BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang. berlaku, demi kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENELITIAN KAJIAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang saat ini

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang dialami oleh Lisa. Lisa disiram air keras oleh suaminya sendiri

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

Penanggulangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Jambi. Oleh: Nys. Arfa 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang didirikan berdasarkan azas-azas yang Islami

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran media massa yang ikut mengekspos kekerasan yang ada dengan beritanya yang selalu up to date dan akurat. Contoh kasus yang beberapa bulan lalu sempat menggemparkan yaitu kasus face off yang terjadi karena kekerasan yang dilakukan suami hanya karena cemburu bila melihat istrinya dipandang oleh orang lain. Karena tidak mampu menahan api cemburu maka sang suami tega menyiram istrinya hingga wajah sang istri mengalami kerusakan yang fatal. Kisah lain lagi yang diekspos dalam suara merdeka 25 juli 2006 adalah kisah dari nyonya Ht, seorang ibu rumah tangga dengan satu orang putri yang berusia 4,5 tahun. Dimana beliau telah menikah selama 6 tahun. Selama ini suaminya berlaku baik dan tidak ada yang mencurigakan namun pertengahan 2005 suaminya mulai susah untuk dihubungi dan selalu bercerita kalau sekarang memiliki ibu angkat yang memperhatikannya. Uang bulanan pun mulai menurun bahkan diakhir September tidak lagi ada uang bulanan. Setelah diselidiki ternyata suaminya menikah lagi dengan orang lain. Lain nyonya Ht lain pula dengan nyonya St seorang ibu rumah tangga dimana pernikahan beliau selama 19 tahun hancur dengan hadirnya orang ketiga. Setelah hadirnya orang ketiga maka nyonya St sering sekali mengalami tindakan kekerasan baik fisik, batin bahkan ekonomi

2 karena selama tiga bulan suaminya tidak pernah pulang dan memberi nafkah. Selama itu pula nyonya St tak pernah mau melaporkan keadaannya kepada pihak berwajib meskipun orang-orang terdekatnya memintanya untuk melaporkannya. Penolakan dilakukan dengan alasan suatu saat suaminya akan kembali kepadanya jika suaminya sudah tidak punya apa -apa dan jika telah puas. Dan sekarang suaminya telah kembali namun kekerasan itu terkadang masih dialaminya. Apalagi kalau suaminya tidak kerja dan tidak punya uang. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena yang sangat me narik. Istilah KDRT sendiri dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan terhadap seorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologi, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Bila dipersempit lagi kekerasan terhadap perempuan adalah bagian dari kekerasan dalam rumah tangga namun korbannya adalah perempuan. Kekerasan ternyata tidak hanya ada di Indonesia namun dibelahan bumi manapun juga, di USA, India dan Kenya. Dari pemerintah Amerika mengatakan bahwa di Amerika Serikat tiap 15 detik ada perempuan yang menderita kekerasan. Selanjutnya di India terdapat 40 persen ibu rumah ta ngga di kasari secara fisik oleh suaminya. Sementara itu di Kenya dari tahun 1998-1999 saja ada 60 perempuan terbunuh karena kekerasan dalam rumah tangga (Indrayati, 2003). Di Indonesia telah terjadi banyak kasus kekerasan terhadap perempuan. Data yang diperoleh dari Mitra Perempuan Women s Crisis Centre di Jakarta

3 dalam rentang waktu 1997-2002 telah menerima pengaduan 879 kasus, itu yang terjadi hanya di Jabotabek dan diantara itu 69 persen pelakunya adalah suaminya dari korban itu sendiri. Data itu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini terbukti dengan data yang dipaparkan oleh LBH APIK. Tahun 2000 terdapat 343 kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani, tahun 2001 sebanyak 471. Dari 471 kasus ini terdapat 302 kasus kekerasan terhadap istri seperti perselingkuhan, nafkah, poligami, dan penganiayaan termasuk juga kekerasan seksual. Dari data itu 154 korban memutuskan untuk bercerai, 15 korban melapor ke polisi dan 163 memilih kembali kepada suaminya (Indrayanti, 2003). Ditahun 2002 terdapat 530 kasus, tahun 2003 terdapat 627 kasus dan di akhir tahun 2005 terdapat 1046 kasus (Rahima, 2006). Di Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Rifka Annisa Women s Cricis Centre selama tahun 1999-2000 telah menerima pengaduan 994 pengaduan kekerasan terhadap istri. Dan kasus ini terus mengalami peningkatan hingga data terakhir yang didapat oleh Rifka Annisa WCC di bulan Agustus 2006 terdapat 1238 kasus (Rifka Annisa WCC, 2006). Selanjutnya secara lebih sempit lagi di wilayah Solo berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PT PAS sebuah lembaga swadaya masyarakat di kota Surakarta yang peduli terhadap nasib perempuan dan anak yang dikoordinir oleh BKRPP. Berdasarkan laporan dari lembaga ini hingga bulan November 2005 tedapat 74 kasus kekerasan terhadap istri yang sebagian besar telah masuk ke meja hijau dan belum sampai diputuskan mereka memilih untuk kembali ke suami mereka

4 masing-masing dengan alasan yang beraneka ragam mulai dari budaya tabu, cinta, anak bahkan ada yang beralasan kasihan. Sikap wanita korban KDRT sebagian besar cenderung melakukan tindakan afeksi yang bersifat positif dan cenderung memunculkan sifat menerima atas apa yang dialaminya dari pada menolak tindakan tersebut (Haryanti, 2005). Sikap menerima itu misalnya menerima apa yang menjadi pilihan hidupnya, diam tanpa melawan terhadap segala perlakuan suami, pasrah dengan menganggap bahwa itu merupakan karakteristik dan watak suami hingga memaafkan apa yang dilakukan oleh suami dan menganggap apa yang terjadi dalam rumah tangganya sebagai cobaan dari Tuhan. Penelitian yang dilakukan oleh O nell dan Kerig menunjukkan bahwa perempuan korban KDRT cenderung rendah diri dan menyalahkan diri sendiri hingga terciptalah atribusi internal terhadap kekerasan yang dialami (Nurhayati, 2003). Kebanyakan dari mereka lebih menerima keadaan. Apa yang mereka lakukan lebih pada bagaimana mereka memahami, menilai penyebab dari kekerasan itu sendiri dan kesadaran akan peran gender. Diketahui bahwa dalam hal ini emosilah yang paling berperan dalam sikap dan strategi yang akan dilakukan. Dimana ketika orang lain dianggap sebagai penyebab maka akan muncul rasa sakit hati dan keinginan untuk balas dendam tapi disisi lain mereka masih cinta terhadap suaminya. Seperti yang dikatakan Weiner (Nurhayati, 2003) rasa marah dapat muncul jika seseorang menilai peristiwa negatif yang menimpa dirinya akibat orang lain dan orang tersebut bisa mengendalikannya. Namun saat

5 nilai-nilai budaya dan tradisi masih terpegang erat dan budaya itu sendiri akan mengajarkan mereka untuk bersabar dan nrimo tidak mampu melawan. Maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang mulai terkuak menghantarkan kita pada pemikiran-pemikiran baru. Kasus demi kasus terus bermunculan tak ubahnya seperti fenomena gunung es yang terus meluas meski undang-undang tentang KDRT ini telah disahkan yaitu UU No 23 Tahun 2004. namun tampaknya undang-undang ini tidak berdampak signifikan karena terlihat dari tahun ketahun jumlah korban semakin meningkat. Apalagi kekerasan sering dianggap sebagai sebuah peristiwa domestik. Peristiwa yang hanya dikonsumsi oleh anggota rumah tangga itu saja sehingga sering kali masyarakat sekitar tidak mampu berbuat apa-apa. Ini bertolak belakang dengan UU KDRT Pasal 15 yang menyebutkan bahwa tiap orang yang mendengar, melihat, dan mengetahui terjadinya KDRT wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuan. Bentuk dari kekerasan cakupannya sangat luas. Seperti kekerasan fisik yaitu kekerasan yang mengakibatkan rasa sakit dan luka berat, kekerasan psikis yaitu kekersan yang mengkibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, kemampuan bertindak hingga penderitaan psikis yang berat, kekerasan seksual yaitu pemaksaan hubungan seksual dan yang terakhir adalah penelantaran dimana biasanya berkaitan dengan ekonomi. Pelaku kekerasan pun bermacam-macam ada yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, majikan terhadap pembantu, istri terhadap suami dan yang kasusnya semakin banyak dari hari kehari adalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Kasus ini terbilang unik karena sebagian besar korban melakukan upayanya masing-masing. Kekerasan

6 ternyata ada dibelahan bumi manapun. Bahkan di negara maju sekalipun. Diluar negeri mereka tidak ragu-ragu melaporkan kepihak yang berkompeten bila kekerasan terjadi namun lain halnya di Indonesia. Apalagi masyarakat Jawa memiliki upaya harmonisasi dalam pergaulan. Sikap rukun terhadap kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Jawa (Koentjaraningrat, 2004). Pentingnya menghindari konflik sangat dipertahankan sehingga dalam masyarakat Jawa sering terjadi represi guna mempertahankan harmonisasi yang telah ada dan telah tercipta (Widodo, 2004). Masyarakat Jawa memandang perempuan khusunya istri sebagai pelengkap dan system social patriarki di masyarakat Jawa abad 18 melahirkan ungkapan bahwa perempuan tidak ubahnya sebagai konco Wingking. Dimana maksudnya wanita hanya mampu bergantung pada suami saja dan ungkapan konco wingking menegaskan bahwa wanita Jawa menduduki striktur bawah (Koentjaraningrat, 1994). Sikap yang dilakukan oleh masyarakat khususnya Jawa yang merepresi apa yang dirasakan sangat menuai banyak pertanyaan apa yang mereka pikirkan atas kekerasan yang dialaminya. Dari fenomena maka permasalahan yang ingin diketahui yaitu bagaimanakah nilai-nilai perkawinan pada budaya Jawa dalam pandangan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga? B. Keaslian Penelitian Munculnya kasus kekerasan dalam rumah tangga ini telah memberikan ruang tersendiri dan mendapatkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat. Seiring terbukanya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga maka banyak

7 bermunculan penelitian-penelitian yang dilakukan dalam mengulas kasus ini. Namun selama ini penelitian yang ada hampir semuanya mengungkap hal yang sama dan belum adanya pertimbangan budaya yang ada dimasyarakat terutama tentang internalisasi nilai-nilai perkawinan dalam budaya Jawa. Selama ini penelitian yang ada lebih terfokus pada universalitas dan penelitian yang mampu untuk digeneralisasi. Misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2004) dengan judul Hubungan Antara Persepsi Tentang Kesetaraan Gender Dengan Kecenderungan Kekerasan Suami Terhadap Istri, Puji Astuti (2002) dengan judul Kemandirian dan Kekerasan Terhadap Istri, Dwi Haryati (2005) Sikap Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga, Hayati (2002) dengan judul Kekerasan dalam Rumah Tangga dan masih banyak lagi yang lainnya. Padahal faktor budaya ini sangatlah berperan dan merupakan faktor yang penting pula. Maka dari itu karena peneliti belum menemukan penelitian kekerasan dalam rumah tangga yang berlatar belakang budaya peneliti memulai untuk menelitinya dengan judul Nilai- Nilai Perkawinan Pada Budaya Jawa Dalam Pandangan Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Dengan demikian penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan asli. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam bagaimana nilai-nilai perkawinan pada budaya Jawa dalam pandangan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.

8 D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain : 1. Memberikan wawasaan baru bagi mahasiswa fakultas Psikologi tentang kekerasan dalam rumah tangga yang berkaitan dengan nilai-nilai perkawinan dalam budaya Jawa sehingga mahasiswa psikologi memiliki khasanah ilmu yang lebih aktual dan berkualitas. 2. Merupakan masukan yang berharga untuk lembaga -lembaga yang berdedikasi terhadap persoalan KDRT untuk lebih mengkaji segala kemungkinan dan lebih peka terhadap persoalan KDRT ini. 3. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat luas yang berminat pada persoalan KDRT terutama untuk menciptakan kepedulian terhadap korban dan mengetahui kebenaran dari nilai-nilai perkawinan dalam budaya Jawa. 4. Menumbuhkan kesadaran bagi korban untuk mengetahui dan memahami tentang konsep perkawinan dan lebih mampu mengelola konflik khususnya bagi masyarakat Jawa dengan budaya yang masih sangat melekat.