LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI TIPE KELERENGAN DIBAWAH TEGAKAN EKALIPTUS DI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR AEK NAULI

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

Rate Infiltration Evaluation on Several Land Uses Using Infiltration Method of Horton at Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

INFILTRASI PADA HUTAN DI SUB DAS SUMANI BAGIAN HULU KAYU ARO KABUPATEN SOLOK

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

PANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

KEMANTAPAN AGREGAT ULTISOL PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DAN KEMIRINGAN LERENG

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI AIR OLEH TANAH DENGAN METODE SINGLE RING INFILTROMETER. ABSTRACT

AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012 ISSN MODEL LAJU ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH DENGAN PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI DI DAS KRUENG ACEH

PERBEDAAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH HUTAN DAN BUKAN HUTAN

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Konsep DAS. gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

PERUBAHAN SIFAT FISIKA ULTISOL AKIBAT KONVERSI HUTAN MENJADI LAHAN PERTANIAN

EROSI DAN SEDIMENTASI

TINJAUAN PUSTAKA. Daya jerap adalah kemampuan suatu tanah dalam menyimpan dan menahan air

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

TINJAUAN PUSTAKA. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan semua

ABSTRACT ABSTRAK. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang Oktober 2016 ISBN...

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

TINGKAT INFILTRASI PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DAS SEI WAMPU BAGIAN HILIR SKRIPSI YUSNIWATI SARAGIH ILMU TANAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Sistematika Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

SKRIPSI OLEH: MAHARDIKA PUTRA PURBA /BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

ANALISIS PENENTUAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH DENGAN VARIASI KEPADATAN

STUDI METODE INFILTRASI FALLING HEAD DAN CONSTANT HEAD PADA BEBERAPA VARIASI KETINGGIAN GENANGAN AIR AHMAD FADHLI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY

LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi. Siklus air adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada air

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TONGKOH KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. 0,009 0,008 0,0001 0,005 0,61 2,14 2. Air di Atmosfir 13,6 0, ,4 108,8 1,

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah lempung. Laju dan berapa jauh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

PENGARUH MODELING MACAM TANAMAN TERHADAP NILAI EROSI DI LAHAN PERTANIAN. Oleh : Pancadewi Sukaryorini 1) dan Moch. Arifin 1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

ANALISIS HUBUNGAN TUTUPAN TAJUK, CURAH HUJAN, DAN SIFAT TANAH DENGAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI NURUL HANIFAH

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 4 Th. 2015

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

KAJIAN TOTAL BIOMASSA RERUMPUTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TATA AIR TANAH DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA

I. PENDAHULUAN. Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Transkripsi:

LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI TIPE KELERENGAN DIBAWAH TEGAKAN EKALIPTUS DI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR AEK NAULI Deni Elfiati dan Delvian 1 ABSTACT The objective of this research is know rate of infiltration on several slope. The research was carried out on December 2008 to January 2009 at area of HPHTI PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Aek Nauli Sector. The research was use double ring infiltrometer to measure soil infiltration with three replication on each slope. The measurement was done in every five minute. The result of research show that the highest of infiltration rate and infiltration capacity was happened on slope 8-15%, ie 144 cm/hour and 24 cm/hour, while the lowest of infiltration rate and infiltration capacity was happened on slope 25-40%, ie 52 cm/hour and 16 cm/hour. Key Word: infiltration, land use, slope PENDAHULUAN Pengusahaan hutan tanaman industri adalah salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perekonomian karena banyak berhubungan dengan kehidupan manusia khususnya untuk menuju kesejahteraan. Pembukaan hutan tanaman industri sangat banyak memanfaatkan lahan-lahan yang kosong menjadi hutan tanaman industri sehingga lahan yang tidak produktif menjadi lebih produktif. Berdirinya hutan tanaman industri dapat menyerap banyak tenaga kerja yang dapat bekerja di hutan atau pun di pabrik pengolahan kayu dari hasil hutan tanaman industri tersebut, di samping sebagai penyedia bahan baku untuk industri pulp. Hutan tanaman industri juga merupakan penyangga dan penentu kondisi lingkungan di sekitarnya seperti iklim mikro, erosi tanah dan tata air. Adanya tutupan pohon berupa hutan monokultur dapat juga menjaga tata air dan pukulan air hujan ke permukaan tanah yang dapat mengakibatkan penutupan pori tanah (Asdak, 1995). Infiltrasi adalah proses aliran air masuk ke dalam tanah yang umumnya berasal dari curah hujan, sedangkan laju infiltrasi merupakan jumlah air yang masuk ke dalam tanah per satuan waktu. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi yang dapat mempengaruhi jumlah air yang terdapat dipermukaan tanah, dimana air yang terdapat dipermukaan tanah akan masuk ke dalam tanah kemudian mengalir ke sungai. Air yang dipermukaan tanah tidak semuanya mengalir ke dalam tanah, melainkan ada sebagian air yang tetap tinggal di lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah atau soil evaporation (Asdak,1995; Islami dan Wani, 1995). Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan banyaknya air ke dalam tanah. Besarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil berlangsungnya aliran permukaan tanah. Berkurangnya poripori tanah yang umumnya disebabkan oleh pemadatan/kompaksi tanah, menyebabkan menurunnya infiltrasi 1 Staf Pengajar Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU, deni1@usu.ac.id J.Hidrolitan, 1:2:29-34, 2010 ISSN 2086-4825 29

D. Elfiati dan Delvian: Laju Infiltrasi pada berbagai Tipe Kelerengan di bawah Tegakan Ekaliptus (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002 ; Suripin, 2004). Kapasitas infiltrasi rata-rata berkorelasi dengan sifat-sifat fisik tanah. Korelasi bersifat positif terhadap porositas tanah dan kandungan bahan organik, beberapa kapasitas infiltrasi khas untuk berbagai tekstur tanah. Pemadatan oleh hujan, hewan ataupun peralatan yang berat secara drastis dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air dengan tertutupnya poripori tanah. (Lee, 1990). Salah satu tanaman hutan industri adalah Ekaliptus, seperti di areal HPHTI PT Toba Pulp Lestari di Sektor Aek Nauli. Setiap jenis tanaman (tutupan vegetasi) akan menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap sifat-sifat tanah, termasuk infiltrasi tanah yang sangat dipengaruhi oleh pori tanah dan pori tanah sangat dipengaruhi pula oleh perakaran tanaman. Selain itu menurut Arsyad (1989), keadaan tanah yang mempunyai kelerengan curam laju air di permukaan lebih besar dibanding laju infiltrasi, sehingga besarnya aliran permukaan dapat membahayakan karena daya kikis dan daya angkutnya yang besar. Jika makin curam dan makin panjangnya lereng maka akan besar pula kecepatan aliran permukaan dan bahaya erosi. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya laju infiltrasi pada beberapa kelas kemiringan lapangan dibawah tegakan ekaliptus di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Aek Nauli. BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dibawah tegakan Ekaliptus umur 5 Tahun di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari sektor Aek Nauli dan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Januari 2009. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah abney level, pita ukur, Double Ring Infiltrometer, batang pengaduk, Erlemeyer, penggaris, Stop watch/arloji, jerigen, plastik, tally sheet, gelas ukur, timbangan, hydrometer dan air. Prosedur Penelitian Penentuan Petak Penentuan petak penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling pada berbagai kelas kelerengan yaitu : pada kelas kelerengan 8 15% (landai), 15 25% (sedang), dan 25 40% (curam), dengan ulangan sebanyak 3 kali pada setiap kelas kelerengan (Abdullah, 1993). Selanjutnya dipasang alat untuk mengukur infiltrasi (Double Ring Infiltrometer) pada setiap kelerengan tersebut. Kemudian diambil juga contoh tanah untuk dianalisis sifat-sifatnya yaitu tekstur tanah, kandungan bahan organik dan bulk density (kerapatan lindak) (IPB, 1997). Pengolahan Data Perhitungan infiltrasi dari hasil pengukuran pada 15 menit pertama, 15 menit kedua, 15 menit ketiga dan 15 menit keempat dikonversikan data penurunan air tersebut dalam satuan cm/jam dengan rumus sebagai berikut: Laju infiltrasi = ( H/t x 60) Dimana : H = Tinggi penurunan (cm) dalam selang waktu tertentu. T = Selang waktu yang dibutuhkan oleh air pada H untuk masuk ke tanah (menit) (Asdak, 1995) 30

J. Hidrolitan, 1:2:29-34, 2010 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi alamiah memperlihatkan laju infiltrasi awal yang melebihi laju air hujan, kemudian dengan bertambahnya waktu maka pori-pori permukaan tanah akan terisi oleh air hujan dan penyumbatan juga terjadi pada pori tanah, sehingga laju infiltrasi pun akan menjadi berkurang yang kemudian laju infiltrasi akan konstan (kapasitas infiltrasi). Kemiringan lereng lahan dengan tegakan ekaliptus berpengaruh terhadap laju infiltrasi (Gambar 1) dan kapasitas infiltrasi (Gambar 2). Pada kelerengan 8-15% laju infiltrasi lebih cepat dibanding dengan laju infiltrasi kelerengan 15-25% dan kelerengan 25-40%. Kapasitas infiltrasi pada kelerengan 8-15% lebih tinggi dari pada kapasitas infiltrasi pada kelerengan 15-25% dan kelerengan 25-40%. Pada tegakan ekaliptus dengan kelerengan 8-15% pada menit pertama mempunyai laju infiltrasi sebesar 144 cm/jam, dengan kapasitas infiltrasi 24.40 cm/jam. Pada kelerengan 15-25%, laju infiltrasi pada menit pertama 118 cm/jam, dan kapasitas infiltrasinya 19.60 cm/jam. Pada kelerengan 25-40% laju infiltrasi menit pertama adalah 52 cm/jam dan kapasitas infiltrasinya 16.00 cm/jam. Rendahnya laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi pada kelerengan 25-40% bila dibandingkan dengan kelerengan 8-15% dan kelerengan 15-25% dikarenakan gaya gravitasi mengakibatkan air mengalir vertikal ke dalam tanah melalui profil tanah. Menurut Lee (1990), pada lahan yang datar, sekalipun seluruh tanahnya dijenuhi, maka laju infiltrasi akan berkurang hingga pada suatu laju yang ditentukan oleh permabilitas batuan dibawahnya, karena air yang berperkolasi dan menghadapi tahanan yang lebih besar untuk mengalir dalam arah vertikal, maka air tersebut akan dialihkan ke lapisan tanah yang lebih permeabel. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, penebangan hutan dan pengalihan lahan hutan menjadi lahan perkebunan atau sebagai fungsi lahan lainnya dapat mengakibatkan fungsi hutan sebagai pencegah erosi akan berkurang. Keadaan ini dapat disebabkan karena perubahan sifat fisik tanah dan air hujan yang langsung jatuh ke tanah yang dapat mengakibatkan penyumbatan pori-pori tanah yang akan mempengaruhi laju infiltrasi tanah semakin kecil. Seyhan (1990) dan Asdak (1995), mengemukakan bahwa tanah hutan mempunyai laju infiltrasi permukaan yang tinggi dan makroporositas yang relatif banyak, diiringi dengan tingginya aktivitas biologi tanah dan perakaran. Masuknya akar ke dalam tanah dengan kedalaman tertentu dapat membuat agregat-agregat tanah renggang, sehingga akan menimbulkan celah-celah jalan masuknya air ke dalam tanah. Faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah yang diamati pada penelitian ini adalah yang berpengaruh terhadap laju infiltrasi yaitu tekstur tanah, struktur tanah, Bulk density, dan total ruang pori (TRP) tanah. Tabel 1 menunjukan bahwa tanah dibawah tegakan ekaliptus mempunyai tekstur yang didominasi pasir (74,56%) dengan tekstur lempung berpasir. Pasir memiliki pori-pori yang besar sehingga air dapat bergerak lebih cepat yang dapat menyebabkan laju infiltrasi cepat. Kartasapoetra (1989) menyatakan bahwa pada fraksi berpasir mempunyai kapasitas infiltrasi yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi liat. Menurut Suripin (2004), setiap jenis tanah mempunyai kemampuan untuk berinfiltrasi yang berbeda-beda, yang bervariasi dari yang sangat tinggi sampai rendah. Jenis tanah berpasir umumnya 31

D. Elfiati dan Delvian: Laju Infiltrasi pada berbagai Tipe Kelerengan di bawah Tegakan Ekaliptus 8-15% 15-25% 25-40% Gambar 1. Kurva laju infiltrasi rata-rata pada ketiga kelas kemiringan lapangan tegakan ekaliptus Gambar 2. Kapasitas infiltrasi rata-rata kelas kelerengan pada tegakan Ekaliptus 32

J. Hidrolitan, 1:2:29-34, 2010 cenderung mempunyai laju infiltrasi yang tinggi akan tetapi liat tanah sebaliknya mempunyai laju infiltrasi yang rendah. Tabel 1. Persentase pasir, debu, dan liat dibawah tegakan ekaliptus umur 5 tahun Fraksi Jumlah (%) Tekstur Pasir 74,56 Debu 14.00 Liat 11,44 Lempung berpasir Tinggi atau rendahnya laju infiltrasi juga dipengaruhi kerapatan lindak, total ruang pori tanah, dan kandungan C-organik tanah. Tabel 2 menunjukkan hubungan antara kerapatan lindak dan total ruang pori dimana jika semakin tinggi kerapatan lindak maka semakin rendah total ruang pori dan semakin rendah kerapatan lindak maka semakin tinggi persen total ruang pori. Total ruang pori tanah yang terdapat pada daerah penelitian ini mempunyai total ruang pori yang hampir sama nilainya. Besarnya total ruang pori tanah menunjukkan tanah tersebut gembur dan memiliki banyak ruang pori tanah. Hal ini berarti proses penyerapan terhadap air berlangsung cepat (Foth, 1994; Havlin et al., 1999; Winarso, 2005). Tabel 2. Kerapatan lindak dan Total Ruang pori setiap kelerengan di bawah tegakan ekaliptus Kelas Lereng (%) BI (g/cm 3 ) TRP (%) C-org (%) 8-15 0,58 78,11 15-25 0,53 80,00 25-40 0,55 79,24 7,47 Keterangan: BI = Bobot Isi; dan TRP = Total Ruang Pori Laju infiltrasi pada tipe kelerengan 8-15% lebih tinggi walaupun kerapatan lindaknya lebih kecil dibanding dengan kerapatan lindak pada kelerengan 25-40% disebabkan tanah yang terdapat pada hutan tanaman industri ini mempunyai tekstur lempung berpasir dimana tanah ini memiliki kandungan pasir yang banyak sehingga mempunyai pori besar yang dapat meningkatkan laju infiltrasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (1989) dan Kartasapoetra (1989), bahwa pasir memiliki pori-pori yang besar sehingga air dapat bergerak lebih cepat yang menyebabkan laju infiltrasi cepat. Jumlah bahan organik tanah dalam tanah juga sangat mempengaruhi banyaknya air yang masuk kedalam tanah. Jumlah bahan organik yang ada dalam tanah areal hutan HPHTI PT.TPL sektor Aek Nauli sebesar 7,47 % (Tabel 2) dan yang termasuk ke dalam kriteria sangat tinggi (Hardjowigeno, 1987). Kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan tanah mempunyai kemampuan meresapkan air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga memiliki porositas yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi laju infiltrasi. KESIMPULAN Laju dan kapasitas infiltrasi pada berbagai kemiringan lereng di areal HPHTI PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli tergolong kriteria sedang sampai dengan tinggi. Lahan dengan kelas kemiringan lereng yang curam mempunyai laju dan kapasitas infiltrasi sebesar 52 cm/jam dan 16 cm/jam, pada lahan dengan kelas kemiringan lereng sedang sebesar 118 cm/jam dan 19.60 cm/jam, dan pada lahan dengan kelas kemiringan lereng landai sebesar 144 cm/jam dan 24 cm/jam. DAFTAR PUSTAKA Abdullah TS, 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta 33

D. Elfiati dan Delvian: Laju Infiltrasi pada berbagai Tipe Kelerengan di bawah Tegakan Ekaliptus Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolahan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta. Foth, DH, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke-6. Terjemahan. S. Adi Soemarto. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hakim N, AM. Lubis, SG Nugroho, A Diha, G B Hong, HH Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Penerbit Universitas Lampung. Lampung. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Havlin, JJ, JD. Beaton, SL. Tisdale., and WL. Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Sixth ed. Prentice Hall, New Jersey. Islami dan Wani. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang Institut Pertanian Bogor. 1997. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ilmu Tanah. Fakultas pertanian. Kangheru. 2008. Siklus Hidrologi (Hidrologic Cycle) http://kangherumultiply.com/ph otos/album/5/siklus_hidrologi_ Hidrologic_Cycle.(28 Oktober 2008). Kartasapoetra, AG.1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk Merehabilitasinya. Jakarta. Bina Aksara. Lee, R. 1990. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Terjemahan S. Subagyo. Penerbit Gadjah Mada University Press. Suripin. 2004. Peleestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Sutedjo MM. dan AG. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta. 34