BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penipuan dan skandal keuangan yang dilakukan oleh perusahaan Toshiba,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. kinerja seseoarang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak. perusahaan yang membuat laporan keuangan tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kantor akuntan publik juga untuk menjamin informasi yang diberikan. pihak pengguna laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada para pihak yang berkepentingan, laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan dari pemberian wewenang tersebut.pemilik (shareholders) tidak lagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja. yang dapat diamati dari adanya pergerakan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I pihak - pihak yang memiliki kepentingan antara pemilik dan manajemen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. laba. Sehingga informasi yang tepat sangat berpengaruh dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat sudah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun didalam negeri, kualitas audit menjadi perhatian publik. Skandal-skandal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi untuk memperoleh laba yang maksimal demi memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeriksa laporan keuangan dan menemukan kesalahan atau. adanya indikasi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor

BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. kondisi keuangan dari suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pada perusahaan tersebut. Akuntan publik atau auditor berfungsi

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 (1978), operasional perusahaan dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba.

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. shareholders (pemegang saham dan pemangku kepentingan) perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Earning Response Coefficient merupakan ukuran atas tingkat abnormal

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor, artinya bahwa penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Dalam hal ini, laporan keuangan harus memberikan informasi tentang kondisi dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Salah satu komponen yang paling penting di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Informasi laba dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahan yang memiliki laba meningkat dari tahun sebelumnya menggambarkan bahwa kinerja perusahaan lebih baik. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus berguna untuk investor dan calon investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis/rasional (Statement of Finacial Accounting Concept / SFAC nomor 1). Informasi tersebut juga harus dapat dipahami oleh mereka yang memiliki wawasan bisnis dan ekonomi supaya 1

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat membantu dalam pengambilan keputusan atau penyajian laporan keuangan harus disertai pengungkapan yang penuh (full disclosure). Informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab perusahaan, namun berbagai keterbatasan yang dihadapi perusahaan baik dalam kepemilikan sumber daya, informasi, teknologi dan juga dalam tujuan penyajian laporan keuangan, maka dalam hal ini perusahaan memerlukan jasa profesional seorang akuntan publik (auditor eksternal) untuk mengaudit laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 210 (2001: 210.1) menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, artinya bahwa akuntan publik merupakan profesi yang menuntut adanya sikap independensi, integritas dan objektivitas. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik akan mendapat kepercayaan atas tanggungjawab manajemen terhadap pihak eksternal yang memerlukan informasi laporan keuangan. Hubungan dari ketiga pihak yang terlibat dan fungsi yang ditimbulkan oleh aktivitas audit disajikan pada gambar 1.1. 2

Pihak I (Auditor) pengesahan audit Pihak III (Eksternal) pertanggun gjawaban Pihak II (Manajemen) Gambar 1.1 Hubungan dan fungsi yang ditimbulkan dalam audit Sumber: Bayangkara,IBK., Manajemen Audit: Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 2. Namun seiring perubahan zaman, hubungan antara manajemen, auditor maupun pihak eksternal lama kelamaan mulai terkikis, hal ini dibuktikan beberapa skandal akuntansi yang terjadi. Skandal-skandal akuntansi bukan hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Worldcom, Green Tree Financial Corporation, dan lain-lain. Kejadian yang serupa terjadi pula di Indonesia, seperti kasus PT. Ades Alfindo yang terungkap tahun 2004, kasus PT. Indofarma tahun 2004, kasus PT. Perusahaan Gas Negara tahun 2006, kasus PT. Bank Lippo tahun 2002, kasus PT. Kimia Farma tahun 2002, dan masih banyak lagi (Sulistiawan, et al. 2011: 53). Sebagai contoh kasus Enron yang terjadi pada tahun 2000, melibatkan Chief Executive Officer (CEO), komisaris, komite audit, auditor internal sampai dengan auditor eksternal. Skandal Enron berupa perhitungan atas total revenue Enron tahun 2000 dinyatakan sebesar $US 100,8 miliar dan dibenarkan oleh auditor eksternal Arthur Anderson. Laporan 3

keuangan tersebut diuji kembali oleh Petroleum Finance Company (PFC) dan ternyata hanya berjumlah $US 9 miliar dan Enron memiliki utang senilai $US 1,2 miliar yang disembunyikan dengan teknik off balance sheet. Hal ini mengakibatkan Enron pailit, rusaknya citra profesi akuntan dan kerugian ratusan juta dollar dialami investor (Sudirman, 2002; Tjager et al. 2003; dalam Luhgiatno, 2010: 17). Kasus manajemen laba yang terjadi baru-baru ini adalah kasus kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2008 PT. Waskita Karya. Kasus kelebihan pencatatan laba bersih sebesar Rp. 500 miliar diketahui saat dilakukan audit laporan keuangan menyeluruh seiringa pergantian direktur pada tahun 2008. Modus rekayasa keuangan yang digunakan sejak tahun buku 2004-2008 adalah dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu. (Kompas, Sabtu, 29 Agustus 2009) Salah satu bentuk manipulasi data adalah manajemen laba (earnings management). Manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi, karena sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan (preparers of financial statements), (Gumanti 2000: 105). Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer timbul karena adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik/pemegang saham (principal) dengan pengelola/manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal diantara mereka, karena manajemen memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang 4

memungkinkan melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Pada penelitian ini earnings management diukur dengan proksi real earnings management (manajemen laba riil). Hal ini berbeda dengan penelitianpenelitian terdahulu yang kebanyakan hanya memfokuskan pada teknik manajemen laba berbasis akrual (accrual-based earnings management) (Roychowdhury, 2006: 336). Konsep manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil merupakan konsep yang dikenalkan oleh Roychowdury (2006) untuk mendeteksi praktik manajemen laba melalui pendekatan aktivitas riil perusahaan. Manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil cenderung dilakukan oleh perusahaan yang kinerjanya menurun dengan motif untuk menghindari laba nol dan laba negatif. Penelitian Gunny (2010: 1), Roychowdhury (2006: 336), Cohen and Zarowin (2010: 2) menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act (SOX). Menurut Gunny (2010: 855) pergeseran dari manajemen akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko karena perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual diskresioner. 5

Menurut Roychowdhury (2006: 336), meskipun terdapat biaya yang terkait dengan manipulasi aktivitas nyata, manajemen tidak hanya mengandalkan tindakan manipulasi melalui akrual dalam memanipulasi laba karena manipulasi aktivitas riil digunakan apabila manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, manipulasi akrual hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, apabila tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas riil yang dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Oleh karena itu, metode manipulasi aktivitas riil menjadi alternatif lain bagi manajer yang dapat dilakukan untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang mudah dideteksi. Proksi real earnings management pada penelitian ini diukur dengan arus kas operasi abnormal (abnormal CFO). Dalam langkah preventif dan deteksi potensi manajemen laba maka strategi yang diperlukan adalah menelusuri kembali hubungan yang saling terkait antara auditor, manajemen dan pihak eksternal. Manajemen akan memenuhi fungsi pertanggungjawaban terhadap pihak eksternal dengan informasi yang ada di dalam laporan keuangan, namun pihak eksternal akan menerima informasi laporan keuangan tersebut jika telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu manajemen memerlukan jasa professional auditor untuk memastikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan dengan melakukan audit atas laporan keuangan. 6

Audit dapat mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pengguna laporan keuangan dengan menggunakan pihak luar yang independen (auditor eksternal) untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan akan terbantu dengan laporan yang dibuat oleh auditor dalam mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu kualitas audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses audit. Dari langkah preventif dan deteksi potensi manajemen laba yang telah diuaraikan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kualitas audit dan lama perikatan (auditor tenure) antara manajemen dan auditor sangat memengaruhi potensi terjadinya manajemen laba. Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ukuran KAP yakni KAP Big Four dan Non Big Four. Peneliti mengasumsikan KAP Big Four memiliki kualitas yang lebih baik dibanding dengan KAP Non Big Four. Auditor yang berkualitas baik kemungkinan dapat mengurangi kecenderungan manajer dalam melakukan manajemen laba. Hal ini karena auditor berkualitas baik lebih menjaga sikap independensi dan objektivitas. Selain diproksikan dengan ukuran KAP, kualitas audit juga diproksikan dengan auditor spesialisasi industri. Zhou dan Elder (2003: 103) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan dimensi dari kualitas audit sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. 7

Lamanya hubungan antara perusahaan dan auditor menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan, karena adanya kepentingan terhadap klien. Auditor tenure dalam jangka waktu yang lama, juga dapat menyebabkan auditor mengembangkan hubungan yang lebih nyaman dan kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, sehingga dapat menyebakan independensi auditor menjadi terancam. Auditor tenure juga menimbulkan rasa kekeluargaan yang lebih dan mengakibatkan kualitas serta kompetensi kerja auditor menurun ketika auditor mulai membuat asumsi-asumsi yang tidak tepat daripada evaluasi objektif dari bukti terkini. Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh ukuran KAP, auditor spesialisasi industri dan auditor tenure terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan manajemen laba riil menghasilkan kesimpulan yang berbedabeda. Penelitian Nihlati (2014: 9) menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan, auditor spesialisasi industri berpengaruh positif sedangkan auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Sedangkan penelitian Inaam dan Khmoussi (2012: 31) menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpenaruh positif dan signifikan, auditor spesialisasi industri dan auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. 8

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nihlati (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada (1) objek penelitian, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) uji statistik F dimana pada penelitian ini akan diketahui apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh simultan terhadap variabel dependen; (3) tahun penelitian, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Alasan peneliti memilih sektor industri manufaktur karena sektor industri manufaktur merupakan sektor industri yang terus meningkat dari tahun ke tahun dari sisi jumlahnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan juga karena sektor industri ini merupakan sektor industri terbesar yang terdaftar di BEI dan memiliki perusahaan terbanyak yaitu 140 perusahaan periode 2010-2013. Skandal manajemen laba juga beberapa tahun terakhir terjadi pada perusahaan-perusahaan manufaktur, seperti PT. Ades Alfindo (2004), PT. Indofarma (2004), PT. Kimia Farma (2002). Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil ternyata masih belum konsisten. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lanjutan dengan judul Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 9

2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013? 2. Apakah kualitas audit (diproksikan auditor spesialisasi industri) berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013? 3. Apakah auditor tenure berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013? 4. Apakah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) dan auditor tenure secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013? 3.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. 10

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. 3. Untuk mengetahui pengaruh auditor tenure terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. 4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) dan auditor tenure secara simultan terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manuaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. berikut: Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai 1. Manfaat Teoritis: Untuk pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi terutama berkaitan dengan auditing khususnya dalam bidang manajemen laba. 2. Manfaat Praktis a. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 11

b. Investor dan Calon Investor Informasi yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan akan membantu investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya kepada suatu entitas. Informasi tersebut diperoleh dari kualitas audit yang menunjukkan kewajaran laporan keuangan. c. Auditor Auditor akan memperoleh pentingnya informasi tentang kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil sehingga auditor harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugas auditnya. d. Manajemen Manajemen akan mengetahui bahwa pentingnya suatu audit untuk memastikan keandalan laporan keuangan dan juga pentingnya informasi yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan. 12