BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 / 01/53/ Th.XVI /2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Persentase penduduk miskin Provinsi NTT pada periode Triwulan III mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode Triwulan I, yaitu dari sebesar 21,23 persen menjadi 20,48 persen. Pada periode Triwulan I sampai Triwulan III terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 26,4 ribu orang. Sebanding dengan hal tersebut pada periode kwartal III laju pertumbuhan PDRB NTT (Q-to-Q) mengalami kenaikan sebesar 2,78 persen. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif dapat meningkat pendapatan perkapita penduduk dan selanjutnya meningkatkan pengeluaran konsumsi yang dapat mengangkat rata-rata konsumsi penduduk dari garis kemiskinan. Selama Periode juga ditandai dengan inflasi umum di NTT relatif rendah, yaitu sebesar 1,24 persen. Pada Triwulan III, jumlah penduduk miskin kembali turun menjadi 986,50 ribu orang atau berkurang sebesar 26,4 ribu orang dibanding Triwulan I. Selama -, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,55 persen, yaitu dari Rp 198.553,- per kapita per bulan pada menjadi Rp 203.607,- per kapita per bulan pada. Kenaikan GKM pada periode ini sebesar 2 kali dari nilai inflasi umum NTT (Inflasi bulan Maret-September = 1,24 persen). Pada periode -, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan 4,20 menjadi 3,53 pada keadaaan. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,27 menjadi 0,91 pada periode yang sama. Berita Resmi Statistik No. 05 / 01/53/ Th.XVI / 2 Januari 2012 1
1. Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi NTT, 2007-2011 Seiring dengan semakin pentingnya monitoring kemiskinan dalam perencanaan pembangunan, maka sejak tahun 2011 Susenas dilaksanakan secara Triwulanan. Jika dibandingkan dengan keadaan Triwulan I maka persentase penduduk miskin Provinsi NTT pada periode Triwulan III mengalami penurunan yaitu dari sebesar 21,23 persen menjadi 20,48 persen. Keadaan jumlah penduduk miskin Provinsi NTT pada periode 2007-2011 cenderung semakin menurun, akan tetapi terjadi kenaikan pada tahun 2010 (Tabel 1). Tahun 2010 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 0,95 ribu karena kenaikan harga yang digambarkan oleh inflasi umum, yaitu dari 1013,2 ribu pada tahun 2009 menjadi 1014,1 ribu pada tahun 2010. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 23,31 persen pada Maret 2009 menjadi 23,03 persen pada Maret 2010. Walaupun terjadi penurunan persentase kemiskinan pada periode ini, ternyata rata-rata laju pertumbuhan penduduk NTT sebesar 2,07 persen mempengaruhi pertambahan penduduk miskin tahun 2010 jika dibanding keadaan Maret 2009 sebanyak 0,95 ribu penduduk. Pada periode 2007-2011 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 1163,6 ribu (27,51 persen) pada tahun 2007, menjadi 1098,3 ribu (25,65 persen) tahun 2008, 1013,2 ribu (23,31 persen) tahun 2009 dan menjadi 1014,1 ribu (23,03 persen) pada tahun 2010. Pada periode Triwulan I sampai Triwulan III terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 26,4 ribu orang. Sebanding dengan hal tersebut pada periode kwartal III laju pertumbuhan PDRB NTT (Q-to-Q) mengalami kenaikan 2,78 persen. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif dapat meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dan selanjutnya meningkatkan pengeluaran konsumsi yang dapat mengangkat rata-rata konsumsi penduduk dari garis kemiskinan. Selama periode juga ditandai inflasi umum di NTT relatif rendah, yaitu sebesar1,24 persen. Selain itu, faktor pendorong lain penyebab meningkatnya kondisi ekonomi konsumen di NTT adalah meningkatnya konsumsi makanan dan non makanan yang bisa dilihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) NTT pada Triwulan III-2011 sebesar 105,78, yang berarti kondisi ekonomi konsumen meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi NTT Menurut Daerah, 2007-2011 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 2007 124,9 1038,7 1163,6 16,41 29,95 27,51 2008 119,3 979,1 1098,3 15,50 27,88 25,65 2009 109,4 903,7 1013,2 14,01 25,35 23,31 2010 107,4 906,7 1014,1 13,57 25,10 23,03 2011 117.0 895.9 1,012.9 12.50 23.36 21.23 2011* 99,23 887,27 986,50 10,47 22,93 20,48 Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2007-2010, Trw I *) dan Trw III Sept. 2011 Berita Resmi Statistik No. 05 / 01/53/ Th.XVI / 2 Januari 2012 2
2. Perkembangan Penduduk Miskin Maret 2010 - Jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2010 sebesar 1,014 juta orang (23,03 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada sebesar 1,012 juta orang (23,31 persen), berarti jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 turun sebesar 1,19 ribu. Pada Triwulan III, jumlah penduduk miskin kembali turun menjadi 986,50 ribu orang atau berkurang sebesar 26,4 ribu orang dibanding Triwulan I. Selama periode -, terjadi penurunan penduduk miskin di daerah pedesaan yaitu berkurang 8,6 ribu, sementara di daerah perkotaan berkurang 17,8 ribu orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah. Pada bulan, sebagian besar (88,45 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan, sementara pada bulan menjadi 89,94 persen. Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2010 - Daerah/Tahun Perkotaan Makanan Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Bukan Makanan Total Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Maret 2010 172.433 69.374 241.807 107,4 13.57 190.084 194.877 77.584 78.529 267.669 273.406 117,0 99,23 12.50 10.47 Pedesaan Maret 2010 131.757 28.986 160.743 906,7 25,10 Kota+Desa 148.657 153.292 33.022 33.212 181.679 186.504 895,9 887,27 23,36 22,93 Maret 2010 139.065 36.243 175.308 1.014,1 23,03 156.786 161.476 41.766 42.130 198.553 203.607 Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2010, Trw I *)dan Trw III Sept. 2011 1.012,9 986,5 21,23 20,48 3. Perubahan Garis Kemiskinan NTT Maret 2010- Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama -, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,55 persen, yaitu dari Rp 198.553,- per kapita per bulan pada menjadi Rp 203.607,- per kapita per bulan pada. Kenaikan GKM pada periode ini sebesar 2 kali dari nilai inflasi umum Berita Resmi Statistik No. 05 / 01/53/ Th.XVI / 2 Januari 2012 3
NTT (Inflasi bulan Maret-September = 1,24 persen). Persentase kenaikan garis kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan, yaitu masing-masing 2,66 persen dan 2,14 persen pada periode yang sama. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 78,96 persen, tetapi pada bulan, terjadi peningkatan persentase sedikit menjadi 79,31 persen. 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode -, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan 4,20 menjadi 3,53 pada keadaaan. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,27 menjadi 0,91 pada periode yang sama (Tabel 3). Pada periode ini terjadi kenaikan Indeks keparahan (P 2 ) untuk daerah perkotaan, yaitu naik sebesar 0,02 poin. Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa terjadi kenaikan ketimpangan penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin penduduk di daerah perkotaan. Kenaikan ini juga menunjukan adanya kenaikan intensitas kemiskinan di daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan. Tabel 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Nusa Tenggara Timur, - Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Tahun Kota Desa Kota + Desa 2,27 4,67 4,20 2,22 3,85 3,53 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) 0,65 1,42 1,27 0,67 0,97 0,91 Sumber: Diolah dari data Susenas Trw I dan Trw III Sept. 2011 Berita Resmi Statistik No. 05 / 01/53/ Th.XVI / 2 Januari 2012 4
5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Triwulan III bulan. Berita Resmi Statistik No. 05 / 01/53/ Th.XVI / 2 Januari 2012 5