10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan basis usaha rakyat, yang secara mengejutkan mampu bertahan di masa krisis 1997. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa UKM adalah penyumbang besar kepada kekuatan ekonomi negara dan telah terbukti terutama di saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan 1997. Sumbangan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) kepada masyarakat dan juga Negara adalah sangat signifikan dan bentuk sumbangan tersebut diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, penciptaan teknologi/metode baru dan juga produk baru untuk kepentingan Negara, membantu perkembangan usaha-usaha besar sebagai vendor (pemasok dan outsourcing) dan sebagainya. (Sukirno, 2004 : 366). Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Perannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha (www.depkop.com). Usaha-usaha yang memproduksi furniture dan kerajinan rotan merupakan salah satu bentuk UKM (Usaha Kecil Menengah). Dalam khasanah interior tradisional Indonesia, sejak dulu kursi rotan punya tempat terhormat. Terbuat dari rotan asli, mahal dan terlihat indah, baik itu berada di ruang tamu, ruang keluarga, atau hanya berupa "kursi malas" sekalipun.
11 Berpadu dengan nuansa modern terkini, rotan pun tetap bisa beradaptasi. Perpaduannya mampu menyajikan nuansa modern lebih berwarna sebagai modern etnik atau modern klasik. Kursi meja makan, sofa, serta kursi malas atau kursi goyang bisa menjadi interior yang memberi kenyamanan dan kelas tersendiri. Selain itu bahan baku rotan semakin disukai karena ramah lingkungan dan irit energi. Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batang untuk industri mebel rotan. Laju perdagangan rotan berkembang sangat pesat, dalam bentuk meja, kursi, tikar dan barang kerajinan lainnya. Dalam menjalankan usaha rotan, saat ini para pengrajin rotan dihadapkan pada beberapa masalah. Pada tahun 2008 lalu, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) melaporkan sedikitnya 144 perusahaan pengolahan rotan dari 426 unit usaha di sentra industri pengolahan rotan terbesar Cirebon, Jawa Barat bangkrut dan menjual seluruh asetnya akibat kesulitan mendapatkan pasok bahan baku rotan dari Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra. Kemerosotan di sektor pengolahan rotan terlihat sejak 3 tahun terakhir, dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Pengrajin rotan mengalami kenaikan biaya produksi akibat kekurangan bahan baku, hal ini diakibatkan oleh adanya kebijakan ekspor rotan mentah yang membuat petani lebih memilih menjual bahan baku ke China dan Vietnam (www.forumukm.com).
12 Tabel 1.1 Jumlah Anggota Koperasi Pengrajin Rotan Medan Tahun 2004 2008 Tahun Jumlah Anggota Jumlah Anggota Jumlah Anggota Terdaftar Aktif Pasif 2004 80 21 59 2005 80 18 62 2006 83 15 68 2007 85 17 68 2008 85 17 68 Sumber : Koperasi Pengrajin Rotan Medan (data diolah) Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat keaktifan anggota Koperasi Pengrajin Rotan Medan menurun sebelum tahun 2004. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 jumlah anggota yang aktif terus berkurang dan hanya bertambah dua anggota aktif pada tahun 2007 sampai dengan 2008. Kurang aktifnya anggota Koperasi Pengrajin Rotan (KOPINKRA) menurut Bapak Sunarto selaku Ketua Koperasi Pengrajin Rotan disebabkan oleh beberapa kendala yang dialami oleh para anggota koperasi tersebut, yaitu menurunnya tingkat penjualan produk rotan, kelangkaan bahan baku rotan dan persaingan harga antara usaha sejenis yang semakin ketat. Pengrajin rotan semakin kesulitan karena adanya tindakan penyelundupan rotan ke Malaysia, Vietnam dan China. Akibat tingginya volume bahan baku rotan yang mengalir ke luar negeri seperti Malaysia, Vietnam dan China membuat produksi furniture di negara tetangga tersebut semakin besar. Hal itu berimbas pada persaingan harga mebel rotan di pasar internasional serta
13 semakin rendahnya kualitas produk furniture. Akibat dari persaingan ini daya saing produk furniture rotan Indonesia di pasar dunia semakin menurun, padahal Indonesia merupakan pemasok terbesar rotan dunia (www.tempointeraktif.com). Toko Lestari Rattan and Furniture adalah merupakan salah satu toko yang menjual furniture dan kerajinan yang terbuat dari rotan di jalan Gatot Subroto No. 457 Medan. Bapak Ngatimin bersama sang istri Ibu Rosmawati sebagai pemilik usaha sekaligus pengelola Toko Lestari Rattan and Furniture telah memulai usahanya tersebut sejak tahun 1989. Bapak Ngatimin mendirikan usaha ini karena adanya keinginan untuk hidup mandiri, disertai kemampuan dan pengalaman di bidang usaha rotan yang diperoleh Bapak Ngatimin dari usaha rotan milik orang tuanya sendiri. Bapak Ngatimin telah mengalami masa-masa pasang surut dalam menjalankan dan mengembangkan Toko Lestari Rattan and Furniture. Untuk mempertahankan dan mengembangkan Toko Lestari, Bapak Ngatimin membutuhkan strategi usaha yang tepat. Dibutuhkan alat analisis untuk membantu Bapak Ngatimin membuat strategi usaha yang tepat dalam menghadapi persaingan usaha baik antara usaha sejenis (usaha furniture dan kerajinan rotan), usaha barang-barang substitusi seperti furniture kayu, furniture plastik, maupun furniture dengan bahan baku eceng gondok atau bambu, dan pendatang baru di bidang usaha rotan salah satunya adalah Analisis SWOT. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath), merupakan sebuah analisis yang menilai lingkungan internal perusahaan {Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan)}, serta lingkungan eksternal {Opportunity (peluang) dan Treath (ancaman)}. Hasil penilaian tersebut akan didapatkan informasi
14 seputar perusahaan, dan dengan informasi tersebut perusahaan akan dapat membuat strategi yang tepat guna, untuk memenangkan persaingan. Pada penelitian ini penulis ingin meneliti penerapan analisis SWOT pada UKM (Usaha Kecil Menengah), yaitu pada Toko Lestari Rattan and Furniture. Toko Lestari diharapkan mampu membaca lingkungan internal dan juga lingkungan eksternalnya agar dapat bersaing sehat dengan usaha sejenis, usaha barang-barang subtitusi, usaha pendatang baru, bahkan dengan usaha besar dan dapat menghadapi tantangan-tantangan usaha saat ini menyangkut ketersediaan bahan baku rotan yang berkurang dikarenakan penyelundupan bahan mentah, adanya kebijakan pemerintah mengenai ekspor rotan mentah dan masuknya furniture rotan impor dari China dan Vietnam dengan harga yang lebih murah dan kualitas yang baik. Di tengah kendala-kendala yang muncul inilah Toko Lestari membutuhkan analisis SWOT guna mendapatkan strategi yang tepat dalam menjalankan usahanya dan dapat memenangkan persaingan baik persaingan antara usaha sejenis (usaha furniture dan kerajinan rotan), usaha barang-barang substitusi seperti furniture kayu, furniture plastik, maupun furniture dengan bahan baku eceng gondok atau bambu, dan pendatang baru di bidang usaha rotan di sekitar jalan Gatot Subroto. Diharapkan strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT tersebut dapat membuat Bapak Ngatimin mampu menghadapi tantangantantangan usaha rotan saat ini dan mampu bersaing dalam lingkungan industri furniture di Kota Medan.
15 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Analisis SWOT pada Toko Lestari Rattan and Furniture Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture? C. Kerangka Konseptual Perencanaan strategis bukan merupakan hasil atau keluaran melainkan suatu proses yang terus berlangsung. Pemikiran strategis tidak memiliki titik akhir, dan akibatnya proses perencanaan berlangsung terus menerus. Salah satu dari proses manajemen strategis adalah mengenali lingkungan internal perusahaan (Strenght-Weakness) dan lingkungan eksternal perusahaan (Opportunity-Threat) (Zimmerer, 2002 : 37). Wirausahawan menilai kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness) perusahaan. Membangun strategi bersaing yang berhasil, mengharuskan perusahaan untuk memperbesar kekuatan untuk mengatasi kelemahannya. Setelah mendaftarkan inventori internal mengenai kekuatan dan kelemahannya, mereka kemudian beralih kelingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat) apa saja yang kiranya membawa dampak yang nyata terhadap bisnis (Zimmerer, 2002 : 42-43).
16 Analisis lingkungan internal (Strength-Weakness) dan lingkungan eksternal (Opportunity-Threat) perusahaan (Analisis SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2002). Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Strategi Perusahaan Threat (Ancaman) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Rangkuti (2002) dan Zimmerer (2002 : 37-43) diolah D. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut : Analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furiture
17 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah analisis SWOT yang telah dilakukan oleh Bapak Ngatimin pada Toko Lestari Rattan and Furniture selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi Objek Penelitian (Toko Lestari Rattan and Furniture) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa saran pada Bapak Ngatimin sebagai pemilik toko untuk mengetahui apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture. b. Bagi Penulis Memperluas wawasan penulis, khususnya pengetahuan di bidang manajemen strategi khususnya SWOT, dan menguji kemampuan berfikir penulis, melalui karya ilmiah dan mencoba menerapkan teori-teori yang penulis peroleh di bangku perkuliahan dengan membandingkannya pada kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat. c. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi bahan pembanding dalam
18 melakukan penelitian di masa datang, khususnya penelitian mengenai analisis SWOT di lokasi yang berbeda. F. Metode Penelitian 1. Batasan dan Identifikasi Penelitian a. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) pada Toko Lestari Rattan and Furniture, agar menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan. b. Identifikasi Penelitian Analisis SWOT 1. Strength (Kekuatan) Merupakan faktor-faktor internal positif yang dimiliki Toko Lestari dan mempunyai peran terhadap kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya. 2. Weakness (Kelemahan) Merupakan faktor-faktor internal negatif yang dimiliki Toko Lestari dan mampu merintangi kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya. 3. Opportunity (Peluang) Merupakan faktor-faktor eksternal positif yang dapat dimanfaatkan oleh Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.
19 4. Treath (Ancaman) Merupakan faktor-faktor eksternal negatif yang dapat merintangi kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Toko Lestari Rattan and Furniture, yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari-Mei 2009. 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, yaitu Toko Lestari Rattan and Furniture. Data primer ini diperoleh dengan wawancara (interview) dan observasi. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku-buku referensi,skripsi dan situs internet yang dapat mendukung penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : a. Pengamatan (Observation), yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan operasional pada Toko Lestari Rattan and Furniture untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. b. Wawancara (Interview), yaitu melakukan tanya-jawab langsung dengan pihak-pihak yang penulis rasa mampu memberikan data yang
20 dibutuhkan untuk penelitian ini seperti pemilik, karyawan dan konsumen Toko Lestari Rattan and Furniture. c. Studi Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data dari beberapa sumber data dan informasi seperti buku-buku, informasi dari internet, dan skripsi untuk digunakan sebagai bahan acuan dan data pendukung yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Metode Analisis Data Setelah memperoleh data hasil riset, dianalisis sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif adalah metode analisis yang mencari hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Dalam hal ini data aktual dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan yang memungkinkan dilakukan pemecahan masalah yang diselidiki, sehingga memberikan gambaran dan informasi mengenai masalah tersebut. Penulis akan meneliti SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) dari Toko Lestari Rattan and Furniture untuk melihat apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture, dengan melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Treath (Ancaman) bagi Toko Lestari Rattan and Furniture dengan menggunakan Matriks SWOT.