BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Entitas yang berkembang dengan baik umumnya memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada entitas (PSAK 1, 2013:1.3). PSAK menentukan bahwa Laporan Keuangan harus disajikan secara wajar dan mematuhi aturan. Laporan Keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dari transaksi, peristiwa lain dan kondisi yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan dan beban diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika dibutuhkan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar, (PSAK 1, 2013). Selain menyediakan laporan keuangan, perusahaan juga harus menyediakan annual report yang di dalamnya mencakup hasil opini auditor. Mengapa audit dibutuhkan? Menurut Al. Haryono Jusup (2010), audit diperlukan karena memiliki manfaat ekonomis dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko informasi, yaitu risiko yang mencerminkan kemungkinan informasi yang dijadikan dasar untuk menilai risiko bisnis telah dibuat dengan tidak tepat sehingga diperlukan audit. Selain itu, audit juga diperlukan karena memiliki manfaat 1
2 ekonomis lain seperti dapat memiliki akses ke pasar modal, mendapatkan bunga yang rendah dari kreditor, mencegah terjadinya ketidakefisienan dan kecurangan, serta perbaikan dalam pengendalian dan operasional. Hasil audit pada annual report dapat menyebabkan adanya perbedaan persepsi antara pihak auditor dengan pengguna jasa audit atau disebut audit expectation gap (AEG). Pihak pengguna yang dimaksud adalah pihak seperti investor, akademisi, dan pemerintah. Expectation gap ini terjadi akibat tidak imbangnya pengetahuan yang memadai oleh kalangan pengguna laporan keuangan tahunan dengan batasan apa saja yang seharusnya auditor kerjakan. Menurut Nieschwietz et al (2000 dalam Koroy 2008), expectation gap adalah perbedaan standar yang diharapkan oleh pengguna jasa auditor eksternal melebihi dari apa yang dipercaya auditor dapat mereka berikan. Bukti adanya audit expectation gap masih banyak ditemukan, antara lain penelitian Best et al di Singapura pada tahun 2001 yang mengungkapkan bahwa terdapat gap yang luas di bidang tanggung jawab auditor untuk pencegahan dan deteksi penipuan, pemeliharaan catatan akuntansi, kebebasan dari adanya fraud, dan penilaian auditor dalam pemilihan prosedur audit yang digunakan. Eksistensi Audit Expectation Gap di berbagai negara antara lain ditemukan dalam penelitian Dixon et al (2006) di Mesir, Ali et al (2007) di Malaysia, dan Lin & Chen (2004) di China. AEG mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Auditor dianggap gagal karena banyak perusahaan yang diauditnya ternyata tidak sehat atau terjadi kecurangan bahkan tiba-tiba bangkrut. Contohnya
3 kasus Enron yang menjadi salah satu bencana akuntansi dunia sehingga auditor dinilai gagal untuk bersikap independen. Dikutip dari Media Akuntansi Edisi 18 (2001), contoh isu yang berkembang di Indonesia adalah hasil peer review di Indonesia yang dilakukan oleh BPKP terhadap 10 kantor akuntan publik (KAP) yang melakukan audit terhadap 37 bank bermasalah untuk tahun buku 1995, 1996, dan 1997. Peer review tersebut berdasarkan SK Menkeu No. 472/KMK.01.017/1999 pada tanggal 4 Oktober 1999. Data-data peer review setelah diolah oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Hampir semua KAP tidak melakukan pengujian memadai atas suatu akun; 2) dokumentasi audit kurang memadai; 3) terdapat auditor yang tidak memahami peraturan perbankan tetapi tetap menerima penugasan Laporan Audit atas bank tersebut; 4) pengungkapan tidak memadai dalam laporan audit; dan 5) terdapat auditor yang tidak mengetahui laporan dan opini audit yang sesuai standar. Hasil kesimpulan ICW, mensinyalir telah terjadi kolusi antara pihak bank dengan KAP yang mengauditnya, hal itu dapat dilihat dari opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan tetapi beberapa tahun kemudian bank tersebut mengalami kerugian. Dalam kasus tersebut, KAP tidak mengalami kecurangan karena dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) jelas disebutkan bahwa tujuan audit secara umum adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material mengenai posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas sesuai Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Media Akuntansi, 2001). Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa ada kesenjangan antara apa yang masyarakat harapkan untuk auditor kerjakan dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh auditor. Masyarakat mengharapkan auditor bekerja menghasilkan opini yang absolute atas pekerjaan mereka, padahal tugas auditor tidak seluas apa yang masyarakat harapkan. Auditor memiliki fungsi untuk memastikan bahwa laporan keuangan suatu entitas atau kliennya telah sesuai dengan PABU dan bebas dari salah saji material akan tetapi masyarakat tidak berpikir demikian. Telah banyak penelitian sejenis yang dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri, penelitian ini merupakan replikasi dari Best et al (2001) dan Ali et al
4 (2007) dengan menggunakan instrument penelitian dari Schullech dan Gramling & Wallace. Penulis memilih instrument tersebut karena penulis merasa instrument dari Schullech kurang menggambarkan adanya AEG sehingga penulis menambah instrument mengenai auditor dan proses audit serta peran auditor yang merupakan instrument penelitian dari Gramling & Wallace (1996). Penelitian Gramling et at (1996), Ihendinihu & Robert (2014), menyebutkan bahwa edukasi secara signifikan dapat mengurangi adanya AEG. Penelitian Ali et al (2007) juga menyebutkan bahwa internship atau magang juga dapat mengurangi adanya AEG. Hal ini berarti salah satu cara yang efektif untuk mengurangi AEG melalui edukasi yaitu antara mahasiswa dengan pendidik. Hal yang ingin penulis fokuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi mahasiswa mengenai audit, karena penulis menilai mahasiswa perlu memahami dan memiliki mindset yang baik tentang audit. Menurut penelitian sebelumnya, pendidikan atau edukasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi adanya AEG, maka penulis mengambil sample dari pendidik akuntansi atau accountant educator. Penulis juga mengambil sample penelitian dari auditor, karena penulis menilai auditor dapat menjadi tolok ukur bagaimana pekerjaan audit seharusnya dikerjakan. Penelitian ini dilakukan di Surakarta, karena di Surakarta banyak universitas yang memiliki program pendidikan akuntansi. Selain itu, di Surakarta juga terdapat beberapa kantor akuntan publik yang dapat digunakan sebagai objek penelitian.
5 Dapat disimpulkan, masalah yang difokuskan dalam penelitian ini antara lain karena penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi antara auditor, pendidik akuntansi, dan mahasiswa mengenai audit expectation gap. Diharapkan, mahasiswa dapat memahami pekerjaan dan hasil kerja auditor serta tanggung jawabnya, sehingga ketika mereka telah terjun menjadi seorang praktisi seperti investor, bankir, dan sebagainya, mindset mereka mengenai auditing menjadi lebih baik. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan persepsi tentang auditing maka penulis tertarik untuk mengambil judul Audit Expectation Gap pada Auditor, Pendidik Akuntansi, dan Mahasiswa Akuntansi di Surakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dibahas, sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada auditor? 2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada pendidik akuntansi? 3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada mahasiswa jurusan akuntansi? 4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada Auditor, Pendidik Akuntansi, dan Mahasiswa jurusan Akuntansi? 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah
6 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada auditor. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada pendidik akuntansi. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada mahasiswa jurusan akuntansi. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman mengenai Audit Expectation Gap pada Auditor, Pendidik Akuntansi, dan mahasiswa jurusan Akuntansi. 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Secara umum Menguji secara empiris keberadaan kesenjangan harapan audit mengenai faktor tanggung jawab, keandalan, kegunaan laporan auditan, auditor dan proses audit, serta peran auditor pada mahasiswa jurusan Akuntansi di Surakarta. Secara khusus Bagi Penulis: Sebagai sarana pembelajaran untuk membuat karya tulis ilmiah yang baik, bermanfaat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Bagi Mahasiswa Akuntansi Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai auditing, juga sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, serta meningkatkan kesadaran bagi
7 mahasiswa bahwa cakupan dari laporan audit tersebut terbatas dan hendaknya mindset mahasiswa terhadap laporan audit dapat berubah agar tidak salah kaprah. Bagi Profesi Akuntan Publik, KAP, IAI, dan Pemerintah Dapat digunakan sebagai wacana yang dapat memberikan dasar pemikiran dalam merumuskan standar maupun regulasi yang baru dan lebih modern sehingga lebih dapat dipahami dengan mudah. Bagi Akademisi / Pengajar Untuk meningkatkan atau merumuskan metode pembelajaran auditing yang baru agar mahasiswa lebih paham mengenai auditing.
8 1.5 Sistematika Bab-Bab Selanjutnya Sistematika dalam penelitian ini untuk bab-bab selanjutnya yaitu: BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang dijadikan dasar penelitian yang terdiri dari landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, pemilihan sampel, data yang diperlukan, sumber pengumpulan data, metode analisis, pengolahan data, dan pengujian hipotesis. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi objek penelitian yang terdiri dari gambaran umum sampel dan hasil olah data serta pembahasan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian yang akan datang.