BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

BAB II. Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan. Pemberatan. A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB III SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN LABUHANBATU

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK [LN 1997/3, TLN 3668]

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA (BAB XXVII) PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA DALAM BENTUK POKOK (PASAL 406 KUHP) PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA RIN

Pasal RKUHP Analisis Permasalahan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian

Pelaksanaan Pidana Mati kemudian juga diatur secara khusus dalam Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

Bab XII : Pemalsuan Surat

BAB II UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PENGGELAPAN. Tindak pidana penggelapan (verduistering) diatur dalam Bab XXIV Pasal

PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI ADALAH ASAS UNIVERSAL

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan. Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

Bab XXV : Perbuatan Curang

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

PENERAPAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN (PASAL 351 KUHP) DI PENGADILAN NEGERI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

BAB II PENANGANAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG DEWASA PADA POLRESTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB II TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI KEJAHATAN TERORGANISIR DILIHAT DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

I. PENDAHULUAN. sulit dipenuhi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi memberi

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan ( Wetmatigsheid Van

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II LANDASAN TEORI

P U T U S A N Nomor 36/Pid.B/2016/PN Bnj

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 455/PID.B/2014/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA : : : : : : : :

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

P U T U S A N No: 44/Pid.B/2014/PN.Bkn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa :

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Ada yang menyebutkan istilah tindak pidana tersebut sebagai

P U T U S A N Nomor : 474/Pid.B/2014/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama Lengkap : JAKA PRAMANA Als.

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

Bab II : Pelanggaran Ketertiban Umum

P U T U S A N. Nomor : 201/Pid.B/2013/PN.BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan


PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN [LN 2002/94 TLN 4226]

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1958 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

PENGADILAN TINGGI MEDAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA DAN PASAL 340 KUHP

PENGHANCURAN GEDUNG SECARA MELAWAN HUKUM

Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015. ANCAMAN PIDANA MATI TERHADAP PENCURIAN DENGAN KEKERASAN 1 Oleh : Richard F. Musak 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

Transkripsi:

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian biasa yang berbunyi 51 : Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam kerena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah Pasal 362 ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur-unsur 52 : 1. Obyektif : a. Mengambil; b. Barang; c. Yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain; 2. Subyektif : a. Dengan maksud; b. Untuk memiliki; c. Secara melawan hukum. A.d.1. Mengambil. Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat semula ke tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah kekuasaannya yang nyata. Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah 51 Moeljatno, Op. Cit., Hal.128 52 Mochamad Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (kuhp buku II), Penerbit Alumni, Bandung, 1980, Hal.17

kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang berada diluar kekuasaan pemiliknya. 53 A.d.2 Barang yang seluruh atau sebahagian kepunyaan orang lain. Pengertian barang telah mengalami juga proses perkembangannya. Dari arti barang yang berjudul menjadi setiap barang yang menjadi bagian dari kekayaan. Semula barang ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat dipindahkan (barang bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bahagian dari harta benda seseorang. Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi dari seseorang. Perubahan pendapat ini disebabkan dengan peristiwa pencurian aliran listrik, dimana aliran listrik termasuk pngertian barang yang dapat menjadi obyek pencurian. Barang harus seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya, sedangkan sebahagian dari barang saja dapat menjadi obyek pencurian. Jadi sebahagian lagi adalah kepunyaan pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian, yaitu barang-barang dalam keadaan res nullius dan res derelictae. 54 A.d.3 Dengan maksud untuk memiliki barang bagi diri sendiri secara melawan hukum dengan maksud. 53 Ibid. 54 Ibid, Hal.18

Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku untuk memiliki barang secara melawan hukum. 55 A.d.4 Melawan Hukum. Perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain. 56 A.d.5 Memiliki barang bagi diri sendiri. Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang tersebut, melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya, sedangkan ia bukan pemiliknya. Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam berbagai jenis perbuatan, yaitu menjual, memakai, memberikan kepada orang lain, menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya. Pendeknya setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan ia bukan pemilik. Maksud untuk memiliki barang itu tidak perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada. Meskipun barang itu belum sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dulu, karena kejahatan pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang. 57 55 Ibid, Hal.19 56 Ibid. 57 Ibid.

B. Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian kekerasan yang berbunyi 58 : Ayat (1) : Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau adiikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya. Ayat (2) : Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun : 1. : Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau term yang sedang berjalan; 2. : Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; 3. : Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; 4. : Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat. Ayat (3) : Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun Ayat (4) : Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no.1 dan 3. Pasal 365 ayat (1) memuat unsure-unsur 59 : 1. Obyektif : a. Pencurian dengan : a) Didahului; b) Disertai; c) Diikuti; 58 Moeljatno, Op. Cit., Hal.129 59 Anwar, Op. Cit., Hal. 25

2. Oleh kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap seseorang. 3. Subyektif : a. Dengan maksud untuk ; b. Mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu, atau c. Jika tertangkap tangan memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain dalam kejahatan itu : a) Untuk melarikan diri; b) Untuk mempertahankan pemilihan atas barang yang dicurinya. A.d.1 Kekerasan. Yang diartikan dengan kekerasan adalah setiap perbuatan yang mempergunakan tenaga badan yang tidak ringan. Tenaga badan adalah kekuatan fisik. Penggunaan kekerasan terwujud dalam memukul dengan tangan saja, memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, menahan dan sebagainya. 60 Pasal 86 : Yang disamakan dengan melakukan kekerasan yaitu membuat orang pingsan atau tidak berdaya lagi. Sebagai perluasan dari pengertian kekerasan ditetapkan oleh Pasal 89, bahwa perbuatan yang mengakibatkan orang pingsan, atau tidak berdaya lagi termasuk perbuatan kekerasan. Kekerasan itu harus ditujukan kepada seseorang. Seseorang itu tidak perlu para pemilik barang, misalnya pelayan rumah, penjaga rumah. 61 60 Ibid. 61 Ibid, Hal.26

A.d.2 Ancaman Kekerasan. Setiap perbuatan yang sedemikian rupa hingga menimbulkan akibat rasa takut atau cemas pada orang yang diancamnya. 62 A.d.3 Didahului kekerasan atau ancaman kekerasan. Kekerasan atau ancaman kekerasan ini dipergunakan sebelum dilakukan pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dimaksud untuk mempersiapkan (unsur subyektif) pencuriannya. 63 A.d.4 Disertai kekerasan atau ancaman kekerasan. Penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan bersamaan dengan pencuriannya. Jadi penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan dengan maksud untuk mempermudah dilaksanakannya pencurian. 64 A.d.5 Diikuti kekerasan atau ancaman kekerasan. Penggunaan kekerasan serta ancamannya dilakukan setelah pencurian dilakukan dengan maksud untuk memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain untuk melarikan diri atau menjamin kepemilikan atas barang hasil curiannya jika tertangkap tangan. 65 A.d.6 Tertangkap tangan. Pengertian tertangkap tangan didalam RIB Pasal 57, tertangkap tangan terdapat 66 : 1. Apabila tindak pidana sedang dilakukan, pelakunya diketahui; 2. Apabila segera setelah tindak pidana dilakukan, pelakunya diketahui; 62 Ibid. 63 Ibid. 64 Ibid. 65 Ibid. 66 Ibid, Hal.27

3. Apabila segera setelah tindak pidana itu dilakukan, seseorang dikejar oleh khalayak ramai sebagai pelakunya; 4. Apabila pada seseorang ditemukan barang-barang, senjata, alat-alat atau surat-surat yang menunjukan bahwa ia adalah pelakunya atau pembantunya. Pasal 365 (2) : Pencurian yang dirumuskan dalam Pasal 365 (1) disertai masalahmasalah yang memberatkan yaitu 67 : Ke-1 : a). Pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup dimana berdiri sebuah rumah. b). Dijalan umum; c). Didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; Ke-2 : Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih; Ke-3 : Yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara : a. Membongkar; b. Memanjat; c. Anak kunci palsu; d. Perintah palsu; e. Pakaian-jabatan palus. A.d.7 Kunci Palsu Pasal 100 : Dengan anak kunci palsu termasuk segala alat yang tidak diperuntukan untuk membuka kunci. Dengan demikian setiap benda atau alat yang dipergunakan untuk membuka kunci, tetapi benda atau alat itu tidak diperuntukan 67 Ibid.

untuk membuka kunci, seperti antara lain sepotong kawat, paku, besi. Pun anak kunci biasa yang sama pasnya dengan anak kunci aslinya, tetapi bukan anak kunci yang dipergunakan untuk membuka kunci oleh pemilik rumah, termasuk dalam pengertian anak kunci palsu. 68 A.d.8 Perintah Palsu Perintah palsu adalah surat perintah yang seakan-akan asli dan seakan-akan dikeluarkan oleh orang yang berwenang membuatnya berdasarkan UU atau peraturan lain. 69 A.d.9 Pakaian-Jabatan Palsu Pakaian-jabatan palsu adalah pakaian yang dipakai oleh seorang yang seakan-akan orang itu berhak atas pemakaian pakaian itu menurut peraturan yang berlaku, sedangkan orang itu tidak berhak memakainya. 70 Pasal 365 (3) : Perbuatan pencurian dengan kekerasan ini menimbulkan akibat matinya orang. Dalam ayat ini matinya orang lain merupakan akibat yang timbul karena penggunaan kekerasan. 71 Pasal 365 (4) : Hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, apabila perbuatan itu 72 : 1. Menimbulkan akibat luka berat pada seseorang atau akibat matinya seseorang; dan 2. Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih; dan 3. Disertai salah satu masalah tersebut dalam no.1 dan no.3 ayat 2 : 68 Ibid, Hal.23 69 Ibid. 70 Ibid, Hal.24 71 Ibid, Hal.27 72 Ibid, Hal.28

a. No.1 : Pada waktu malam dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan tertutup dimana berdiri sebuah rumah, dijalan umum atau didalam kereta api atau trem yang sedang bergerak. b. No.3 : Yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara : a) Membongkar; b) Memanjat; c) Memakai anak kunci palsu; d) Memakai perintah palsu; atau e) Memakai jabatan palsu.