BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN. hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

ANALISIS EKUITAS ANGGARAN BELANJA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.77, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pendidikan. Alokasi Anggaran Belanja. APBD.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER PROGRAM STUDI AKUNTANSI-FEB UMS, 25 JUNI 2014 ISBN: SUB TEMA: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu aset sehingga perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih besar dari anggarannya untuk sektor pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di amandemen dan pasal 31 ayat (4) UUD 1945; Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Fungsi dari pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Jenjang pendidikan terdiri dari Pendidikan Dasar, Pendidikan menengah dan Pendidikan Tinggi. Dengan Program Wajib Belajar 9 dalam Pendidikan Dasar di Indonesia merupakan program Pemerintah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan jaman, pemerintah berupaya meningkatkan taraf 1

2 hidup rakyat dengan mewajibkan semua warga Negara Indonesia yang berusia 7-12 tahun dan 12-15 tahun untuk menamatkan pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP secara merata. Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan Menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pendidikan adalah salah satu urusan wajib yang harus mendapat prioritas dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah. Guna memenuhi amanat tersebut, dalam hal pembiayaan pendidikan, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

3 memberikan sebuah penegasan di pasal 49: (1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), (2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dijelaskan juga dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 pasal 38, bahwa Belanja pegawai (dalam belanja tidak langsung) merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pendanaan pendidikan dari sumber APBN dan APBD mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Besaran dana pendidikan yang memadai diharapkan dapat menjamin penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Pembagian tanggung jawab dan kewenangan yang jelas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota akan dapat mengoptimalkan dan mengefisienkan alokasi dana pendidikan. Penggunaan dana pendidikan yang sesuai dan tepat memungkinkan pengalokasian dana yang efisien dan adil (Ghozali, 2004). Pemerintah menyebutkan pendidikan merupakan prioritas utama di Indonesia, sebagaimana telah disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan mendapatkan 20% alokasi dana dari APBD diluar gaji pendidik. Bagi sebagian kabupaten, pendidikan merupakan hal yang paling utama

4 dalam anggaran pemerintah daerah dan rata-rata menyerap hampir satu per tiga dari pengeluaran di tingkat pemerintah daerah. Setiap tahunnya porsi belanja untuk pendidikan terus meningkat di hampir seluruh kabupaten/kota. Pendidikan di tingkat kabupaten juga menjadi urusan wajib pemerintah kota sejak berlakunya UU tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut diatas. Sejak pertengahan tahun 1990-an, Indonesia telah mengalami peningkatan belanja pemerintah (nasional) untuk sektor pendidikan (World Bank, 2008). Sampai 2008 terus mengalami peningkatan belanja pendidikan, namun terjadi trend penurunan pada tahun 2004 yang disebabkan oleh rendahnya pelaksanaan anggaran dan adanya efek crowding-out pada sebagian besar sektor sosial yang timbul karena adanya peningkatan jumlah subsidi BBM. Terutama di tahun 2005, yang mungkin disebabkan oleh adanya transfer dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari pemerintah pusat, sehingga terjadi penurunan terhadap proporsi pengeluaran untuk pendidikan terhadap total anggaran. Akan tetapi, masih terdapat perbedaan dalam hal output dan pencapaian walaupun belanja pendidikan telah ditingkatkan. Beberapa kabupaten masih tertinggal, sementara kabupaten-kabupaten lainnya berhasil menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam mencapai sasaran-sasaran pendidikannya. Prasarana pendidikan yang buruk khususnya terlihat pada tingkat pendidikan dasar. Tahun 2006, sekitar 25% ruang kelas diseluruh Indonesia termasuk dalam klasifikasi rusak parah berdasarkan penilaian Depdiknas,

5 sedangkan 30% lainnya masuk dalam klasifikasi rusak ringan. Rehabilitasi sekolah-sekolah perlu dijadikan prioritas di tingkat kabupaten/kota, khususnya karena kondisi ruang kelas yang mempengaruhi kualitas dan pencapaian dalam sektor pendidikan (World bank, 2008). Pada akhirnya, besarnya anggaran pendidikan belum efektif dalam mempengaruhi kinerja sektor pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (Campos, 1996), yaitu: (1) distribusi guru yang kurang merata, misalnya, pada daerah-daerah terpencil baik karena alasan keamanan ataupun faktor-faktor yang lain, serta mutu guru yang disinyalir sangat memprihatikan, berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat itu, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan, (2) mutu sarana dan prasarana, merupakan salah satu faktor yang membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, serta (3) sumber daya. Selain faktor-faktor tersebut di atas, kurangnya keselarasan antara perencanaan dan penyusunan anggaran serta inefisiensi dalam alokasi anggaran juga dapat menghambat pencapaian sebagaimana yang diharapkan (Robert, 2003). Implikasinya, terkadang ketersediaan anggaran yang cukup besar (dalam nominal rupiah) namun tidak efektif dalam penggunaannya, sehingga dampaknya menjadi tidak begitu nyata bagi peningkatan kinerja pendidikan di masing-masing daerah (Reinnika and Smith, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh World Bank di tahun 2008 dalam hal investasi dalam

6 pendidikan di tingkat kabupaten/kota. Sedangkan kabupaten yang dipilih yaitu kabupaten Boyolali dikarenakan motivasi penduduk kabupaten Boyolali dalam mengikuti program pendidikan dasar 9 tahun relatif tinggi dengan melihat jumlah prosentase Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Yang merupakan sebuah tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota terhadap pendidikan dasar. B. Perumusan Masalah Memahami pola pengeluaran pemerintah kabupaten/kota dan bagaimana hal tersebut terkait dengan input dan output di bidang pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat membantu mengubah sumber daya pendidikan secara signifikan untuk meningkatkan pencapaian kualitas pendidikan (World Bank, 2008). Dengan melakukan analisis terhadap pengeluaran publik untuk pendidikan dapat dibuat penilaian yang baik terhadap efektivitas dan efisiensi pengeluaran pemerintah kabupaten/kota. Terkait dengan penjelasan tersebut dapat dirumuskan masalah belanja pendidikan sebagai berikut: 1. Berapa porsi belanja APBD pendidikan terhadap total APBD? 2. Bagaimana tingkat penyerapan belanja pendidikan melalui APBD? 3. Berapa komposisi belanja langsung dan belanja tidak langsung pendidikan kabupaten Boyolali terhadap total belanja APBD urusan pendidikan?

7 C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak terlalu luas, penulis melakukan penelitian ini sebatas Kabupaten Boyolali yang bertempat pada DPPKAD (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan serta Aset), adapun periode data yang dibutuhkan yaitu 7 tahun (2005-2011). D. Tujuan Penelitian Sebagaimana diuraikan dalam rumusan masalah, penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu: 1. Untuk menganalisis porsi belanja APBD pendidikan terhadap total APBD. 2. Untuk menganalisis tingkat penyerapan belanja pendidikan melalui APBD. 3. Untuk menganalisis komposisi belanja langsung dan belanja tidak langsung pendidikan kabupaten Boyolali terhadap total belanja APBD urusan pendidikan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Penulis Penelitian ini berguna dalam penyusunan skripsi dan menambah ilmu pengetahun tentang pemerintahan daerah.

8 2. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada para pemangku kepentingan di tingkat kabupaten Boyolali untuk melakukan penilaian sendiri atas pengelolaan pendidikan dan pengeluaran publik untuk mencapai sasaran pendidikan yang telah ditetapkan melalui Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM). Kemudian hasil penelitian diharapkan menjadi bukti empiris mengenai belanja publik pendidikan di tingkat kabupaten Boyolali. 3. Bagi Dunia Akademik Penelitian ini dapat digunakan sebagai literature dalam penelitianpenelitian selanjutnya mengenai akuntansi sektor publik terutama yang berkaitan dengan judul penelitian ini. F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mencakup segala konsep tentang penelitian mengenai definisi APBD, proses dan penyusunan APBD, struktur APBD, kebijakan pengelolaan dana APBD pendidikan, pembagian urusan

9 pemerintahan, evaluasi kinerja APBD, penanggungjawab pendidikan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat penjelasan tentang jenis penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang pengolahan data yang dilakukan dan hasil analisis pengolahan data yang terdiri dari gambaran umum kabupaten boyolali, visi dan misi, angka partisipasi pendidikan di kabupaten boyolali, analisis porsi belanja APBD pendidikan terhadap total APBD, analisis tingkat penyerapan belanja APBD pendidikan melalui APBD, analisis belanja langsung dan tidak langsung pendidikan terhadap total belanja APBD pendidikan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan penelitian yang telah di bahas pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang dapat dijadikan masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan.