BAB IV GAMBARAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

KAJIAN PANGAN LOKAL DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

Transkripsi:

51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Provinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari (BPS Bantul, 2014) : - Bagian Barat, adalah derah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km 2 (17,73% dari seluruh wilayah). - Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km 2 (41,62%). - Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km 2 (40,65%). - Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek.

52 Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari lima Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Batas wilayah yang berada di Kabupaten Bantul antara lain : - Utara : Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman - Timur : Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman - Selatan : Samudra Hindia - Barat : Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Bantul dialiri enam sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 Km2, yaitu : - Sungai Oyo : 35,75 km - Sungai Opak : 19,00 km - Sungai Code : 7,00 km - Sungai Winongo : 18,75 km - Sungai Bedog : 9,50 km - Sungai Progo : 24,00 km Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 Ha yang terbagi dalam 17 Kecamatan, yaitu : - Kec. Srandakan, luas 1.832 Ha (3,61%) - Kec. Sanden, luas 2.316 Ha (4,57%) - Kec. Kretek, luas 2.667 Ha (5,28%) - Kec. Pundong,luas 2.368 Ha (4,67%)

53 - Kec. Bambanglipuro, luas 2.270 Ha (4,48%) - Kec. Pandak, luas 2.430 Ha (4,79%) - Kec. Bantul, luas 2.195 Ha (4,33%) - Kec. Jetis, luas 2.447 Ha (4,83%) - Kec. Imogiri, luas 5.449 Ha (10,75%) - Kec. Dlingo, luas 5.587 Ha (11,02%) - Kec. Pleret, luas 2.297 Ha (4,53%) - Kec. Piyungan, luas 3.254 Ha (6,42%) - Kec. Banguntapan, luas 2.848 Ha (5,62%) - Kec. Sewon, luas 2.716 Ha (5,36%) - Kec. Kasihan, luas 3.238 Ha (6,39%) - Kec. Pajangan, luas 3.325 Ha (6,56%) - Kec. Sedayu, luas 3.436 Ha (6,78%) (BPS Bantul, 2014)

54 Sumber : BPS Bantul 2014 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Bantul 2. Iklim Menurut klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Bantul memiliki iklim muson tropis. Sama seperti Kabupaten lain di Indonesia, musim hujan di Kabupaten Bantul dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau pada bulan April hingga September (BPS Bantul 2014). Dari data Dinas Sumber Daya Air di Kabupaten Bantul terdapat 12 titik Statisun Pemantau curah hujan, yaitu Stasiun Pemantau Ringinharjo,

55 Nyemengan, Gandok, Kotagede, Pundong, Barongan, Ngetak, Gedongan, Piyungan, Sedayu, Ngestiharjo, dan Dlingo. Sepanjang tahun 2013 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yang tercatat di Stasiun Pemantau Ringinharjo, yaitu sebanyak 90,76 mm dengan jumlah hari hujan 29 hari. Dan suhu udara relative konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius (BPS Bantul, 2014). B. Penduduk Berdasarkan data hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2020, jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2014 adalah 968.632 jiwa yang tersebar di 75 Desa dan 17 Kecamatan. Dari jumlah tersebut, 482.805 jiwa adalah laki-laki atau 49,81% dan 485.827 jiwa adalah perempuan 50,19% (BPS Bantul 2015). Jika dibandingkan dengan data hasil sensus penduduk SP 2010 tahun 2010 yang tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bantul 911.503 jiwa berarti dalam 3 tahun terakhir telah terjadi pertambahan jumlah penduduk 57.129 jiwa (BPS Bantul 2015). Dengan luas wilayah 506,85 km 2, kepadatan penduduk Kabupaten Bantul tahun 2014 adalah 1.911 jiwa per km 2 dan kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Banguntapan yakni 4.755 jiwa per km 2 sedangkan Kecamatan Dlingo memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 650 jiwa per km 2 (BPS Bantul 2015).

56 C. Alih Fungsi Lahan Luas lahan sawah Kabupaten Bantul pada tahun 2014 menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan tercatat 15.191 Ha, lahan bukan sawah tercatat 13.639 Ha dan lahan bukan pertanian tercatat seluas 21.855 Ha. Lahan bukan sawah meliputi tegal/kebun, lahan ditanami pohon/hutan rakyat, tambak, kolam/tebat/empang, dan lainnya. Sedangkan lahan bukan pertanian meliputi tanah untuk bangunan dan pekarangan, hutan Negara, lahan tidak ditanami/rawa, dan tanah lainnya (BPS Bantul 2015). Pengunaan lahan di Kabupaten Bantul setiap tahunnya selalu berubah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, aktifitas penduduk dan perluasan kegiatan perkonomian. Perubahan tata guna lahan berhubungan dengan lahan kering, serta berpedoman pada kebijakan pembangunan Povinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Bantul dinyatakan sebagai salah satu daerah penyangga pangan (Laporan Kinerja Bantul 2014). D. Pendapatan Daerah Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya seperti tercermin dalam Produk Domestik suatu daerah. Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat. Salah satu cara untuk mengetahui peningkatan kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat

57 hasil perhitungan Produk Domestik Regional Bruto yang ditetapkan berdasarkan pada Harga Berlaku dan Harga Konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang sering dipergunakan untuk menilai kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah. PDRB disajikan menurut harga konstan dan harga berlaku. Berdasarkan data PDRB atas dasar harga konstan dapat dihitung pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan pertumbuhan riil kemampuan ekonomi suatu wilayah. Adapun dengan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilihat struktur ekonomi yang menggambarkan andil masing-masing sektor ekonomi. 1. Pertumbuhan Ekonomi Tabel 4.1 Tabel Produktivitas Per Sektor Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012 No Sektor 2010 2011 2012 (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 PDRB 3.967.928 100 4.177.204 100 4.400.313 100 2 Jumlah Angkatan Kerja 481.420 505.786 581.785 3 Pertanian 933.260 23,52 920.457 22,04 957.730 21,77 4 Pertambangan dan Penggalian 36.525 0,92 38.782 0,93 35,786 0.90 5 Industri Pengolahan 647.939 16,33 690,977 16,54 701,762 15,95 6 Listrik, Gas & Air Bersih 36.289 0,91 37.969 0,91 40.373 0,92 7 Konstruksi 454.480 11,45 486.930 11,66 511.749 11,63 8 Perdagangan, Hotel & Restoran 789.789 19,90 839.997 20,11 893.854 20,32 9 Pengangkutan & Komunikasi 287.236 7,24 311.285 7,45 333.688 7,59 Keuangan, Sewa & Jasa 10 Perusahaan 252.015 6,35 279.556 6,69 305.347 6,94 11 Jasa-Jasa 530.397 13,37 571.248 13,68 614.888 13,98 Sumber : Bappeda, 2013 Dilihat pada tabel produktivitas per sektor Kabupaten Bantul tahun 2010-2012, sektor pertanian merupakan pemasok tertinggi

58 produktivitas di Kabupaten Bantul. Tetapi pada tahun 2011 produktivitas di sektor pertanian mengalami penurunan. Tetapi kembali naik pada tahun 2012 sebesar 957.730. Selain itu di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai penyumbang kedua perkembangan produktivitas di Kabupaten Bantul. Karena dengan semakin banyaknya pembangunan hotel, restoran maupun tempat usaha yang berada di wilayah tersebut. Pada tahun 2014 perekonomian Kabupaten bantul secara umum menunjukkan trend membaik sehingga menciptakan iklim usaha yang makin kondusif. Hal ini, berdampak pula terhadap perekonomian Kabupaten bantul pada tahun 2014 ini, yaitu berada pada kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, mampu tumbuh 5,15% (BPS Bantul 2015). Bila dilihat dari sisi pertumbuhan sektoral, Kabupaten Bantul pada tahun 2014 belum mengalami perubahan dan masih didominasi oleh empat sektor utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa-jasa. Namun terjadi perubahan komposisi konstribusi dalam penyusun perekonomian yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 18,56%, industri pengolahan sebesar 18,63%, pertanian sebesar 18,64%, serta sektor jasa-jasa sebesar 15,69%. Kontribusi sektor pertanian yang dalam 5 tahun terakhir selalu menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian Kabupaten Bantul (Laporan Kinerja Bantul 2014).

59 E. Nilai Tukar Petani (NTP) Adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) atas bang-barang (produk) yang dihasilkan petani di perdesaan terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalm proses produksi pertanian. NTP juga merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan (BPS DIY 2015). Nilai Tukar Petani (NTP) Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Desember 2014 mengalami penurunan indeks sebesar 2,87 poin dibbanding NTP pada bulan November 2014 yaitu dari 102,52 persen menjadi 99,65 persen (BPS DIY 2015). F. Tingkat Pendidikan Penduduk yang Mencari Pekerjaan Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 UU no.20 Tahun 2003). Berdasarkan hasil SP2010 di BPS DIY, pesentase penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah di DIY sebesar 0,75 persen dan tidak sekolah sebesar 2,79 persen. Pendidikan yang tinggi merupakan salah satu tuntutan era globalisasi. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, merupakan modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas merupakan tujuan utama pembangunan manusia Indonesia seperti yang

60 tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi adalah upaya mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Berdasarkan hasil SP2010 Badan Pusat Statistik, penduduk Provinsi DI Yogyakarta usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 27,38 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 3,24 persen, tamat DIV/S1 sebesar 5,80 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,60 persen. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, tercatat jumlah pendaftar pencari kerja pada tahun 2014 sebesar 4.156 orang. Jumlah tenaga kerja yang ditempatkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul tahun 2014 tercatat sebanyak 2.316 jiwa, yang terdiri 657 orang laki-laki dan 1.659 orang perempuan (BPS Bantul 2015). Berdasarkan hasil survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun 2014 di Kabupaten Bantul, persentase penduduk angkatan kerja sebesar 67,55 persen, naik 0,77 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara persentase jumlah penduduk yang bekerja sebesar 97,43 terhadap jumlah angkatan kerja, bertambah sebesar 0,79 persen jika dibandingkan tahun 2013 (BPS Bantul 2015).

61 G. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bantul tahun 1984-2013. Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah penduduk (jiwa) di Kabupaten Bantul Tahun 1984-2013 Tahun Jumlah Penduduk 1984 667.629 1985 675.588 1986 682.476 1987 688.255 1988 693.418 1989 700.150 1990 706.733 1991 714.298 1992 721.372 1993 728.970 1994 737.055 1995 744.813 1996 751.594 1997 758.577 1998 764.208 1999 769.663 2000 776.624 2001 783.060 2002 789.754 2003 796.791 2004 803.140 2005 809.971 2006 820.541 2007 831.657 2008 856.206 2009 876.172 2010 911.503 2011 921.263 2012 930.276 2013 955.015 Sumber : BPS Kab. Bantul

62 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal tersebut dapat diketahui jumlah penduduk di Kabupaten Bantul pada tahun 1984 hingga 2013 terus mengalami peningkatan dan tidak ada tahun yang mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahun 1984 tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bantul sebanyak 667.629 jiwa, sedangkan tahun 2013 tercatat sebanyak 955.015 jiwa. Dalam kurun waktu 30 tahun, pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan sebanyak 1,07% setiap tahunnya. Dari data di atas pertumbuhan jumlah penduduk cenderung terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada penuruan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul setiap tahunnya. 2. Perkembangan Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Bantul tahun 1984-2013. Tabel 4.3 Perkembangan Alih Fungsi Lahan (Ha) di Kabupaten Bantul tahun 1984-2013 Tahun Alih Fungsi Lahan 1984 32.916 1985 32.916 1986 32.916 1987 32.960 1988 33.281 1989 33.282 1990 33.424 1991 33.432

63 Tahun Alih Fungsi Lahan 1992 33.501 1993 33.644 1994 33.767 1995 33.885 1996 33.929 1997 34.048 1998 34.089 1999 34.126 2000 34.242 2001 34.247 2002 34.375 2003 34.375 2004 34.606 2005 34.651 2006 34.740 2007 34.801 2008 34.845 2009 35.116 2010 35.220 2011 35.232 2012 35.203 2013 35.214 Sumber : BPS Kab. Bantul Dari data diatas dapat dilihat bahwa setiap tahun berturut-turut pada tahun 1984 hingga tahun 2013 alih fungsi lahan di Kabupaten Bantul mengalami kenaikan. Tidak ada tahun yang mengalami penurunan karena setiap waktu alih fungsi lahan pertanian pasti terjadi dan tidak akan mungkin berubah kembali menjadi lahan pertanian. Pada tahun 1984 hingga tahun 1986 jumlah lahan yang beralih fungsi masih stagnan atau tetap yaitu sebesar 32.916 Ha dan menjadi naik hingga tahun 2002. Kemudian alih fungsi lahan dari tahun 2002 hingga 2003 juga mengalami luas yang tetap sebesar 34.375 Ha.

64 Dari tahun 1986 hingga tahun 2011 perkembangan alih fungsi lahan di Kabupaten Bantul menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Selama 25 tahun berturut-turut alih fungsi lahan di Kabupaten Bantul terus mengalami kenaikan. Dalam kurun waktu 25 tahun, alih fungsi lahan di Kabupaten Bantul mengalami kenaikan sebesar 1.829 Ha. Jumlah tersebut cukup tinggi karena melihat daerah di Kabupaten Bantul merupakan daerah sektor pertanian. Hal tersebut dibuktikan bertambahnya kegiatan ekonomi yang semakin berkembang dan jumlah penduduk yang mengalami perkembangan juga mengakibatkan peralihan fungsi lahan. Pada tahun 2012, alih fungsi lahan berada pada luas 35.203 Ha. Dimana pada tahun tersebut mengalami penurunan dari tahun 2011 yang sebesar 35.232 Ha. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya karena suatu peralihan lahan non pertanian berubah menjadi lahan pertanian kembali seharusnya tidak bisa mengalami penurunan. Ini menjadi suatu tugas badan terkait untuk mengecek kembali daftar alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Kabupaten Bantul. Dari data di atas dapat dilihat bahwa perkembangan luas lahan yang dipakai untuk kegiatan non pertanian di Kabupaten Bantul cenderung mengalami kenaikan dari pada penurunan luas lahan sawah. Kenaikan alih fungsi lahan di Kabupaten Bantul dimulai pada tahun 1986 hingga tahun 2013.

65 3. Perkembangan PDRB di Kabupaten Bantul Tahun 1984-2013. Tabel 4.4 Perkembangan PDRB (juta rupiah) di Kabupaten Bantul menurut Harga Konstan Tahun 1984-2013 Tahun Total PDRB harga konstan 1984 144.721 1985 153.929 1986 164.495 1987 172.631 1988 180.054 1989 189.194 1990 198.393 1991 213.318 1992 224.635 1993 701.668 1994 757.530 1995 812.373 1996 866.488 1997 892.459 1998 809.932 1999 820.611 2000 2.584.537 2001 2.681.330 2002 2.800.956 2003 2.932.376 2004 3.080.313 2005 3.234.172 2006 3.299.646 2007 3.448.949 2008 3.618.060 2009 3.779.948 2010 3.967.928 2011 4.177.204 2012 4.400.313 2013 4.645.476 Sumber : BPS Kab. Bantul

66 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan PDRB di Kabupaten Bantul cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 1984 hingga tahun 1997 terus mengalami peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 1984 tercatat PDRB Kabupaten Bantul sebesar Rp 144.721,00 dan sampai tahun 1997 PDRB di Kabupaten Bantul sebesar Rp 892.459,00. Dalam kurun waktu 13 tahun PDRB di Kabupaten Bantul naik sebesar Rp 747.738,00. Pada tahun 1998 perkembangan PDRB di Kabupaten Bantul mengalami penurunan, karena pada tahun tersebut terjadi krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Dari tabel di atas, dilihat bahwa pada tahun 1998 PDRB di Kabupaten Bantul sebesar Rp 809.932,00. Turun sebanyak Rp 82.527,00 dari tahun 1997 sebesar Rp 892.459,00. Pada tahun 1999 hingga tahun 2013, perkembangan PDRB di Kabupaten Bantul cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 1999 tercatat bahwa PDRB di Kabupaten Bantul sebesar Rp 820.611,00 dan pada tahun 2013 sebesar Rp 4.645.476,00. Dalam kurun waktu 14 tahun PDRB di Kabupaten Bantul naik sebesar Rp 3.824.865,00. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan PDRB di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan PDRB terjadi pada tahun 1984 hingga tahun 1997. Dan tahun 1998 mengalami penurunan karena

67 adanya krisis moneter. Kemudian kembali naik pada tahun 1999 hingga tahun 2013. 4. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi DIY Tahun 1984-2013. Tabel 4.5 Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi DIY Tahun 1984-2013 Tahun Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) 1984 100,17 1985 96,68 1986 104,58 1987 106,47 1988 109,00 1989 102,30 1990 104,00 1991 105,00 1992 99,50 1993 96,91 1994 108,06 1995 109,32 1996 111,63 1997 114,44 1998 131,12 1999 121,49 2000 115,60 2001 125,86 2002 128,05 2003 133,28 2004 122,73 2005 122,50 2006 126,10 2007 127,67 2008 105,28 2009 107,84 2010 107,84 2011 115,16 2012 116,45 2013 116,89 Sumber : BPS Kab. Bantul

68 Dari tabel di atas dapat diketahui indeks NTP cenderung mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 1984, indeks NTP sebanyak 100,17. Dan mengalami penurunan pada tahun 1985 sebanyak 3,49 menjadi 96,68. Pada tahun 1986 hingga tahun 1988 indeks NTP mulai mengalami kenaikan. Tahun 1986 indeks NTP sebesar 104,58 dan menaik pada tahun 1987 dan 1988 sebesar 106,47 dan 109,00 hal tersebut dapat diketahui kenaikan indeks NTP pada tahun tersebut sebesar 4,42. Indeks NTP kembali turun pada tahun 1989 yaitu menjadi 102,30 dan kembali naik pada tahun 1990 hingga 1991 sebesar 2,7. Tahun 1990 indeks NTP sebesar 104,00 dan naik di tahun 1991 sebesar 105,00. Pada tahun 1992 indeks NTP mengalami penurunan menjadi 99,50, dan pada tahun 1993 juga mengalami penurunan sebesar 2,59 menjadi 96,91.Pada tahun 1994 indeks NTP mengalami kenaikan kembali yang cukup signifikan hingga tahun 1998, yaitu sebesar 23,03. Pada tahun 1999 dan tahun 2000 indeks NTP kembali menurun. Pada tahun 1999 indeks NTP sebesar 121,49 dan tahun 2000 indeks NTP sebesar 115,60 atau turun sebanyak 5,89. Pada tahun 2001 kembali naik menjadi 125,86. Dan mengalami kenaikan hingga tahun 2003 sebesar 133,28.

69 Pada tahun 2004 indeks NTP mengalami penurunan kembali hingga tahun 2005 yaitu sebanyak 0,23 dari tahun 2004 sebesar 122,73 menjadi 122,50 di tahun 2005. Di tahun 2006 hingga 2007 indeks NTP kembali naik sebesar 1,57 dari tahun 2006 sebesar 126,10 dan pada tahun 2007 sebesar 127,67. Indeks NTP di tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi 105,28 dan naik stabil di tahun 2009 dan 2010 sebesar 107,84. Pada tahun 2011 hingga tahun 2013 indeks NTP mengalami kenaikan kembali sebesar 1,73 dari tahun 2011 dengan indeks NTP 115,16 menjadi 116,89 di tahun 2013. 5. Perkembangan Jumlah Tingkat Pendidikan Penduduk yang Mencari Pekerjaan di Kabupaten Bantul Tahun 1984-2013. Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendidikan penduduk di Kabupaten Bantul yang Mencari Pekerjaan (jiwa/orang) Tahun 1984-2013 Tahun Sarjana (S1) 1984 184 1985 282 1986 303 1987 456 1988 402 1989 616 1990 741 1991 706 1992 797 1993 973 1994 1269 1995 1708

70 Tahun Sarjana (S1) 1996 1865 1997 1437 1998 1502 1999 2083 2000 1402 2001 827 2002 2439 2003 2556 2004 8788 2005 11755 2006 3985 2007 2916 2008 5856 2009 4585 2010 4465 2011 686 2012 1840 2013 4763 Sumber : BPS Kab. Bantul Dilihat dari tabel diatas yang menunjukkan data tingkat pendidikan sarjana (S1) di Kabupaten Bantul. Dari data tahun 1984 terlihat masih sangat minim penduduk yang telah mendapatkan gelar sarjana (S1). Tetapi dengan seiring berjalannya tahun, jumlah sarjana di Kabupaten Bantul mengalami kenaikan sedikit demi sedikit. Dapat di buktikan pada tahun 1984 sebanyak 184 sarjana, dan pada tahun 1985 hingga tahun 1990 jumlah sarjana mencapai 2.083. Tetapi pada tahun 2000 dan 2001 mengalami penurunan jumlah sarjana, yaitu dari jumlah 1.402 menjadi 827 di tahun 2001. Akan tetapi pada tahun 2002 sampai tahun 2005 kembali menaik jumlah yang menjadi sarjana. Peningkatan yang cukup besar terjadi di tahun 2004 dan 2005, yaitu

71 sebanyak 8.788 sarjana pada tahun 2004, dan sebanyak 11.755 sarjana pada tahun 2005. Data tingkat pendidikan sarjana dari tahun 1984 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada tahun 2013 di Kabupaten Bantul sebanyak 4.763 mendapat gelar sarjana.