BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi, kebudayaan yang dimiliki tetap dipertahankan dan dilestarikan sampai sekarang. Di Jepang, festival tradisional dan gaya hidup sudah berurat akar di setiap daerah tetapi masih tetap melekat sebagai ciri khas daerah yang bersangkutan (http://www.jasso.or.id/pengenalan.php). Di antara banyak tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri Jepang. Tradisi itu adalah matsuri ( 祭り ) (upacara keagamaan dan perayaan) ( Matsuri, Festival Tradisi Jepang http : / / www. pikiran rakyat. com / cetak / 0 1 0 3 / 2 6 / 0 8). Menurut Kodansha Encyclopedia of Japan, pengertian matsuri adalah sebagai berikut : The word matsuri includes the rites and festivals practiced in both Folk Shinto and institusionalized Shinto. A matsuri is basically a symbolic act whereby participants enter a state of active communication with the Gods (kami); it is accompanied by communion among participants in the form of feast and festival (Kodansha International ltd.,1998 : 528). Istilah matsuri terdiri dari dua pengertian yaitu upacara keagamaan dan perayaan yang dipraktekkan dalam agama Shinto. Matsuri pada dasarnya adalah sebuah tindakan simbolik dimana seseorang atau sekelompok orang berada dalam keadaan komunikasi aktif dengan dewa atau yang didewakan. Tindakan yang berkomunikasi aktif dengan dewa atau yang didewakan 1
2 disertai dengan hubungan erat antar peserta matsuri dalam bentuk pesta dan perayaan. Matsuri ( 祭り ) memiliki empat unsur dasar yaitu: penyucian, persembahan, doa dan pesta suci (Sokyo dan William P. Woodard, 1962: 512). Dapat dikatakan bahwa matsuri mengandung unsur yang sakral atau suci, ditandai dengan kegiatan yang berkaitan erat dengan kami ( 神 ) atau dewa Shinto. Matsuri dapat dibagi menjadi tiga ritual yaitu: tsukagirei ( 通過儀礼 ), nenchuugyooji ( 年中行事 ), dan ninigirei ( にん儀礼 ) ( h t t p : / / w w w. a c a d e m i a. e d u / 1 9 0 8 3 7 7 / s h i n t o _ b a n g s a _ j e p a n g ). Tsukagirei adalah upacara yang berhubungan dengan lingkaran hidup seseorang, dimulai dari si jabang bayi dalam kandungan sampai seseorang menjadi arwah atau mulai dari obiiwai ( 帯祝い ) sampai dengan nenkihoyoo ( 年忌法要 ). Contoh dari tsukagirei adalah obiiwai, omiyamairi, hatsu zekku, Shichi Go San matsuri dan lain-lain. Obiiwai dilakukan oleh orang Jepang saat si jabang bayi berusia lima bulan di dalam rahim ibunya. Omiyamairi ( お宮参り ) merupakan upacara membawa bayi ke jinja ( 神社 ) untuk pertama kalinya ketika ia berusia 31 hari untuk anak laki-laki dan 32 hari untuk anak perempuan. Hatsu zekku adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki ketika ia pertama kali melewati tanggal 5 bulan Mei, dan untuk anak perempuan ketika ia pertama kali melewati tanggal 3 bulan Maret. Shichi Go San adalah matsuri yang diadakan khusus untuk anak-
3 anak yang berusia tiga, lima, dan tujuh tahun setiap tanggal 15 November. Sementara nenkihoyoo adalah upacara keselamatan arwah. Nenchuugyooji adalah matsuri yang diselenggarakan setiap tahun dan waktunya sudah ditetapkan menurut penanggalan mereka. Salah satu contoh dari nenchuugyooji adalah Hinamatsuri. Ninigirei adalah upacara yang dilakukan pada saat mengharapkan sesuatu, diselenggarakan sesuai keinginan atau tujuan-tujuan tertentu untuk memohon bantuan atau rasa terima kasih kepada kami. Contoh dari ninigirei misal, sotsugyooiwai ( 卒業祝い ) yaitu upacara setelah lulus sekolah, kenchiku girei ( 建築儀礼 ) yaitu upacara sebelum rumah didirikan dan lain-lain (Yudhasari, 2003: 74). Adapun pokok bahasan dalam tugas akhir ini adalah Hinamatsuri ( 雛祭り ), yang tergolong dalam ritual nenchuugyooji. Hinamatsuri ( 雛祭り )adalah festival boneka yang dirayakan pada tanggal 3 Maret setiap tahunnya. Hinamatsuri ( 雛祭り )berasal dari kata Hina yang berarti boneka, dan matsuri yang artinya festival. Jadi festival ini bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah festival boneka. Perayaan ini termasuk dalam salah satu festival utama untuk para gadis atau anak-anak perempuan di Jepang. Hinamatsuri ( 雛祭り )biasanya berkaitan dengan Hina ningyoo. Hina ningyoo( 雛人形 ) awalnya digunakan dalam permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang menggunakan boneka kecil terbuat dari kertas yang diwarnai seperti lukisan.
4 Saat perayaan Hinamatsuri( 雛祭り ), keluarga yang memiliki anak perempuan akan memajang rak bertingkat untuk menyusun boneka-boneka Hina di dalam rumah. Satu set terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, pelayan-pelayan, dan pemusik istana yang mengenakan pakaian istana kuno. Boneka tersebut diyakini oleh masyarakat Jepang sebagai simbol kebahagiaan putri mereka nanti saat melangsungkan pernikahan. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman Heian. Susunan boneka Hinamatsuri( 雛祭り )atau Hina ningyoo ( 雛人形 ) melambangkan upacara pernikahan kalangan istana di Jepang pada musim semi. Susunan pada tangga pertama diletakkan boneka kaisar dan permaisuri yang sangat dihormati. Pada tangga kedua dan ketiga diletakkan tiga pelayan wanita dan pemusik istana. Tangga keempat diletakkan dua menteri. Tangga kelima terdapat tiga pelayan laki-laki, dan di tangga keenam diletakkan aksesoris milik kaisar dan permaisuri. Pada tangga terakhir terdapat miniatur. Susunan Hina ningyoo( 雛人形 ) yang unik dan hanya ada di Jepang, membuat penulis tertarik ingin membahas lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin membahas susunan boneka beserta nama-namanya pada perayaan Hinamatsuri ( 雛祭り )dan makna perayaanhinamatsuri ( 雛祭り )di Jepang. 1.2 Pokok Bahasan Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa pokok bahasan dalam penulisan ini yaitu, Pertama, bagaimana susunan boneka Hinamatsuri (Hina
5 ningyoo) pada festival Hinamatsuri( 雛祭り )? Kedua, apa makna perayaan Hinamatsuri( 雛祭り ) di Jepang? 1.3 Tujuan Penulisan Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini. Tujuan pertama adalah untuk mengetahui susunan Hina ningyoo pada festival Hinamatsuri. Tujuan kedua yaitu mengetahui makna perayaan Hinamatsuri di Jepang. 1.4 Metode Penulisan Metode penulisan yang akan digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan mencoba memahami data-data pustaka dari buku-buku yang relevan dengan permasalahan, data-data yang didapat dari internet, serta bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan Hinamatsuri untuk dijadikan bahan acuan penulis. Data-data tersebut dideskripsikan kemudian dianalisa dan ditulis kembali ke dalam bab dan sub bab. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Bab I latar belakang masalah, pokok bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi Sejarah Perkembangan Hinamatsuri yang meliputi, Joomi no Harai, Hina asobi, Perayaan Hinamatsurisejak zaman Muromachi sampai zaman Edo, Sejarah boneka