BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Katalog BPS :

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BERITA RESMISTATISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

Transkripsi:

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi sebagai penyangga Ibukota Negara, maka Jawa Barat seringkali dijadikan barometer situasi dan kondisi makro di Indonesia. Pameo-nya, jika Jawa Barat baik, maka baiklah Indonesia, dan sebaliknya. Bertolak dari kondisi tersebut maka berbagai kebijakan strategi yang diambil pemerintah Jawa Barat tentunya sangat berpengaruh pada akselerasi percepatan pertumbuhan sektor-sektor dominan di Jawa Barat. Meskipun selama tahun 2007 tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh situasi ekonomi global, perekonomian Jabar memberikan masa depan yang cerah. Dengan kapasitas ekonomi yang sudah teruji, perekonomian Jawa Barat mampu meredam gejolak yang timbul selama tahun 2007. Hal ini dapat terlihat dari stabilitas ekonomi daerah yang selama satu dekade terakhir relatif terpelihara dengan baik. Kinerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang mampu berada diatas laju pertumbuhan perekonomian nasional. Pertumbuhan perekonomian nasional pada tahun 2007 ini mencapai 6,32 persen. Sedangkan perekonomian Jawa Barat mampu tumbuh sebesar 6,41 persen atau 0,09 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 35

Grafik 4.1 LPE Jawa Barat dan Indonesia Tahun 2001-2007 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen) 7 6 5 4.5 4.78 5.03 5.69 5.55 5.6 6.02 5.51 6.32 6.41 Persen 4 3 3.16 3.76 4.67 4.77 2 1 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Jawa Barat Indonesia Selama tahun 2007 semua sektor di Jawa Barat mampu tumbuh positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang kinerjanya dari waktu ke waktu nampak semakin melemah. Bila pada tahun 2005 sektor pertambangan dan penggalian tumbuh -7,29 persen dan pada tahun 2006 tumbuh sebesar -2,25 persen, maka pada tahun 2007 sektor ini kembali terpuruk dengan pertumbuhannya yang mencapai -7,03 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2007 ini banyak dipengaruhi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 12,68 persen dan 10,12 persen. 36 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Selama periode tahun 2007, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku di Jawa Barat mencapai Rp. 526,22 trilyun, atau mengalami peningkatan sebesar 11,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya sebesar Rp. 473,19 trilyun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 6,41 persen, yaitu dari Rp. 257,50 trilyun tahun 2006 naik menjadi Rp. 274 trilyun pada tahun 2007. Selanjutnya PDRB Provinsi Jawa Barat periode 2005-2007 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Masih dari pengelompokan sembilan sektor menjadi 3 sektor seperti tahun lalu yaitu; sektor primer, sekunder, dan tersier, tampak bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Provinsi Jawa Barat. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder di tahun 2007 mencapai Rp. 267,95 trilyun, atau meningkat 10,37 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 10,84 persen yaitu dari Rp. 164,88 trilyun di tahun 2006 menjadi Rp. 182,76 trilyun di tahun 2007. Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 15,25 persen atau dari Rp. 65,52 trilyun di tahun 2006 menjadi Rp. 75,51 trilyun di tahun 2007. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut belum menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 37

Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 2007 (Trilyun Rupiah) Lapangan Usaha 2005 2006*) 2007 **) [1] [2] [3] [4] I. Primer 58,38 65,52 75,51 1. Pertanian 46,43 52,59 62,89 2. Pertambangan 11,95 12,93 12,62 II. Sekunder 195,78 242,78 267,95 3. Industri 173,07 214,24 236,63 4. Listrik Gas dan Air 11,26 14,19 15,41 5. Bangunan 11,45 14,35 15,91 III. Tersier 135,08 164,88 182,76 6. Perdagangan 74,28 90,02 100,69 7. Pengangkutan 20,71 27,83 30,79 8. Lembaga Keuangan 11,79 12,75 15,25 9. Jasa-jasa 28,30 34,28 36,03 PDRB 389,24 473,19 526,22 Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Berdasarkan harga konstan 2000, sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier selama tahun 2007 menunjukkan kinerja yang meningkat dengan pertumbuhannya yang positif. Kinerja kelompok sektor sekunder tahun 2007 mampu tumbuh sebesar 7,36 persen dari tahun 2006. PDRB sektor sekunder tersebut pada tahun 2006 sebesar Rp. 127,96 trilyun naik menjadi Rp. 137,38 trilyun pada tahun 2007. Sementara itu kelompok sektor primer yang pada tahun sebelumnya mengalami penurunan, pada tahun 2007 ini meningkat sebesar 7.65 persen dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2006 PDRB kelompok sektor primer sebesar Rp. 41,80 trilyun maka pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 42,18 trilyun. 38 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 4.2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005 2007 (Trilyun Rupiah) Lapangan Usaha 2005 2006*) 2007 **) [1] [2] [3] [4] I. Primer 42,06 41,80 42,18 1. Pertanian 34,92 34,82 35,69 2. Pertambangan 7,14 6,98 6,49 II. Sekunder 118,76 127,96 137,38 3. Industri 105,33 114,30 122,70 4. Listrik Gas dan Air 5,65 5,43 5,75 5. Bangunan 7,78 8,23 8,93 III. Tersier 82,03 87,73 94,44 6. Perdagangan 47,26 50,72 54,79 7. Pengangkutan 10,33 11,14 12,27 8. Lembaga Keuangan 7,62 7,67 8,65 9. Jasa-jasa 16,82 18,20 18,73 PDRB 242,85 242,49 274,00 Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Adapun kelompok sektor jasa-jasa (tersier) yang merupakan sektor-sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi, pada tahun 2007 mampu menciptakan PDRB sebesar Rp. 94,44 trilyun sedangkan tahun 2006 sebesar Rp. 87,73 trilyun atau mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,65 persen. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 39

4.2. Struktur Ekonomi Sistem ekonomi suatu wilayah merupakan bagian dari supra sistem kehidupan, berkaitan erat dengan sistem sosial lain yang tumbuh dan berlangsung di dalam masyarakat. Sistem ekonomi biasanya sangat dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) yang ada dan berbeda-beda di tiap wilayah. Potensi SDA tidak lepas dari pengelolaan oleh manusia sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) menjadikan sangat beragam kegiatan perekonomian yang pada akhirnya memberikan warna tersendiri pada sistem ekonomi di suatu wilayah. Sistem ekonomi yang terbentuk pada suatu wilayah dapat memberikan gambaran bagaimana struktur perekonomian di wilayah tersebut. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral PDRB. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. Pada Grafik 4.2, diperlihatkan struktur ekonomi Jawa Barat pada tahun 2000 dan 2007 menurut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Dalam kurun waktu 8 tahun ini, terjadi pergeseran kontribusi yang cukup signifikan dari kelompok sektor primer yaitu dari 20,58 persen menjadi 14,35 persen. Adapun kelompok tersier kontribusinya meningkat dari 32,22 persen menjadi 34,74 persen, sedangkan kelompok sekunder meningkat dari 47,19 persen menjadi 50,91 persen. 40 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Grafik 4.2. Struktur Ekonomi Jawa Barat Tahun 2000-2007 34.73 34.85 34.7 35.49 33.97 32.99 32.42 32.22 2007, 14.35 2006, 13.85 2005, 15 2004, 16.46 2003, 16.61 2002, 17.92 2001, 19.06 2000, 20.59 47.19 48.53 49.09 49.43 48.06 50.3 51.31 50.92 Primer Sekunder Tersier Dalam kurun waktu 8 tahun nampak sekali bahwa kelompok sektor primer mengalami penurunan kontribusi yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang semakin tertinggal perkembangannya dari sektor-sektor lainnya. Sementara itu kelompok sektor sekunder terlihat semakin memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Jawa Barat. Sektor sekunder ini sangat didukung oleh sektor industri yang semakin meningkat. Selama tahun 2007 nampaknya kelompok sektor primer mengalami peningkatan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 4.3. Bila pada tahun sebelumnya kelompok sektor primer hanya menyumbang sebesar 13,85 persen, maka pada tahun 2007 ini meningkat menjadi 14,35 persen. Meningkatnya kontribusi kelompok sektor primer ini terutama didukung oleh meningkatnya sektor pertanian terutama pada sub sektor tanaman bahan makanan. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 41

Sedangkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Jawa Barat kembali mengalami penurunan. Bila pada tahun 2006 sektor pertambangan mampu memberikan kontribusi sebesar 2,73 persen, maka pada tahun 2007 ini hanya memberikan kontribusi sebesar 2,40 persen. Tabel 4.3. Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Sektor Dalam Perekonomian Jawa Barat Tahun 2005-2007 (Persen) Lapangan Usaha 2005 2006*) 2007**) [1] [2] [3] [4] I. Primer 15,00 13,85 14,35 Pertanian 11,93 11,11 11,95 Pertambangan 3,07 2,73 2,40 II. Sekunder 50,30 51,31 50,92 Industri 44,46 45,28 44,97 Listrik Gas dan Air (LGA) 2,89 3,00 2,93 Bangunan 2,94 3,03 3,02 III. Tersier 34,70 34,85 34,73 Perdagangan 19,08 19,02 19,13 Pengangkutan 5,32 5,88 5,85 Lembaga Keuangan 3,03 2,70 2,90 Jasa-jasa 7,27 7,24 6,85 PDRB 100,00 100,00 100,00 Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Sejak beberapa dekade, kelompok sektor sekunder yang didukung oleh sektor industri, sektor listrik, gas dan air (LGA) serta sektor bangunan selalu memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan dengan kelompok sektor yang lainnya.. Pada tahun 2007 ini kelompok sektor sekunder memberikan kontribusi sebesar 50,92 persen bagi 42 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

pembentukan PDRB Jabar. Sedangkan besaran konstribusi masing-masing sektornya adalah sebagai berikut; sektor industri sebesar 44,97 persen, sektor LGA sebesar 2,93 persen dan sektor Bangunan sebesar 3,02 persen. Pada tahun 2007 ini kontribusi kelompok sektor tersier mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan kontribusinya pada tahun 2006 bagi pembentukan PDRB. Jika pada tahun 2006 kontribusi sektor tersier sebesar 34,85 % maka pada tahun 2007 hanya sebesar 34,73 %. Kelompok sektor tersier ini didukung oleh sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 19,13 %, sektor pengangkutan dengan kontribusi sebesar 5,85 %, sektor lembaga keuangan dengan kontribusi sebesar 2,90 % dan sektor jasa dengan kontribusi sebesar 6,85 %. Dari uraian kontribusi diatas dengan melihat pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Jawa Barat sejak beberapa tahun ke belakang sangat didukung oleh sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian dengan kontribusi masing-masing merupakan penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Jawa Barat. Sedangkan sektor-sektor yang memberikan kontribusi terendah bagi pembentukan PDRB selama tahun 2007 adalah sektor LGA, sektor lembaga keuangan dan sektor pertambangan. 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, pertumbuhan tersebut dapat diukur melalui sebuah besaran dengan istilah pendapatan regional. Pendapatan regional bukan hanya berguna untuk menilai perkembangan ekonomi output suatu wilayah dari waktu ke waktu, tetapi juga membandingkan dengan wilayah lain. Dari pendapatan regional diperoleh pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 43

sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Demikian pula halnya di Provinsi Jawa Barat, dalam Rencana Strategisnya (Renstra), laju pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk selalu dievaluasi. 20 15 10 5-10 Grafik 4.3. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2001-2007 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007-5 Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa-jasa PDRB Secara umum, pada tahun 2007 perekonomian Jawa Barat mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,41 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh negatif sebesar 7,03 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang pertumbuhannya mencapai 12,68 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor bangunan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 10,12 persen dan 8,44 persen. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dipakai sebagai dasar (Base Line), maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok Pertama: adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata (6,41 persen); Kelompok Kedua: adalah sektor yang berhasil mencapai 44 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

pertumbuhan positif walaupun masih di bawah LPE rata-rata; Kelompok Ketiga: adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dalam Perekonomian Jawa Barat Tahun 2005-2007 Tahun Sektor 2005 2006*) 2007**) [1] [2] [3] [4] 1 Pertanian 1,41-0,34 2,49 a. Tanaman Bahan Makanan 2,57-0,81 3,88 b. Tanaman Perkebunan -2,65 1,54-1,32 c. Peternakan & Hasilnya 3,02 2,57-1,03 d. Kehutanan -40,23 5,45-6,95 e. Perikanan 2,87-5,65-0,10 2 Pertambangan & Penggalian - 7,29-2,25-7,03 a. Minyak & Gas Bumi - 7,34-2,64-7,59 b. Pertambangan Tanpa Migas - 22,78-1,41-2,31 c. Penggalian 0,28 3,40-0,33 3 Industri Pengolahan 8,62 8,51 7,35 a. Industri Migas - 12,03 1,11-3,36 b. Industri Tanpa Migas 9,19 8,68 7,57 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5,84-3,93 5,95 a. Listrik 7,16-3,96 6,00 b. Gas - 2,16-9,42 3,12 c. Air Bersih - 1,46 3,60 8,50 5 Bangunan 17,85 5,81 8,44 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,80 7,32 8,03 a. Perdagangan Besar & Eceran 6,36 7,81 8,98 b. Hotel 15,47 5,19 7,88 c. Restoran - 12,65 4,22 1,05 7 Pengangkutan & Komunikasi 0,20 7,88 10,12 a. Pengangkutan - 0,28 4,51 4,01 b. Komunikasi 1,36 16,09 23,50 8 Keuangan,Persewaan & Jasa Perush. 5,20 0,64 12,68 a. Bank 13,76-10,92 46,61 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 17,94 25,47 21,44 c. Sewa Bangunan 0,95 2,00-3,18 d. Jasa Perusahaan - 0,63 0,85 6,08 9 Jasa-Jasa 6,22 8,20 2,90 a. Pemerintahan Umum 4,55 5,64 2,73 b. Swasta 8,42 11,46 3,11 Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara PDRB 5,60 6,02 6,41 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 45

Dari Tabel 4.4. tampak bahwa pertumbuhan sektor yang termasuk pada kelompok pertama yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor pengangkutan & komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor dengan pertumbuhannya yang tertinggi di tahun 2007 yaitu sebesar 12,68 persen.. Setelah pada tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan yang negatif, sub sektor bank pada tahun ini mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 46,61 persen. Hal ini terjadi karena nilai tukar Rupiah yang relatif stabil, kecenderungan penurunan suku bunga, dan kinerja neraca pembayaran yang relatif membaik. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10,12 persen pada tahun ini sangat didukung oleh sub sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 23,50 persen. Sedangkan sub sektor pengangkutan hanya tumbuh sebesar 4,01 persen. Sektor bangunan merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi ketiga selama tahun 2007 ini. Sektor bangunan ini mampu tumbuh sebesar 8,44 persen setelah pada tahun sebelumnya hanya tumbuh sebesar 5,81 persen. Rupanya kondisi yang sama dengan kinerja perbankan mampu mengenjot investor untuk menanamkan investasinya di sektor bangunan baik tempat tinggal berupa perumahan maupun sarana dan prasarana umum lainnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 8,03 persen. Pertumbuhan sektor ini sangat didukung oleh sub sektor perdagangan yang tumbuh mencapai 8,98 persen, sub sektor hotel sebesar 7,88 persen dan sub sektor restoran sebesar 1,05 persen. Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2006 menjadi sektor primadona dengan pertumbuhannya yang tertinggi diantara sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 46 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

8,51 persen, pada tahun 2007 sektor ini hanya tumbuh sebesar 7,35 persen atau merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi ke lima setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini disebabkan karena sub sektor industri migas hanya tumbuh negatif sebesar 3,36 persen sedangkan sub sektor industri non migas tumbuh sebesar 7,57 persen atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor industri ini karena tidak lepas dari pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Pertumbuhan sektor yang termasuk pada kelompok kedua yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa. Kinerja sektor pertanian pada tahun ini relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan pertumbuhannya sebesar 2,49 persen. Meskipun hampir semua sub sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang negatif, namun sub sektor pertanian tanaman bahan makanan mampu tumbuh positif sebesar 3,88 persen. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor Tanaman Bahan Makanan terutama didukung oleh hasil pertanian tanaman padi, dimana pada tahun 2007 di Jawa Barat terjadi kemarau basah sehingga meskipun belum musim penghujan irigasi sawah masih tetap bisa digunakan. Disamping itu menigkatnya kinerja sub sektor ini karena adanya peningkatan luas panen sebesar 1,02 persen dari tahun sebelumnya dan adanya peningkatan produktivitas sebesar 2,96 persen dibandingkan dengan tahun 2006. Setelah pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan negatif, sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,95 persen. Meningkatnya sektor LGA ini didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor listrik, sub sektor gas dan sub sektor air. Masing-masing sub sektor tersebut tumbuh sebesar 6 persen, 3,12 persen dan 8,50 persen. Sektor jasa-jasa yang terdiri dari sub sektor jasa pemerintahan dan swasta hanya mampu tumbuh sebesar 2,90 persen. Sedangkan masing-masing sub sektornya yaitu jasa pemerintahan tumbuh sebesar 2,73 persen dan jasa swasta tumbuh sebesar 3,11 persen. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 47

Yang termasuk pada kelompok ketiga adalah sektor pertambangan dan penggalian, dengan pertumbuhannya -7,03 persen. Seluruh sub sektor di sektor pertambangan dan penggalian ini mengalami pertumbuhan yang negatif. Dari tahun ke tahun pertumbuhan sektor ini cenderung berada di bawah pertumbuhan PDRB bahkan selalu negatif. 4.4. Pendapatan Perkapita Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan keluar. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Jumlah penduduk yang dipakai dalam estimasi pendapatan per kapita adalah proyeksi penduduk yang didasarkan pada data hasil Sensus Penduduk tahun 2000. Perhitungan proyeksi penduduk menggunakan laju pertumbuhan penduduk pertengahan tahun setiap kabupaten/kota di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara rinci pendapatan perkapita dapat dilihat pada Tabel 4.5. sebagai berikut: 48 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 4.5. Pendapatan Perkapita Jawa Barat dan Laju Pertumbuhannya Tahun 2005-2007 Tahun ADH Berlaku (Rupiah) Pertb (%) ADH Konstan 2000 (Rupiah) Pertb (%) (1) (2) (3) (4) (5) 2005 9.842.529 24,73 6.141.617 3,44 2006 11.720.687 19,08 6.378.173 3,85 2007 12.737.879 8,68 6.632.427 3,99 Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa PDRB perkapita Jawa Barat terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi selama periode 2005-2007. Tahun 2005, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku masyarakat di Jawa Barat mencapai Rp. 9.842.529 kemudian naik menjadi Rp. 11.720.687 pada tahun 2006 dan Rp. 12.737.879 pada tahun 2007. Meskipun dari tahun 2006 ke tahun 2007 hanya mencapai kenaikan sebear 8,68 persen, namun kenaikan secara rata-rata mencapai lebih dari 17 persen pertahunnya bila dilihat perkembangan dari tahun 2005. Kendati demikian peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Jawa Barat secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 6.141.617 dan pada tahun 2006 menjadi Rp. 6.378.173. Sedangkan pada tahun 2007 PDRB perkapita Jawa Barat PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 49

mencapai Rp. 6.632.427. Dari dua kondisi di atas memberi gambaran bahwa secara riil daya beli masyarakat tumbuh sebesar 3,99 persen pada tahun 2007 atau hanya meningkat 7,99 persen dari tahun 2005. 50 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007