Menelusuri Rancang Bangun Perahu Pada Masa Kerajaan Majapahit

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

PENDIDIKAN PANCASILA. Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Novia Kencana, S.IP, MPA

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

Kidung Sunda Pride, Sacrifice, Greed and Love

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan

DATA DAN ANALISA. - Muljana, Slamet Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, Yogyakarta : LKiS

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

Sejarah Kerajaan Majapahit

Teknologi Kuno Angkutan Air: Perahu Padewakang

Pertemuan XII Permukiman Kuna Di Trowhlan

Pendidikan Pancasila. Pancasiala Dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Pada Era Pra Kemerdekaan dan Era Proklamasi. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

Konsep Manajemen Pengelolaan Pesisir & Pulau- Pulau Kecil. Perencanaan Kawasan Pesisir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

I. PENDAHULUAN. Dalam perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai kemerdekaan

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009. BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

Membekalkan hasil tempatan dan hasil kawasan takluk kepada pedagang antarabangsa.

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5. 1, 2 dan 3. 1, 2 dan 4. 1, 2 dan 5.

Kerajaan Sriwijaya. 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

INTERAKSI KEBUDAYAAN

PENDIDIKAN PANCASILA

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Blitar memiliki banyak sektor pariwisata yang salah satunya

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA. Pendekatan pada teori teori proporsi pada arsitektur

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

Latihan Ulangan Semester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

Indikator Pencapaian Kompetensi. Kegiatan pembelajaran. Mencari artikel di perpustakaan dan internet mengenai lahir dan berkembangnya agama dan

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kerajaan Mataram Kuno

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

87 Universitas Indonesia

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

UKBM SEJARAH 3.6/4.6/1/6-1

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tuban merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang terletak di ujung

SRIWIJAYA JAYA SEPANJANG MASA. Oleh YUNANI* Disampaikan pada Seminar Nasional Masyarakat Sejarahwan Indonesia Cabang Sumatera Selatan

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

Bab 2. Bab. Bab 3 Bab 8. Bab 1. Bab. 5 Bab Bab 9. Tingkatan 4. Bab. Bab

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar!

SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA

MASARIAH MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga :

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

Benteng Fort Rotterdam

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

BAB VI KESIMPULAN. Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak

BAB 2: SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KIDUNG RANGGALAWE : PEMBERONTAKAN KEKUASAAN KIDUNG RANGGALAWE

1. Prasasti Kedudukan Bukit (605 Saka=683 M)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Transkripsi:

Menelusuri Rancang Bangun Perahu Pada Masa Kerajaan Majapahit Studi Persiapan Samodra Pendahuluan Sangat menarik untuk melakukan kajian tentang budaya bahari dan perahu- perahu yang digunakan oleh masyarakat Jawa pada masa Kerajaan Mapapahit,. hal ini mengingat bahwa kerajaan ini dipercaya memiliki wilayah yang demikian luas di Kepulauan Nusantara. Perahu- perahu dan armada laut yang memadai tentu sangat dibutuhkan untuk menjamin transportasi jalur laut yang lancar dan aman, untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politiknya. Permasalahan pertama adalah sampai sejauh ini tidak ditemukan gambaran yang konkrit tentang bentuk- bentuk perahu yang lazim digunakan pada era itu, baik pada tulisan- tulisan sastra kuno, prasasti, maupun pahatan- pahatan di dinding candi. Berbeda dengan masa Mataram Kuno, yang berkaitan dengan kerajaan bahari Sriwijaya di Sumatra, peradaban ini yang setidaknya meninggalkan jejak bentuk- bentuk perahuperahu mereka di Jawa pada pahatan relief candi Borobudur, sementara Majapahit yang bisa jadi lebih bersifat agraris seperti membisu dalam hal budaya baharinya. Masa Majapahit tidak meninggalkan bentuk dan gambaran yang jelas tentang perahuperahunya Permasalahan kedua adalah menentukan pada satu kurun waktu pada masa Majapahit, di mana akan dilakukan penelitian tentang budaya baharinya dan dicari bentuk bentuk perahu yang digunakannya, mengingat bahwa kerajaan ini mempunyai rentang waktu dari pertama berdiri sampai benar- benar runtuh sekitar 225 tahun. Satu jangka waktu yang cukup bagi satu teknologi perkapalan untuk berevolusi. Penulisan ini dimaksudkan sebagai bahan diskusi awal dan studi pendahuluan untuk masuk lebih dalam pada penelitian tentang bentuk bentuk perahu dan teknologi bahari yang dipakai pada masa Kerajaan Majapahit

Majapahit Kerajaan Majapahit didirikan oleh Wijaya, pada tahun 1293 di satu tempat yang disebutkan sebagai Hutan Orang Trik. Pada masa sekarang ini ada satu desa yang bernama Tarik, di Sidoarjo. Apakah tempat ini berkaitan dengan Hutan Orang Trik, yang dibangun oleh Wijaya, belum dapat ditentukan lebih lanjut. Masa keemasan Kerajaan Majapahit terjadi pada pemerintahan Rajasanagara Hayam Wuruk tahun 1350-1389. Pemahaman masa kini tentang seputar masa keemasan Majapahit ini, bersandar kepada uraian di dalam Kakawin Desawarnnana Negarakretagama - oleh Prapanca. Saat itu, Politik pemerintahan negara Majapahit dapat dikatakan sepenuhnya ada di tangan Patih Amangku Bhumi Gajah Mada [Muljana, 2005]. Masa akhir Majapahit tidak bisa dilihat dengan benar- benar jelas. Berita- berita orang Eropa, masih menuliskan tentang keberadaan Kerajaan Majapahit sampai tahun 1518. Pemberitaan dari tahun 1518 oleh Duarte Barbosa, menceritakan tentang penguasa Mapapahit yang bernama Patih Udara. Antonio Pigafetta, pada tahun 1522 menulis tentang masa akhir Majapahit dengan Rajanya yang bernama Pati Unus [Djafar, 2012]. Kita pahami bahwa Pati Unus yang meninggal tahun 1521, adalah penguasa Demak tahun 1518-1521 menggantikan Raden Patah. Dua berita itu mengindikasikan terjadi perubahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak pada sekitar tahun 1518 sampai 1521. Rentang waktu Kerajaan Majapahit dari pertamakali didirikan sampai benar- benar runtuh adalah sekitar 225 tahun.

Gambar 1. Wijaya - Kertarajasa Jayawardhana di patungkan sebagai Harihara, dari Candi Simping Sumberjati - Blitar Tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Foto : Samodra

Wilayah Majapahit Mahapatih Gajah Mada, sebagaimana disebutkan dalam Pararaton, mengucapkan janji untuk memperluas wilayah Majapahit, yang dikenal sebagai Sumpah Amukti Palapa. Ia Gajah Mada,Patih Amangkubumi, akan amukti palapa; Kecuali telah menaklukan Nusantara. Saya akan amukti palapa, sampai mengalahkan Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, sampai itu tercapai saya akan amukti palapa. Bersatu setelah menaklukan Dompo, Sunda, maka ia Gajah Mada mukti palapa. Menurut Negarakretagama pupuh 13 dan 14 [Muljana, 2005], wilayah Majapahit meliputi wilayah di Kepulauan Nusantara dan di Semenanjung Melayu. Di sebelah timur Pulau Jawa disebutkan wilayah terjauh adalah; Maluku, Seram dan Timor. Di Semenanjung Melayu disebutkan meliputi; Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Muara Dungun, Tumasik, Klang, Kedah, Jerai. Meski bukti- bukti adanya Pemerintahan Majapahit tidak selalu dapat diperoleh pada tempat- tempat yang disebutkan itu, Negarakretagama dengan tegas menyebut wilayah tersebut sebagai bagian dari Majapahit dan membedakannya dengan Wilayah Negara Sahabat. Setidak-tidaknya dapat dipahami bahwa telah terdapat ide tentang kesatuan wilayah pada Kepulauan Nusantara pada masa itu. Gambar 2. Surya Majapahit, Simbol Kerajaan Majapahit dari Candi Rimbi Wonosalam Tersimpan di Museum Trowulan. Foto : Samodra

Perahu Jawa Kuno Jawa adalah sebuah pulau yang terletak di antara gugusan pulau- pulau di Nusantara. Menilik lokasi geografisnya, pemahaman akan teknologi perahu dan teknik pelayaran bagi orang Jawa dapat dikatakan sebuah keniscayaan. Pelayaran dan jalur transportasi laut adalah urat nadi kehidupan yang berpengaruh secara langsung bagi hajat hidup bangsa- bangsa yang bermukim di kepulauan. Tidak banyak bisa diketahui tentang perahu Jawa pada masa silam. Meski banyak disebut dalam penuturan naskah- naskah kuno, Gambaran tentang tentang perahu Jawa masih tetap samar- samar. Deskripsi visual yang paling jernih tentang perahu Jawa pada masa lampau bisa dilihat di panel- panel relief Candi Borobudur dan Candi Penataran Perahu Candi Borobudur Borobudur adalah sebuah candi atau Monumen Buddha terbesar di dunia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi. Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi pada masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Ada sebelas pahatan perahu berbagai ukuran di Candi Borobudur. Perahu- perahu Borobudur ini tidak tampak mirip dengan perahu di Indonesia saat ini, akan tetapi secara umum dapat dikatakan menyerupai perahu Kora- Kora [ Horridge, 1986]

Gambar 3. Perahu Candi Borobudur - Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto : Samodra Panel pahatan menunjukkan sebuah perahu yang berlayar di lautan. Perahu terlihat menggunakan cadik, berlayar tiang ganda dan memiliki tiang layar tiga kaki (Tripod). Perahu memiliki bentuk yang simetri antara haluan dan buritan. Perahu menggunakan Kemudi Dayung (Lateral Rudders) di bagian buritan yang tampak terlihat sedang dikendalikan oleh awaknya. Awak perahu digambarkan sibuk dengan layar terkembang. Sebuah layar di haluan (Spritsail) terlihat sedang berkembang dengan seorang awak sedang menanganinya.

Gambar 4. Perahu Candi Borobudur - Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto: Samodra Panel pahatan juga menunjukkan sebuah perahu yang berlayar di lautan. Perahu berlayar tiang tunggal dan memiliki tiang layar berkaki tiga (Tripod). Bentuk perahu terlihat berbeda dengan perahu pada gambar 3. Cadik tidak teridentifikasi dengan jelas, kecuali melalui seorang awak perahu yang agaknya berdiri di samping perahu, bertumpu pada cadiknya. Gambar ikan besar di haluan perahu, tampaknya mengindikasikan bahwa perahu sedang berlayar di laut lepas. Juru mudi tampak mengendalikan perahunya di bagian buritan.

Gambar 5. Perahu Candi Borobudur - Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto : Samodra Perahu digambarkan sedang berlayar kemungkinan tidak jauh dari bandar. Sebuah perahu kecil terlihat di haluannya. Gambar 6. Perahu Candi Borobudur - Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto : Samodra Perahu tidak bercadik dan memiliki atap pelindung cuaca. Sebuah Kemudi Dayung terlihat di buritannya. Kemungkinan perahu ini sedang menyusuri sungai atau danau.

Perahu Candi Penataran Candi Palah atau lebih dikenal dengan nama Candi Penataran adalah sebuah gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwa yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi terbesar di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Diperkirakan candi ini awal dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi. Gambar 7. Perahu Candi Penataran- Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto : Samodra Gambar di atas banyak di deskripsikan sebagai sebuah perahu yang memperlihatkan struktur yang masih kabur dan perlu diidentifikasi lebih lanjut.

Gambar 8. Perahu Candi Penataran- Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto: Samodra Gambar perahu ini menunjukkan sebuah perahu kecil, kemungkinan perahu nelayan yang tampaknya sedang di dayung di Danau atau di Sungai.

Perkembangan Perahu Jawa Kuno Gambar 9. Perahu Candi Penataran- Panel Pahatan Relief Candi In Situ. Foto : Samodra Perahu Candi Borobudur. Layar Persegi dan Tiang Layar Kaki Tiga (Tripod). Bentuk Perahu tersebut dikatakan mendekati bentuk perahu Kora- Kora Seperti Gambar 10. Di bawah ini Gambar 10. Model Perahu Kora- Kora dari Sulawesi No. A4752 Weber Collection Tropenmuseum, Amsterdam [Horride, 1986]

Gambar 11. Perahu Pencalang, Banyuwangi 1830 [Paris, 1992] Pada perahu pencalang yang dijumpai di Banyuwangi tahun 1830an, tampak terlihat hiasan pucuk tiang layar dan tiang layar kaki tiga yang masih menyerupai perahu Candi Borobudur. Sementara perahu pencalang pada gambar 12. di bawah memiliki layar yang masih membawa ciri layar perahu Borobudur. Demikian juga sistem kemudinya. Gambar 12. Perahu Pencalang dari abad pertengahan ke XIX. Model dari Museum Ethnology, Leiden [Horridge, 1986]

Perahu Majapahit Sebagai negara besar di Kepulauan Nusantara, bandar- bandar Majapahit tentu ramai dengan perdagangan yang melewati jalur laut. Perahu- perahu niaga akan sibuk berlalulalang. Pelabuhan- pelabuhan penting pada masa Majapahit diantaranya adalah: Gresik; Sidhayu; Tuban, Surabhaya, Pasuruhan dan Canggu. Bukti- bukti keberadaan pelabuhan -pelabuhan niaga tersebut disebutkan dalam berbagai prasasti, Kitab- kitab kuno dan berita- berita yang ditulis para musafir. Namun, keberadaan pelabuhan- pelabuhan tersebut tidak serta- merta disertai dengan deskripsi yang gambling tentang perahu- perahu pada masa itu, yang dipakai untuk berniaga di pelabuhan- pelabuhan tersebut. Indikasi samar- samar tentang jenis perahu yang dipakai orang Majapahit dapat diambil dari Kidung Sunda [Berg, 1927]. Semua Naskah Kidung berasal dari Bali namun tidak dapat dipastikan apakah ditulis di Bali atau di Jawa. Pengarang tidak diketahui, kemungkinan ditulis sesudah tahun 1540. Meskipun Kidung Sunda adalah sepenuhnya karya Sastra yang tidak bisa dijadikan pegangan sejarah, tetapi, kisah yang diceritakannya kemungkinan berasal dari fakta sejarah. Pupuh I Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar. Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak dari Sunda disertai banyak sekali iringan. Mereka berlayar dengan 200 perahu besar dengan banyak perahu- perahu kecil yang menyertai Jumlah keseluruhan perahu- perahu tersebut setidaknya 2000 buah Namun sebelum rombongan bangsawan Sunda ini naik ke perahu, mereka melihat ada pertanda buruk. Perahu yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah Jung Tatar, yang semenjak Perang Wijaya secara umum memang banyak dipakai. (bait 1. 43a.)

Penyebutan Jung Tatar pada kidung ini, mengindikasikan bahwa ada jenis Jung Lain atau setidaknya perahu jenis lain yang secara politik dan psikologis tidak mengingatkan orang pada konflik di awal berdirinya Kerajaan Majapahit Jung Jawa Pada Akhir Masa Kerajaan Majapahit Dari beberapa naskah, didapat sedikit penjelasan tentang bentuk dari Jung Jawa. Catatan paling utama di dapat dari orang- orang Portugis yang secara langsung terlibat konflik dengan Pasukan Ekspesidi dari jawa pada tahun 1511. Gaspar Correia, menceritakan tentang pertempuran antara sebuah Jung Jawa melawan kapal- kapal Portugis. Kapal Flor de la Mar berjenis Nau atau Carrack, yang disebutkan dalam deskripsi Gaspar Correia terlibat langsung dalam konflik tersebut dapat menjadi acuan dasar. Gambar 13. Kapal Portugis Flor de la Mar.Gambar dari Wikipedia Kapal Flor De La Mar Nama Kapal : Flor de la Mar Galangan : Galangan Kapal Lisbon, Portugis Masa Aktif : Tahun 1502 sampai tahun 1511 Penjelasan : Tenggelam karena badai di perairan Sumatra Klas / Jenis : Nau atau Carrack, dengan tiga tiang layar Displasemen : 400 tons Ukuran Utama : Panjang 36 meter, Lebar 8 meter, Tinggi tidak tercatat

Deskripsi Jung Jawa Jung Jawa dideskripsikan oleh Gaspar Correia, sebagai berbeda dengan kapal kapal Portugis, dengan ukuran sangat tinggi dan sangat lebar bila dibandingkan dengan kapal Flor De La Mar. Lambung Jung Jawa terdiri dari empat lapis papan dengan dua Kemudi Dayung (Lateral Rudder) di kiri dan kanan perahu Detil lebih lanjut tentang Jung Jawa ini tidak didapat dengan jelas. Penutup Sejauh ini dari data yang ada dapat dilihat bahwa jejak Perahu Borobudur masih terlihat pada Perahu Pencalang Jawa sampai sekitar awal abad ke XIX. Jejak tersebut masih terlihat pada Bentuk Layar dan pada Tiang Layarnya, serta pada sistem kemudi lateralnya. Dengan demikian patut diduga bahwa pada masa Majapahit bentuk- bentuk ini tentu secara umum masih banyak dijumpai. Sampai saat ini belum ditemukan bukti bahwa bentuk lambung Perahu Borobudur, masih dipakai sampai masa Majapahit. Pada masa Majapahit, setidaknya pada periode akhir, terdapat jenis perahu yang disebut dengan Jung Jawa. Untuk menentukan bentuk dari Jung Jawa pada masa akhir Majapahit ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

Daftar Pustaka Berg, C.C, Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen. BKI 83: 1 161, 1927 Djafar, Hasan, Kapal Dalam Naskah dan Prasasti Abad XII- XIV : Mencari Bentuk Kapal Majapahit ( Sebuah Survei Bibliografis ), Makalah Lokakarya Mencari Bentuk Kapal Majapahit, 2009. Djafar, Hasan, Masa Akhir Majapahit- Girindrawarddhana & Masalahnya, Komunitas Bambu, 2012. Horrdige, Adrian, Sailing Craft of Indonesia, Images of Asia, Oxford University Press, 1986 Muljana, Slamet, Prof.Dr., Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit, LKiS, 2005. Muljana, Slamet, Prof. Dr., Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara- Negara Islam di Nusantara, LKiS, 2005. Muljana, Slamet, Prof. Dr., Tafsir Sejarah, Negarakretagama, LKiS, 2006. Nugroho, Irawan Djoko, Majapahit Peradaban Maritim Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia, Suluh Nuswantara Bhakti, 2010. Paris, E. Amiral, Le Voyage de la Favorite 1830-1832, Anthese, 1992 Rahardjo, Supratikno, Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir, Komunitas Bambu, 2011