PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen dalam pemilihan produk yang akan dikonsumsi. Label juga berperan sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat karena produsen dapat menambahkan suatu informasi yang bersifat edukasi sehingga memberi nilai tambah bagi produk itu sendiri. Pencantuman label sudah menjadi salah satu kewajiban bagi pelaku usaha yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana pelaku usaha diharuskan untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai produk yang diperdagangkannya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 97 menetapkan bahwa setiap produsen dalam negeri atau orang yang memasukkan produk pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam atau di kemasan produknya. Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012 pasal 97 ayat tiga mengatakan bahwa pencantuman label di dalam dan atau pada kemasan pangan harus sedikitnya memuat keterangan tentang nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat 0
pihak yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, tanggal bulan dan tahun kadaluarsa, nomor izin edar bagi pangan olahan, dan asal usul bahan pangan tertentu. Khusus untuk pangan olahan yang mengandung vitamin, mineral, atau zat gizi lain yang terkandung di dalam produk tersebut wajib mencantumkan label informasi gizi, selain itu produsen juga dapat menambah klaim tertentu pada produknya secara sukarela dengan syarat klaim tersebut benar, tidak menyesatkan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Produk peternakan berupa daging telur, dan susu dapat diolah menjadi pangan yang enak dan bergizi dibanding produk pertanian lainnya karena merupakan makanan sehat sekaligus pangan sumber protein hewani, protein hewani itu sendiri sangat dibutuhkan oleh tubuh. Produk olahan peternakan selain praktis dalam penyajian ternyata dapat juga meningkatkan selera makan bagi konsumen. Pangan olahan produk peternakan diproduksi oleh pelaku usaha kecil menengah (UKM) hingga pelaku usaha dalam skala besar, sedangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan badan regulasi milik pemerintah yang bertugas untuk mengatur peredaran produk makanan mulai dari perijinan hingga pengaturan format label pangan yang boleh beredar. Produk olahan peternakan akan menjadi lebih kredibel dan mempunyai daya saing tinggi apabila dilengkapi dengan label informasi produk yang jelas. Informasi label pangan dibutuhkan oleh konsumen 1
dalam menentukan produk yang akan dibeli, tetapi dalam kenyataan tidak semua konsumen menggunakan label pangan yang telah disediakan. Hasil penelitian BPOM tahun 2008 mengidentifikasi bahwa sebanyak 88,9% responden sudah memperhatikan label pangan, sedangkan untuk label pangan yang biasa diperhatikan konsumen adalah label halal sebanyak 36.5%, label waktu kadaluarsa sebanyak 34.9%, dan nama produk sebanyak 20.6%. Memperhatikan label saja tidak cukup untuk menjamin konsumen terhindar dari bahaya kesehatan yang ditimbulkan saat mengkonsumsi produk tersebut, karena apabila memperhatikan label saja tanpa paham dengan informasi label yang disajikan bisa jadi konsumen tertipu dengan label yang disajikan, sehingga penting untuk diketahui apakah konsumen paham dengan label pangan yang dibacanya. Pemanfaatan label sebagai salah satu sumber informasi produk tergantung dari tingkat kesadaran dan pemahaman konsumen terhadap informasi yang disampaikan. Membaca label pangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman konsumen terhadap informasi yang disampaikan pada sebuah produk, kebiasaan membaca tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor persepsi risiko, status kesehatan, dan ketersediaan waktu dalam berbelanja. Pembaca label pangan juga dapat dikelompokan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pemberian label bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat tentang setiap produk pangan yang beredar, 2
akan tetapi konsumen tidak selalu dapat memahami informasi dalam label pangan. Anggapan bahwa informasi yang tertera pada label pangan selalu benar serta ketidakmampuan konsumen dalam mengartikan informasi yang tersedia menyebabkan konsumen kurang mengembangkan pengetahuan tentang produk tersebut, pada akhirnya informasi pada label akan dipandang secara keliru, dimengerti sebagian, atau diabaikan sama sekali. Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM tahun 2013 menjelaskan bahwa konsumen kurang memperhatikan detail pada label pangan yang salah satunya label informasi gizi, karena pada label informasi gizi mempunyai informasi, istilah, dan angka yang kompleks dibanding label informasi lainnya. Penelitian tentang label pangan yang dilakukan oleh Edem et al. (2013) menjelaskan bahwa di Republik Ghana terdapat relevansi antara aktivitas membaca informasi label pangan dengan pemilihan produk makanan kemasan. Dalam penelitian tersebut terdapat perbedaan pola membaca informasi label pangan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, selain itu terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi pencarian informasi label pangan yaitu persepsi resiko, status kesehatan, dan ketersediaan waktu berbelanja. Penelitian dengan topik serupa juga dilakukan oleh Darkwa (2013) dan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa walaupun konsumen membaca informasi gizi yang tersedia pada label pangan akan tetapi belum tentu konsumen paham dengan informasi tersebut. Kedua penelitian tersebut dilakukan pada semua kategori produk 3
pangan olahan di Republik Ghana. Sejauh ini penelitian dengan topik serupa belum pernah secara khusus dilakukan pada produk olahan peternakan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menilai perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi profil pembaca label pangan olahan peternakan dan mengkaji informasi label pangan produk olahan peternakan yang dibaca konsumen, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan tingkat pemahaman konsumen terhadap informasi dalam label pangan. 4