BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB 1: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 1.1 LATAR BELAKANG. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

S S K BAB 1 PENDAHULUAN

S S K STRATEGI SANITASI KABUPATEN MANGGARAI BARAT BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Ir. Sri Hartoyo Dipl.SE, ME Direktur Jenderal Cipta Karya. Kata Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tinjauan : tahun Pemutakhiran SSK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENDAHULUAN Latar Belakang S. Bab I. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo 1

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi dan kesehatan manusia adalah dua hal yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu dangan yang lainnya. Sanitasi yang tidak memadahi adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan sanitasi memiliki dampak positif bagi kesehatan baik dilingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia dalam rangka kebersihan dalam hal membuang hajat dan limbah serta penyediaan air bersih. Adapun difinisi sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lungkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, jamban, pegelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Akses sanitasi penduduk di Indonesia saat ini masih sangat rendah. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, perencanaan yang tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Pembangunan di bidang sanitasi belum menjadi prioritas utama, pemerintah lebih mengutamakan penanganan yang berorientasi pada fisik secara langsung, seperti memperbaiki jalan, jembatan, membangun gedung, dan sebagainya. Oleh karenanya perlu adanya upaya terobosan untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan sanitasi dan perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan pembangunan sanitasi sebagai urusan bersama antara pemerintah kabupaten/kota, provinsi, pusat, swasta, donor, dan masyarakat. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyusun suatu perencanaan strategis pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif dan koordinatif yaitu Strategi Sanitasi Kota (SSK) I - 1

Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Wonogiri dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Guna menghasilkan Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri sebagaimana tersebut di atas, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten dengan tujuan agar strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan. Kerangka kerja Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Wonogiri pada tahun 2013 telah menyusun Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), kemudian pada tahun 2014 menyusun dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS). Pada tahun 2016 ini Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Wonogiri melakukan Pemutahiran dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) untuk mendukung percepatan implementasi program dan kegiatan sanitasi dikarenakan : Umur dokumen SSK Wonogiri telah memasuki masa pemutahiran. Guna peningkatan kualitas dokumen sanitasi Kabupaten Wonogiri Diperlukan percepatan implementasi untuk pencapaian target Universal Access 2019. Perubahan RPJMD Prioritas pada Pusat Kegiatan Nasional dan Wilayah Dokumen Pemutahiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri ini disusun berdasarkan empat karakteristik utama kaidah penyusunan, yaitu: 1. Berdasarkan data aktual. 2. Berskala Kabupaten. 3. Disusun sendiri oleh Pokja Kabupaten Wonogiri. 4. Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down. Dokumen Pemutahiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri merupakan penggabungan tiga (3) dokumen (BPS, SSK, dan MPS) dalam satu SSK dan I - 2

disusun dalam waktu satu tahun. Proses penyusunan Dokumen Pemutahiran Strategi Sanitasi KabupatenWonogiri dilakukan berdasarkan lima (5) proses yaitu : 1. Internalisasi dan penyamaan persepsi 2. Pemetaan kondisi dan kemajuan pembangunan sanitasi 3. Skenario pembangunan sanitasi 4. Konsolidasi penganggaran dan pemasaran sanitasi 5. Finalisasi Memasuki Tahun 2015, Pemerintah Indonesia memasuki periode RPJMN baru 2015-2019 yang menetapkan target baru yaitu 100% (universal access) akan sanitasi layak di akhir Tahun 2019. Dalam upaya untuk mencapai target tersebut dirasakan pentingnya Kabupaten Wonogiri memiliki dokumen strategi sanitasi yang berkelanjutan. Untuk itu Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Wonogiri melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi tahap kedua melakukan Pemutahiran SSK pada ini. Dokumen Pemutahiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri periode Tahun 2017-2021 disusun dengan merujuk pada dokumen SSK yang sudah ada dan lebih difokuskan pada upaya untuk mengimplementasikan program dan kegiatan jangka menengah dalam upaya universal access. Untuk memastikan dokumen Pemutahiran SSK dapat diimplementasikan maka dalam proses penyusunannya disinkronkan dengan dokumen-dokumen perencanaan yang ada di kabupaten seperti RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD. Keterkaitan dokumen SSK dengan RTRW dan RPJMD adalah bahwa dokumen SSK mendukung dan mengacu pada visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RTRW dan RPJMD. SSK pemutahiran menjadi dokumen yang mengacu pada dokumen perencanaan yang disusun sebelumnya seperti RTRW, RPJMD khusus sector sanitasi serta bisa member masukan umpan balik (feed-back) dan melengkapi penyusunan RPJMD pada periode berikutnya. Dokumen SSK pemutahiran bisa menjadi salah satu acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan lain seperti Renstra SKPD, Renja SKPD dan RPI2JM untuk sektor sanitasi Dokumen pemutahiran SSK melalui proses internalisasi pada dokumen-dokumen dibawah ini : I - 3

Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Pemutakhiran SSK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya DOKUMEN RENCANA RPJPD RPJMD SSK diinternalisasikan ke dalam RENSTRA SKPD DOKUMEN ANGGARAN RKPD KUA - PPAS RENJA SKPD Nota Kesepakatan KDH - DPRD Per-KDH ttg Penyusunan RKA SKPD RKA - SKPD APBD DPA - SKPD RPJMD Renstra SKPD Renstra SKPD Renstra SKPD Renstra SKPD SSK Rencana Strategis Renja SKPD Renja SKPD Renja SKPD Program/ Kegiatan I - 4

Gambar diatas menyebutkan bahwa posisi dokumen SSK merupakan dokumen perencanaan strategis yang perlu disinkronkan dengan dokumen perencanaan atau penganggaran lain seperti RPI2JM maupun Renstra atau Renja SKPD serta perlu dikawal agar dapat masuk ke proses penganggaran sebagai berikut : 1. SSK sebagai input untuk dokumen RPJMD, RTRW, Perda, RPI2JM (jika SSK sudah ada sebelum dokumen perencanaan lainnya) 2. SSK mengacu kepada dokumen RPJMD, RTRW, Perda, RPI2JM (jika dokumen perencanaan lainnya sudah ada sebelum SSK) 3. Perlu sinkronisasi antara SSK dengan dokumen lainnya. Pengembangan layanan sanitasi kabupaten harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahun) yang komprehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah sanitasi yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat Kabupaten Wonogiri akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan sanitasi menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten Wonogiri. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya. Dokumen pemutahiran SSK merupakan proses perencanaan penganggaran program dan kegiatan melalui internalisasi dan eksternalisasi yang kemudian di kuatkan dengan komitmen dari Bupati Wonogiri, Gubernur Jawa Tengah dan dari Pusat melalui Satker Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi Jawa Tengah terkait dengan program sanitasi. Maksud penyusunan Pemutahiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan Strategis Sanitasi Kabupaten Wonogiri yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Wonogiri dalam jangka menengah (5tahun). Tujuan dari penyusunan dokumen kerangka kerja pemutahiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri ini adalah : I - 5

a. Tujuan Umum Kerangka kerja Pemutahiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kabupaten Wonogiri mulai Tahun 2017 hingga Tahun 2021. b. Tujuan Khusus - Kerangka kerja Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini dapat memberikan gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Wonogiri selama 5 tahun yaitu Tahun 2017 hingga Tahun 2021. - Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi. - Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Wonogiri. Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas dalam arah kebijakan pembangunan sanitasi menyebutkan bahwa target nasional 85% memenuhi Standart Pelayanan Mininum (SPM) dan 15% memenuhi kebutuhan dasar. Indikator capaian nasional sanitasi sampai saat ini adalah sektor Air Limbah 62,14%, Persampahan 86,73% dan Drainase 57,90%. Dari capaian diatas maka ada beberapa tantangan pembangunan sanitasi yaitu : 1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan PHBS 2. Kesadaran dan komitmen Pemda untuk pengelolaan sanitasi masih rendah 3. Kelembagaan sanitasi belum memadai 4. Terbatasnya sumber pendanaan Guna mencapai akses universal, maka target dan sasaran pembangunan sanitasi tahun 2015-2019 adalah : 1. Masyarakat memiliki kesadaran PHBS yang baik 2. Pemda berkomitmen untuk pembangunan sanitasi 3. Kelembagaan sanitasi yang kuat 4. Terpenuhinya gap kebutuhan pendanaan I - 6

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang melibatkan berbagai Kementerian telah menetapkan target capaian yang lebih tinggi untuk 2019. Sesuai amanat RPJMN 2015-2019, yang juga mengacu pada SDGs 6, target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses sanitasi di akhir tahun 2019 telah ditetapkan.target global maupun target nasional pembangunan sanitasi memang cukup ambisius, tetapi mengingat bahwa sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang maka sudah selayaknya hal ini didukung dan diwujudkan bersama. 1.2 Metodologi Penyusunan Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri disusun berdasarkan karakteristik daerah dan melibatkan sebanyak mungkin pelaku dari berbagai unsur dengan tetap melibatkan peran serta masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan awal yang dilaksanakan dalam tahapan penyusunan dokumen ini berupa rapat internalisasi dan penyamaan persepsi Pokja Sanitasi, lokakarya, dialog dan pertemuan dengan lembaga yang terkait. Diharapkan dapat menghasilkan rencana kerja, jadwal, data, dukungan politis dan pendanaan dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri. Dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri terdapat 5 (lima) proses utama yang harus dilaksanakan. Proses kegiatan penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut : Gambar 1.2. Proses Penyusunan Dokumen Pemutakhiran SSK Wonogiri Sumber : Petunjuk Teknik Pemutakhiran SSK 2016 I - 7

Proses Percepatan Implementasi Kabupaten Wonogiri yang dilihat seperti gambar 1.3 berikut ini. Gambar 1.3. Proses Percepatan Implementasi Dokumen Pemutakhiran SSK Wonogiri Sumber : Petunjuk Teknik Pemutakhiran SSK 2016 Dari gambar 1.3 di atas dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri pada dasarnya adalah dokumen 3 in 1 yang terdiri atas pemutakhiran dokumen BPS, SSK dan MPS terdahulu. Proses Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri di terdiri dari langkah-langkah yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1.2.1 Proses Pemutakhiran Buku Putih Sanitasi (Kondisi sanitasi Kabupaten Wonogiri saat ini) a. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi ini terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung melalui Studi EHRA, SSA, Studi Komunikasi dan Pemetaan Media dan Penetapan Area Beresiko Sanitasi. Adapun pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan studi pada dokumen-dokumen perencanaan yang ada di SKPD dan non SKPD, data statistik yang dikeluarkan BPS maupun data-data lain yang relevan. Proses konsolidasi awal bagi Pokja khususnya untuk menyepakati beberapa hal seperti: a. Jenis informasi dan sumbernya I - 8

b. Cakupan wilayah pemetaan c. Metoda analisis d. Pembagian tugas dan pelaporan e. Rencana penetapan kawasan prioritas f. Kemungkinan melibatkan pihak luar g. Jadwal kerja penyusunan pemutahiran SSK Proses ini bisa dijalankan melalui pertemuan-pertemuan Pokja, termasuk pemetaan kondisi dan kemajuan pembangunan sanitasi, skenario pembangunan sanitasi, dan konsolidasi penganggaran dan pemasaran sanitasi. Pemetaan secara cepat dapat dilakukan melalui pengumpulan dananalisis data sekunder. Data sekunder dihimpun dari berbagai sumber data seperti SKPD, dokumendokumen yang dimiliki KabupatenWonogiri (laporan penelitian, dokumen perencanaan), pemerintah pusat, publikasi media, atau yang dimiliki LSM.Sebelum dianalisa data-data harus diverifikasi kebenarannya dan data harus dikonsolidasikan dan disusun secara sistematis.selanjutnya dilakukan analisis untuk memetakan situasi sanitasi, baik aspek teknis (sarana prasarana) maupun aspek non-teknis. Untuk mempertajam pemetaan cepat atau awal, Pokja perlu memutakhirkan datanya melalui pengumpulan data primer dan beberapa kajian/studi, yang diantaranya adalah survei Studi EHRA, kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi, konsolidasi data kelembagaan terkait sanitasi, pemetaan keuangan dan perekonomian daerah, kajian komunikasi dan media, kajian peran swasta masyarakat, dan kajian sanitasi sekolah. Studi EHRA Survei Environmental Health Risk Assessment/ EHRA atau penilaian risiko kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk mengetahui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat dan sarana sanitasi yang dimiliki rumah tangga. Karena informasi diperoleh secara langsung (primer) dari masyarakat, maka EHRA jelas akan melengkapi dan mempertajam data sekunder yang telah dimiliki Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri. I - 9

Kajian-kajian, yaitu : Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi (Sanitation Supply Assessment) merupakan sebuah studi yang digunakan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi penyedia layanan sanitasi yang ada di Kabupaten/kota. Konsolidasi data kelembagaan terkait sanitasi Langkah ini digunakan untuk mendapatkan gambaran atau peta kondisi kelembagaan sanitasi di Kabupaten/kota. Pemetaan ini membantu Kabupaten/Kota menilai kekuatan, kelemahan, potensi pengembangan,dan kebutuhan penguatan kelembagaan dan kebijakan guna menghasilkan suatu kerangka layanan sanitasi yang memihak masyarakat miskin, efektif, terkoordinasi dan berkelanjutan Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah Peta keuangan dan perekonomian daerah menggambarkan kekuatan keuangan dan perekonomian daerah dalam mendukung pendanaan pembangunan sanitasi di masa depan, kecenderungan dalampembiayaan pembangunan, dan prioritas anggaran selama 5 tahun.informasi ini diperlukan sebagai salah satu dasar utama penyusunanstrategi terkait aspek keuangan. Kajian komunikasi dan media Kajian komunikasi dan media diperlukan untuk menyusun strategi kampanye dan komunikasi Kabupaten/Kota. Kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di Kabupaten/Kota untuk pemangku kepentingan (stakeholder) kunci. Kajian peran swasta masyarakat Kajian ini adalah sebuah penilaian kebutuhan masyarakat tentang sanitasi yang dilakukan secara partisipatif. Selain dapat memberikan input kepada StrategiSanitasi Kabupaten/Kota, kajian untuk juga bermanfaat untuk, (i) meningkatkan kesadaran masyarakat, laki-lakidan perempuan, serta pemerintah tentang kondisi dan permasalahan sanitasi, (ii) mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, yang I - 10

disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi, dan (iii) mengidentifikasi kelurahan Kajian sanitasi sekolah Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat sekolah di fasilitas pendidikan dasar (SD/MI). Penetapan Area Berisiko Sanitasi Penetapan area berisiko sanitasi merupakan salah satu keluaran (rekomendasi) penting dalam penentuan area beresiko. Penetapan area berisiko didasarkan pada hasil survei EHRA, masukan/persepsi SKPD-SKPD, dan data sekunder. Peta area berisiko bisa menjadi acuan dasar dalam penentuan lokasi prioritas pembangunan sanitasi dan sistem sanitasi Kabupaten Wonogiri. Pemetaan secara cepat Melalui pemetaan secara cepat ini dapat diketahui: - Potret umum kondisi sanitasi di kabupaten (termasuk kawasan berisiko sanitasi) - Hal-hal yang masih perlu dilengkapi untuk mempertajam pemetaan situasi sanitasi cepat ini agar penyusunan SSK Pemutahiran lebih berkualitas FGD/Rapat Pokja Semua proses kegiatan penyusunan dokumen Pemutahiran SSK dilakukan dengan diskusi atau rapat pokja yang melibatkan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri. b. Analisa Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif yaitu membandingkan data dengan kondisi sebenarnya. Sedangkan analisia kuantitatif dihasilkan dari data penentuan area dengan resiko tinggi yaitu diperoleh dari studi atau survei EHRA. Dalam melakukan analisa data menggunanakan instrument profil sanitasi dengan terlebih dahulu memasukan data umum dan serta data-data sekunder meliputi : Nama desa/kelurahan dan kecamatan se-kabupaten Wonogiri Informasi umum Kabupaten Wonogiri Data air bersih I - 11

Data air limbah Data persampahan Data drainase Kemudian memasukan data analisa hasil studi EHRA untuk Index Resiko Sanitasinya (IRS) dan mengisikan Skor Persepsi SKPD dari pokja sanitasi terkait. Dan selanjutnya melakukan pembobotan EXPOSURE (%) yaitu pembobotan baik untuk data sekunder, primer (IRS EHRA) dan persepsi SKPD di sector air limbah, persampahan dan drainse, dan pembobotan IMPACT (%) yaitu pembobotan untuk jumlah penduduk, kepadatan penduduk, angka kemiskinan dan fungsi urban rural dari hasil kesepakat pokja maka diperoleh skor resiko sanitasi dan akan dilakukan penyesuaian oleh pokja jika diperlukan. Hasil akhir instrument profil sanitasi adalah zona dan sistem sanitasi baik sector air limbah, persampahan dan drainase dan muncul data input planning tool yang akan dipakai pada instrument perencanaan saniatsi (MS EXCEL) selanjutnya baik air limbah, persampahan dan drainase. 1.2.2 Proses Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Dalam proses pemutahiran dokumen SSK dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menuliskan dan menggambarkan diagram aliran sistem sanitasi Kabupaten Wonogiri dalam DSS (diagram Sistem Sanitasi) baik air limbah, persampahan dan drainse berdasarkan alirannya (mulai dari user interface sampai pada daur ulang/ pengolahan akhir), yang selanjutnya membandingkan dengan sistem ideal seharusnya yang layak untuk lingkungan dimanakah ada permasalahan sanitasi berdasarakan DSS tersebut. 2. Menyusun Kerangka kerja logis (KKL) sanitasi baik air limbah, persampahan dan drainase, dimana KKL terdiri atas 8 kolom diantaranya: permasalahan mendesak sanitasi, Isu-isu strategis sanitasi, tujuan yang ingin dicapai yang dikaitkan dengan visi, misi sanitasi (dimana visi misi tersebut harus sejalan dengan visi misi kabupaten yang tercantum dalam RPJMD kabupaten), sasaran (hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang SMART), indikator (capaian Sasaran pembangunan sanitasi yang telah disepakati), Strategi (dari hasil dari SWOT berdasarkan isu-isu strategis), dan terakhir adalah Indikasi program dan I - 12

kegiatan. Dimana prosesnya dapat disampaikan dengan langkah-langkah berikut : Dari hasil permasalahan yang ditemukan dalam DDS masukan dalam kolom permasalahan mendesakdi KKL Mengumpulkan isu-isu strategis sanitasi yang ada saat ini membuat scoring berdasarkan analisa SWOT, dari kesepakatan pokja hasil skor tertinggi dalam analisa swot masukan isi-isu stratengis dalam kolom KKL Menyusun visi misi sanitasi yang sejalan dengan visi-misi kabupaten yang tercantum pada dokumen perencanaan RPJMD, kemudian menyepakti tujuan sanitasi yang diharapkan baik air limbah, persampahan dan drainase, yang mana tujuan berdasarkan target RPJMN 2015-2019 (universal acces), selanjutnya memasukan tujuan sanitasi dalam kolom KKL. Pada Kolom sasaran menuliskan hasil yang diharapkan dari suatu tujuan. Dengan memformulasikan sasaransecara spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan berjangka waktu (SMART). Selanjutnya Menulikan indikator capaian Sasaran pembangunan sanitasi yang telah disepakati pokja sanitasi. Selanjutnya pada kolom strategi berdasarkan analisa SWOT hasil skoring pembobotan pada hasil nilai pengurangan kekuatan kelehan pada kemampuan internal kabupaten (Sumbu X) serta hasil nilai pengurangan peluang dan ancaman pada eksternal (sumbu Y) maka akan dihasil posisi sanitasi yang bergunaa untuk menentukan strategi sanitasi. Dan terakhir menuliskan indikasi program dan kegiatan utama sanitasi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan sanitasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dimana program kegiatan yang disusun ini harus selaras dengan hasil dari Instrumen Perencanaan baik air limbah, persampahan dan drainase. (Instrumen Perencanaan sebagai kontrol program kegiatan yang dihasilkan dalam KKL) 3. Memasukan hasil indikasi program dan kegiatan dari hasil KKL dan yang sudah selaras dengan hasil dalam Instrumen Perencanaan sanitasi baik air limbah, persampahan dan drainase ke dalam tabel program kegiatan dan pendanaan. I - 13

1.2.3 Proses Pemutakhiran Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Wonogiri Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Wonogiri merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah maupun Kementerian / Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain : Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor pendana lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum program investasi Kabupaten Wonogiri merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten Wonogiri dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum program investasi dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati Wonogiri, Gubernur Jawa Tengah selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan kabupaten untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten Wonogiri. Proses penyusunan rencana program investasi telah ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup : Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan. I - 14

Proses pemutakhiran MPS adalah sama dengan MPS sebelumnya, yang mana hasil akhir dalam kegiatannya adalah kesepakatan pendanaan program kegiatan sanitasi baik pendanaan indikasi dari pemerintah, Swasta (sumber-sumber pendanaan potensial) dan masyarakat. Pada indikasi pendanaan pemerintah melakukan pembahasan pada SKPD Terkait, dengan berbekal dari program kegiatan yang telah tersusun dari hasil KKL yang sudah selaras dengan instrumen perencanaa dan dimasukkan dalam tabel program kegiatan dan pendanaan sanitasi, selanjutnya pokja melakukan kegiatan sinkronisasi konsolidasi pendanaan dengan melakukan kegiatan antara lain: 1. Internalisasi adalah kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaa di tingkat Kabupaten Wonogiri. 2. Eksternalisasi adalah kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaa di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan pusat melalui kegiatan Lokakarya Provinsi Jawa Tengah. Untuk proses kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaan dalam pemutakhiran SSK Wonogiri dapat dilihat dalam gambar 1.4. I - 15

Gambar 1.4. Proses Konsolidasi Dan Sinkronisasi Program Kegiatan Dan Pendanaan Dalam Dokumen Pemutakhiran SSK Wonogiri Sumber : Manual petunjuk Tekinis Proses Penyusunan Memorandum Program 2014 I - 16

1.3 Dasar Hukum Kegiatan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Wonogiri didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi : Undang-Undang 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Tengah. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 3. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya 4. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman. 6. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Tujuan Pembangunan Kesehatan 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 15. Undang Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan I - 17

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pencemaran Udara. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah. 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri 2. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 3. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri I - 18

4. Peraturan Presiden No. 185/2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Air. 4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten / Kota. 6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Kesehatan 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat - syarat dan Pengawasan Kualitas Air. 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan. I - 19

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Penyehatan Sarana dan bangunan umum. 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan ). 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 586/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan. 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten / Kota. 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492 Tahun 2012 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum 1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai Drainase Kota dan Fungsi Utama sebagai Pengendali Banjir. 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP- SPP); 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah 1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah 2. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan 3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); I - 20

4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4); 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3); 6. Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah; 7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keunagan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor SE Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7; 8. Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 9. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor : 910/06715 tanggal 27 Maret 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri 1. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu di Kabupaten Wonogiri, beserta lampirannya. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2031 4. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 21 Tahun 2012 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah 5. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan 6. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Wonogiri I - 21

7. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Wonogiri 8. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor. 3 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonogiri 9. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2006 2010 10. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2005 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 57) 11. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 12). Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. 2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. 3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan. 4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih. 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan. 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik. I - 22

7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. 8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman. 9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus. 10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi. 11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK. 1.4 Sistematika Penulisan Dokumen Pemutahiran SSK Kabupaten Wonogiri berisikan : Bab I : Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, metodologi penyusunan, dasarhukum dan sistematika penulisan. Proses : Internalisasi dan penyamaan persepsi Output : Terciptanya kesamaan persepsi anggota pokja terkait pemutahiran SSK dan kesepakatan atas rencana kerja Bab II : Profil Sanitasi saat ini Berisikan gambaran wilayah, kemejuan pelaksanaan SSK, profil sanitasi saat ini dan area beresiko dan permasalahan mendesak sanitasi. Proses : Pemetaan kondisi dan kemajuan pembangunan sanitasi Output : - Kesamaan wilayah kajian serta profil wilayah kabupaten - Hasil study EHRA dan kajiannya - Tergambarnya profil sanitasi kabupaten - Teridentifikasinya permasalahan sanitasi air limbah, sampah dan drainase - Ditetapkannya area beresiko sanitasi I - 23

Instrumen : - DSS - KKL - Instrumen profil sanitasi Bab III : Kerangka Pengembangan Sanitasi Berisikan tentang visi dan misi sanitasi, pentahapan pembangunan sanitasi dan kemampuan pendanaan sanitasi daerah. Proses : Skenario pembangunan sanitasi Output : - Ditetapkannya visi misi sanitasi - Ditetapkannya zona dan system sanitasi - Ditetapkannya tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi Instrumen : - Instrumen profil sanitasi - KKL Bab IV : Strategi Pengembangan Sanitasi Berisikan tentang Air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. Proses : Skenario pembangunan sanitasi Output : Dirumuskannya strategi pengembangan sanitasi Instrumen : - SWOT - KKL Bab V : Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Berisikan tentang Ringkasan, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah, dan antisipasi funding GAP. Dokumen SSK pemutahiran ditandatangani oleh Bupati I - 24

Proses : - Skenario pembangunan sanitasi - Konsolidasi penganggaran dan pemasaran sanitasi - Finalisasi Output : - Dihasilkannya daftar program kegiatan pembangunan sanitasi - Pendanaan indikatif dari APBD dan non-apbd di Kabupaten - Terlaksananya pembahasan untuk pembangunan sanitasi Instrumen : - Instrumen perencanaan - KKL Bab VI : Monitoring dan evaluasi capaian SSK Proses : Skenario pembangunan sanitasi Output : Dirumuskannya strategi untuk monev SSK Lampiran berisikan : Lampiran 1 adalah hasil kajian aspek non teknis dan lembar kerja area beresiko yang terbagi atas: Lampiran struktur organisai daerah dan keuangan daerah Lembar kerja analisa area beresiko menggunakan instrument profil sanitasi Ringkaan eksekutif hasil studi EHRA dan Kajian-kajian lainnya yaitu: - Ringkasan eksekutif Studi EHRA - Ringkasan eksekutif kajian peran swasta dalam penyedia layanan sanitasi - Ringkasan eksekutif kajian kelembagaandan kebijakan - Ringkasan eksekutif kajian komunikasi dan media - Ringkasan eksekutif kajian peran serta masyarakat - Ringkasan eksekutif kajian sanitasi sekolah Lampiran 2 adalah Hasil analisa SWOT. Lampiran 3 adalah Tabel hasil KKL dan tabel hasil indikasi program kegiatan dan indikasi pendanaan. I - 25

Lampiran 4 yaitu Tabel hasil pembahasan program kegiatan dan indikasi pendanaan. Lampiran 5 yaitu Deskripsi program/kegiatan. Lampiran 6 yaitu daftar perusahaan penyelenggara CSR yang potensial Lampiran 7 adalah Kesiapan Implementasi dan terakhir. Lampiran 8 adalah Rencana kerja Tahunan. I - 26