sistem peringatan didasarkan pada data bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang maupun masyarakat. Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat dilakukan secara cepat, tepat dan dipercaya. c. Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana (mitigasi non struktur), serta

4 usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur). Mitigasi non-struktural adalah serangkaian tindakan yang bersifat non-fisik yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya gempabumi. Kerusakan non-struktural yang diakibatkan gempabumi dapat mengakibatkan luka, kematian, maupun kerugian material. Dengan melakukan tindakan mitigasi non-struktural yang sederhana, dapat mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya gempabumi. Kita dapat melakukannya di rumah, di sekolah, maupun di tempat kerja (Pribadi dkk, 2008). Gempa yang terjadi di Yoyakarta 27 Mei 2006, hari Sabtu Wage pagi hari dengan kekuatan 5,9 skala Richter merupakan bencana alam terhebat yang terjadi di Pulau Jawa di abad 20 ini. Gempa tersebut menimbulkan korban tewas berjumlah 5.401 orang, dan luka-luka 26.699 orang, kebanyakan dari korban terkonsentrasi di Kabupaten Bantul. Di Jawa tengah korban tewas berjumlah 1.324 orang, luka-luka 18.502 orang kebanyakan terjadi di Kabupaten Klaten wilayah yang terkena gempa yaitu Kecamatan Prambanan, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Jogonalan, Kecamatan Wedi, Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Juwiring, dan Kecamatan Pedan. Rumah yang rusak total di kedua propinsi tersebut akibat gempa berjumlah 145.929 unit, rusak sedang 190.843, dan rusak ringan 273.779 unit (Pitoyo, 2007).

5 Klaten merupakan Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jogjakarta dan berada pada jalur patahan sehingga rawan sekali dengan ancaman gempabumi. Dampak di Kabupatan Klaten yang diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di Jogjakarata pada tanggal 27 Mei 2006 antara lain korban meninggal 1.045 orang, luka-luka 18. 127 orang, mengungsi 713. 788, rumah rusak berat 32. 277, rumah rusak ringan 63. 615, fasilitas pendidikan 298, dan fasilitas kesehatan 111 (sumber //dibi.bnpb. go. Id /DesInventar /simple_results.jsp). Kecamatan Wedi merupakan salah satu Kecamatan yang terkena dampak dari gempabumi di Jogjakarta pada Tanggal 27 Mei 2006, dimana Kecamatan Wedi ini berada pada Klaten bagian selatan. Dampak di Kecamatan Wedi yang diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di Jogjakarta antara lain 319 orang meninggal dunia, 2.779 orang luka-luka, 7.207 rumah roboh, 3.182 rumah rusak berat, 1.227 rumah rusak ringan, 44 bangunan pemerintah rusak berat, dan 19 bangunan pemerintah rusak ringan. (sumber: Posko Dampak GempaBumi Kabupaten Klaten, Wartaterkini.com, 2006)

6 6 PETA DAMPAK HALAMAN 6

7 SMK Muhammadiyah 01 Wedi merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Klaten tepatnya bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jogjakarta, dimana sekolah tersebut terkena dampak langsung dari gempa bumi. Adapun dampak yang dirasakan di SMK Muhammadiyah 01 Wedi yang ditimbulkan dari gempabumi tersebut adalah rusaknya infrastruktur sarana dan prasarana yang meliputi ruang gururetak-retak, ruang kelas roboh, retak-retak. Hal itu maka menjadi penting untuk dilakukannya penelitian mengenai pengetahuan siswa dan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana gempa terutama pada saat terjadi bencana di sekolah. Kurangnya kegiatan sosialisasi siswa tentang mitigasi bencana gempabumi di SMK Muhammadiyah 01 Wedi dan belum terintegrasikannya materi mitigasi bencana kedalam kurikulum yang diterapkan di sekolah, sehingga siswa minim akan pengetahuan tentang mitigasi bencana terutama bencana gempabumi dimana siswa SMK Muhammdiyah 01 Wedi merupakan salah satu sekolah yang terkena dampak dari terjadinya bencana gempa bumi yang melanda di Jogjakarta. Dengan melakukan mitigasi non struktural yang sederhana peneliti berharap siswa dapat mengurangi dampak yang dapat di timbulkan akibat terjadinya bencana gempa bumi baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan agar siswa dapat mengurangi resiko yang akan menimpa siswa dan mengantisipasi agar tidak menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi pada saat terjadi goncangan gempa (Pribadi dkk, 2008 ).

8 Oleh karena itu penelitian ingin mencoba untuk mengetahui PENGETAHUAN SISWA TENTANG MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA GEMPA BUMI SMK MUHAMMADIYAH 01 WEDI KABUPATEN KLATEN.

9 B. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengetahuan siswa SMK Muhammadiyah 01 Wedi Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten terhadap bencana gempabumi? 2. Bagaimana pengetahuan siswa terkait dengan mitigasi non struktural dalam menghadapi bencana gempabumi yang dilakukan di oleh siswa SMK Muhammadiyah 01 Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengetahuan siswa SMK Muhammadiyah 01 Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten terkait dengan bencana gempa bumi. 2. Mengetahui pengetahuan siswa terkait mitigasi non struktural dalam menghadapi bencana gempa bumi yang dilakukan oleh siswa di SMK Muhammadiyah 01 Wedi Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan akan mitigasi non-struktural pada sekolah tempat dilaksanakannya

10 penelitian untuk menghadapi bencana gempa bumi yang terjadi guna dapat menekankan kerugian serta banyaknya korban jiwa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Masukan kepada sekolah sebagai lokasi penelitian, agar meningkatkan kesiapsiagaan dari ancaman bencana gempa bumi. b. Bagi Siswa Meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan dan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana gempa bumi dengan tujuan untuk mengurangi dampak yang akan menimbulkan kerugian dan korban jiwa. c. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan mitigasi yang sesuai untuk diterapkan disekolah. E. DAFTAR ISTILAH Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-undang nomor 24 tahun 2007).

11 Bencana alam adalah suatu gejala yang ditimbulkan oleh fenomena alam, bersifat mendadak meskipun juga transien, sehingga menimbulkan kerugian kepada manusia dan hasil usaha manusia (Imam Hardjono, 1997). GempaBumi adalah getaran atau goncangan yang terjadi dan dirasakan dipermukaan bumi yang berasal dari dalam struktur bumi. Pergeseran tersebut terjadi sebagai akibat adanya peristiwa pelepasan energy gelombang seisanik secara tiba-tiba yang diakibatkan atas adanya deformasi lempeng tektonik yang terjadi pada kerak bumi (Christanto, 2011). Mitigasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh terjadinya bencana gempa bumi. Tahap mitigasi memfokuskan pada tindakan jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana. Implementasi strategi mitigasi dapat dipandang sebagai bagian dari pemulihan jika tindakan mitigasi dilakukan setelah terjadinya bencana. Tindakan mitigasi terdiri dari mitigasi structural dan mitigasi non-struktural (Pribadi dkk, 2008). Mitigasi non-struktural adalah tindakan terkait kebijakan, pembangunan kepedulian, pengembangan pengetahuan, komitmen public serta pelaksanaan metoda dan operasional, termasuk mekanisme partisipatif dan penyebarluasan informasi, yang dilakukan untuk mengurangi risiko terkait dampak bencana. Mitigasi merupakan tindakan yang paling efisien untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh terjadinya bencana (Pribadi dkk, 2008).