NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

BAB III HASIL PENELITIAN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

erau pelas benua guntung

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

Silaturahmi: Cara Efektif Mencari Solusi Bersama Senin, 21 November 2016

BAB III TRADISI TINGKEPAN PARI DI DESA PANDAN. tidak dapat dengan detail mengetahui semua fenomena-fenomena alam yang

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

Inilah Resep Nasi Tumpeng yg Sedap

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

PERTUNJUKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL SUKU USING DI DESA WISATA KEMIREN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB 2. Data dan Analisa. Proyek desain yang akan dibuat adalah merancang kembali identitas. Sumber data yang diperoleh adalah berdasarkan :

BAB I PENDAHULUAN. maupun udara. Dalam melaksanakan tugasnya TNI dibagi menjadi tiga satuan

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA OSING GUNA PENINGKATAN PAD DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI RISET PENDAMPINGAN. lain di Kecamatan Tulung. Desa yang memiliki luas 222,571 Ha ini

BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MAKANAN LAUK PAUK DAN SAYUR TRADISIONAL DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA

Tradisi Nyadran sebagai Komunikai Ritual

Persyaratan dan Ketentuan Bazaar HUT RI ke- 72

BAB I PENDAHULUAN. bangsa itu sendiri. Dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisi dan sopan serta memiliki berbagai kelebihan. Hal ini menimbulkan kesan

Di belakang ini ada Bar, La Bihzad Lounge namanya, ujar Sian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

BAB VI PENUTUP. Hasil penelitian ini telah menggambarkan tentang ritual barong ider bumi

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

simbol-simbol perbedaan budaya sebagai ciri khas setiap masyarakat.

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta wisata budaya sejarah yang menarik bagi wisatawan. Salah satunya

Ramadan Spesial di Pusat Negeri Tiongkok

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

Dua Saudara. Tarian sedih. Reporter: Evi Tresnawati Foto-foto: Evi Tresnawati

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan

2

Paket Balong Kabayan

: Klinggen Rt.05/II, Guwokajen, Sawit, Boyolali.

G.Sulawesi. Pengalaman Proyek Saya

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sebagai sumber pendapatan tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti

Interview Guide. A. Alif Faozi (Ketua Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandwa)

Transkripsi:

BARONG IDER BUMI Anda mungkin lebih mengenal Barong sebagai pertunjukan tari dari Bali. Dalam mitologi Bali, Barong adalah perlambang kebaikan, roh pelindung. Musuhnya ialah Rangda si tukang sihir jahat. Seni drama tari yang mengisahkan pertempuran Barong melawan Rangda, lazim disuguhkan sebagai atraksi wisata, dan sudah dikenal olehbanyakkalangan. Berbeda lagi dengan di Banyuwangi, Jawa Timur. Ada Ritual Upacara adat yang bernama Barong Ider Bumi, yang dilangsungkan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Barong Ider Bumi merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke 2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing, suku asli Banyuwangi,didesaKemiren. Tradisi yang dilaksanakan setiap tanggal 2 Syawal serta dimulai pukul 14.00 WIB (jam 2 siang) ini, bukan tanpa alasan. Bagi masyarakat Osing Kemiren, angka 2 adalah simbol ciptaan Tuhan, dimana sesuatu di dunia ini diciptakan Tuhan secara berpasangpasangan seperti siang dan malam, laki-laki dan perempuan dan seterusnya. Masyarakat Osing pantang melakukan tradisi ini di luar waktu tersebut, karena dipercaya malah mendatangkan bencana atau musibah bagi masyarakat. Waktunya digeser saja bisa mendatangkan kematian pada keluarga yang melestarikan barong. Dan itu pernah terjadi. Acara Barong Ider Bumi ini merupakan agenda tahunan yang rutin di gelar dengan swadaya masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memasukkan atraksi budaya Barong Ider Bumi sebagai salah satu rangkaian agenda pariwisata Banyuwangi Festival

TUMPENG SEWU Masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kembali akan menggelar tradisi Tumpeng Sewu. Sebuah ritual selamatan massal yang digelar warga Using Kemiren sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan yang diterima selama ini. Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Using, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar seminggu sebelum Idul Adha. Tahun ini bertepatan jatuh di hari Minggu, 4 September. Tradisi ini akan diawali ritual Mepe Kasur. Beramai-ramai warga menjemur kasur di sepanjang depan rumah masing-masing dari pagi hari hingga menjelang sore. Kasur yang dijemur juga bukan sembarang kasur. Namun kasur khas warga Kemiren, yang cirinya berwarna hitam dan merah. Masyarakat Using ini meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Begitu matahari terbit, kasur akan segera dikelurakan dan di-pepe di depan rumah setiap orang, sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Penjemuran ini dari jam 07.00 hingga pukul 14.00, sebelum Ashar dimasukkan kembali. Bagi pengunjung yang hadir di acara Mepe kasur nanti juga bisa menikmati jajanan khas Kemiren, seperti pisang goreng telur, kucur, cenil, tape ketan khas Using, hingga kuliner rujak Soto dan pecelan. Tepat pukul 14.00, usai warga memasukkan kasurnya akan dilakukan arak-arakan Barong mengelilingi desa. Yang sebelumnya sesepuh desa melakukan ziarah ke makam leluhur Desa Kemiren, Buyut Cili,. Selanjutnya ritual ini akan diteruskan dengan menggelar selamatan tumpeng sewu. Setiap rumah warga Using mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Tumpeng ini adalah nasi dalam bentuk kerucut dengan lauk pauk khas Using, yakni pecel pithik (ayam panggang dibalut parutan kelapa).

Ritual ini akan dimulai sesudah adzan maghrib, di mana akan digelar sholat berjamaah di Masjid Nur Huda. Sebelum makan tumpeng sewu warga akan di ajak berdoa agar warga Desa Kemiren dijauhkan dari segala bencana, dan sumber penyakit karena ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala. Sebab itulah warga Using menjaga tradisi itu hingga turun menurun. Juga "ngarak barong" sebagai simbol penjaga Desa Kemiren,". Usai sholat berjamaah, akan dilanjutkan penyalaan oncor ajug-ajug (obor bambu berkaki empat) dari ujung jalan desa sebagai penerang jalan. Uniknya, api pertama penyalaan obor ritual ini diambil dari api biru (blue fire) Gunung Ijen. Setelah obor dihidupkan, seluruh warga akan menggelar tumpengnya di depan rumah masingmasing, untuk dimakan bersama-sama. Tumpeng yang disuguhkan setiap warga nantinya berbentuk kerucut yang memiliki makna petunjuk untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, di samping kewajiban untuk menyayangi sesama manusia dan lingkungan alam. Sementara pecel pithik sebagai lauk pelengkap mengandung pesan moral yang tinggi, yakni "ngucel-ucel barang sithik". Diartikan mengajak orang berhemat dan bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya. Ritual yang digelar setiap tahun ini selalu dihadiri ribuan warga Banyuwangi. Setiap pengunjung yang datang dipersilahkan untuk menikmati hidangan, karena sudah menjadi tradisi warga Using Kemiren untuk menjamu setiap tamu yang datang.

NGOPI SEPULUH EWU Mengangkat pamor kopinya, Banyuwangi menggelar Festival Ngopi Sepuluh Ewu, pada setiap tahunya. Dalam festival itu, sepuluh ribu cangkir lebih akan disuguhkan kepada pengunjung di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi. Sak Corot Dadi Saduluran. Itu merupakan istilah yang biasa dipakai warga using Desa Kemiren atas tradisi ngopi bareng mereka, yang artinya Sekali Seduh Kita Bersaudara. Istilah inilah yang coba akan diangkat dalam festival ini. Ribuan kopi akan dihidangkan setiap rumah di sepanjang jalan utama Desa Kemiren, yang panjangnya mencapai 1,5 kilometer. Kopi dan jajanan khas Kemiren akan disajikan di pelataran rumah bagi siapapun tamu yang hadir. Wangi kopi pun akan mengular malam itu dari sepuluh ribu cangkir yang terhidang. Membuat hangat suasana desa yang terletak di kaki Gunung Ijen. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng. "Istilah Sak Corot Dadi Saduluran ini yang jadi inspirasi kami menggelar Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang telah kita gelar rutin sejak empat tahun lalu. Minum kopi bersama ini menjadi sarana mempererat jalinan silaturahmi antar masyarakat Using yang sudah terkenal keramahan dan keluwesannya,.. Bramuda menambahkan, festival ini menjadi bagian promosi dan memperkenalkan kopi khas Banyuwangi, sekaligus untuk mengenalkan tradisi minum kopi Banyuwangi. Kopi telah menjadi salah satu produk perkebunan yang menjadi andalan Banyuwangi. Data mencatat produksi kopi di Banyuwangi mencapai 8.047 ton pada 2015, meningkat dari tahun 2014 yang 7.992 ton. Angka produktivitasnya mencapai 19,49 kwintal per hektar. Festival ngopi ini akan dikemas dengan cantik. Digelar malam hari, pelataran rumah warga akan disulap menjadi ruang tamu dadakan. Meja kursi tamu yang diusung keluar akan tersaji bubuk kopi dan jajanan khas Banyuwangi, seperti klemben (bolu khas Banyuwangi), pisang rebus, serabi, lanun, lopis, rengginang, aneka kripik hingga ketan.

Kopi yang akan ditampilkan dalam festival ini adalah kopi Jaran Goyang produksi Kemiren sendiri. Uniknya, cangkir penghidang yang dipakai memiliki bentuk dan motif yang seragam. Di festival ini, setiap orang bisa duduk di halaman rumah siapa saja. Sang empunya rumah akan menyambut dan mengajak tamu yang hadir untuk mencicipi kopinya. Selain itu, di festival ini juga akan digelar berbagai aktivitas dalam bentuk pameran, mulai sesi cupping atau seni menghirup aroma, menyeruput, dan meneguk kopi. "Selain bisa menikmati kopi yang terhidang di halaman rumah-rumah warga, para wisatawan juga bisa mengikuti pameran kopi lewat booth (tenda) yang disediakan panitia. Pameran kopi tersebut sudah dilangsungkan 2 hari sebelum pelaksanaan Festival Ngopi Sepuluh Ewu.