II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PERKIRAAN KETERSEDIAAN AIR DENGAN METODE THOMAS FIERING DI KALI KRUKUT, JAKARTA SKRIPSI FRANSISCA HICCA KARUNIA F

Peramalan debit aliran sungai

TIK. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi

Kompetensi. Model dalam SDA. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi MODEL KOMPONEN MODEL

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

MODEL HIDROLOGI. (continuous flow) dan debit/hidrograf. besar/banjir (event flow). Contoh: : SSARR, SHE, MOCK, NASH, HEC-HMS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

ANALISIS DEBIT ANDALAN

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

Universitas Gadjah Mada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prediksi Pasok Dan Kebutuhan Air Sungai Ciliwung Pada Ruas Jembatan Panus Sampai Manggarai

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

HUBUNGAN PANJANG SERI DATA HISTORIK TERHADAP KUALITAS DATA HASIL PREDIKSI PADA PENERAPAN MODEL RANTAI MARKOV UNTUK PERAMALAN ALIRAN SUNGAI

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

MODEL-MODEL PEMBANGKITAN DATA SINTETIS UNTUK CURAH HUJAN HARIAN DI WILAYAH BRANTAS TENGAH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan

ABSTRAK Faris Afif.O,

EVALUASI DAN SIMULASI POLA OPERASI WADUK TILONG DI KABUPATEN KUPANG

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA DAS TIRO-PROVINSI ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

PENGANTAR PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN INSTALASI PERCONTOHAN PENGOLANAN AIR LIMBAH GABUNGAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

Gambar 3.1. Peta lokasi Penelitian Sumber : Google Map

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

Bab III Metodologi Analisis Kajian

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

ANALISIS WATER BALANCE DAS SERAYU BERDASARKAN DEBIT SUNGAI UTAMA

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

MODEL-MODEL PEMBANGKITAN DATA SINTETIS UNTUK CURAH HUJAN HARIAN DI WILAYAH BRANTAS TENGAH

Drought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

REKAYASA HIDROLOGI II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN ALOKASI AIR BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

BAB 2 LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. atau memprediksi nilai suatu perolehan data di masa yang akan datang

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

KESEIMBANGAN AIR DI KECAMATAN TELUK PAKEDAI, KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT

DAFTAR ISI. Halaman Konsep Ketersediaan Air dan Model Prakiraan Kesesuaian Model ARIMA untuk Prakiraan Ketersediaan Air 10

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Air Ilmu Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sirkulasi air. Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air (water balance). (Sosrodarsono dan Takeda,2006) P= D + E + G + M...(1) P : Presipitasi D : Debit E : Evapotranspirasi G : Penambahan (supply) air tanah M : Penambahan kadar kelembaban tanah (moisture content) Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006) dalam hal- hal tertentu, beberapa parameter dalam Persamaan 1 dapat diabaikan tergantung dari periode perhitungan neraca air atau sifat-sifat di daerah itu. Jika perhitungan metode neraca air diambil satu tahun dan daerah yang dipelajari itu luas, sedangkan variasi metodologi itu berulang dalam siklus satu tahun dan kadar kebasahan tanah itu juga berulang dalam siklus satu tahun, maka harga M akan menjadi nol. Jika semua supply air tanah itu telah keluar ke permukaan di sebelah atas tempat pengukuran dan mengalir ke bawah, maka persamaan neraca tahunan menjadi P = D + E Jika perhitungan neraca air itu diadakan pada suatu daerah tertentu yang terbatas, maka aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) dari D dan G berbeda. Persamaannya menjadi P= (D 2 - D 1 ) + E + (G 2 - G 1 ) + H.Pa + M...(2) D 1 : Air permukaan dari bagian hulu yang mengalir ke dalam daerah yang ditinjau D 2 :Air permukaan yang mengalir ke luar dari daerah yang ditinjau ke bagian hilir. G 1 : Aliran Tanah yang mengalir dari bagian hulu ke dalam daerah yang ditinjau. G 2 : Air tanah yang mengalir ke luar dari daerah yang ditinjau ke bagian hilir. H : Perubahan/variasi muka air tanah rata-rata daerah yang sedang ditinjau P a : Laju menahan udara rata-rata (mean air holding rate) di bagian variasi air tanah Pada persamaan 2, P, D 1, D 2, dan H dapat diukur. G 1 dan G 2 dapat dihitumg menggunakan pengukuran variasi muka air tanah. M dan Pa adalah harga-harga yang diperoleh dari profil tanah pada titik titik tertentu yang dipilih di daerah pengaliran. Dalam perhitungan neraca air yang dipergunakan untuk irigasi, variasi kuantitatif berdasarkan faktor-faktor alamiah seperti presipitasi, pembekuan, evaporasi, transpirasi, aliran keluar (outflow) air permukaan tanah, air tanah dan lain lain. 2.2 Model Simulasi Hidrologi Sering didapati bahwa data hidrologi, terutama data debit aliran yang sangat diperlukan bagi perencanaan dan pengoperasian sumber daya air tidak memadai, tidak lengkap, atau tidak tersedia pada lokasi yang diperlukan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan : 3

1. Analisis stokastik untuk memperbanyak debit aliran dengan mempertahankan sifat-sifat statistika data historiknya. 2. Menggunakan model simulasi hidrologi yang ada untuk memperkirakan debit suatu daerah aliran sungai dari data curah hujan yang tersedia. Model-model simulasi dalam hidrologi yang dimaksud pada wacana diatas, dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok utama. (Clarke, 1973) 1. Model Stokastik Konseptual (SC), antara lain : - Model Dawdy-O Donnell (1965) - Model Layers Water Balance Nash-sutcliffe (1869) - Model SSAR oleh Rockwood (1968) -Model The Boughton used by Murray (1970) 2. Model Stokastik Empiris (SE), antara lain: - Model regresi oleh Guillot (1971) - Model Thomas Fiering (1962) - Model Bernier (1971) - Model ARIMA - Model Instaneous Unit Hydrograph 3. Model Deterministik Konseptual (DC), antara lain : - Model Freeze (1971) - Model hidraulik Wooding (1965, 1966) - Persamaan Laplace untuk steady flow. 4. Model Deterministik Empiris (DE), antara lain : - Model The Functional Series Amorocho dan Orlob (1961) - Model Kulandaiswamy dan Rao (1971) Model Stokastik adalah model yang dikhususkan untuk teori dan aplikasi dari kemungkinan yang muncul dalam permodelan dalam ilmu alam dan teknologi. Model ini biasanya mengkaji ulang data atau informasi terdahulu untuk menduga peluang kejadian tersebut pada keadaan sekarang atau yang akan datang dengan asumsi terdapat relevansi pada jalur waktu. Sedangkan model Deterministik adalah model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan peluang kejadian dan memusatkan penelaahannya pada faktor-faktor kritis yang diasumsikan mempunyai nilai eksak (Eriyatno,2003). Model Stokastik Konseptual yaitu model untuk menduga peluang kejadian berdasarkan teori sedangkan Model Stokastik Empiris berdasarkan pengalaman dan percobaan. Model Deterministik Konseptual yaitu model yang tidak memiliki kemungkinan atau peluang kejadian yang berdasar pada teori yang ada sedangkan Model Deterministik Empiris berdasar kepada pengalaman atau percobaan. Proses simulasi adalah proses peniruan sebuah sistem atau kegiatan tanpa harus mendekati kenyataan sebenarnya (Varshney, 1978). Proses yang melibatkan penggunaan model pembangkitan stokastik ini menghasilkan rangkaian aliran dengan sifat sifat yang sama dengan data historik. Kata stokastik digunakan untuk mendefenisikan ketidakteraturan dalam statistik, tetapi dalam hidrologi kata ini mengacu pada rangkaian harga setengah acak. Maka data aliran air mereprentasikan data time series yang melibatkan proses stokastik. Dari sudut pandang stokastik, proses aliran sungai (Xt) dianggap terdiri dari empat komponen (McMahon, 1978) yaitu kecenderungan atau trend (Tt), periode (St), Korelasi (Kt), dan bilangan acak (ε t ), yang secara singkat dapat dituliskan sebagai berikut : Xt = Tt+ St+ Kt+ ε t...(3) Xt = Proses aliran sungai 4

2.3. Model Thomas Fiering Dalam studi ini model yang akan digunakan adalah model Thomas Fiering (Stokastik Empiris), karena data yang akan dibangkitkan berupa data debit bulanan (multiple season). Data hidrologi yang akan diperpanjang dapat diperkirakan berdasarkan tingkat kesalahan (level of error) dan keyakinan (level of confidence) statistika yang diinginkan. Penerapan model Thomas Fiering pernah digunakan dalam menentukan debit aliran Sungai Cimanuk di Bendung Rentang (Hatmoko, 2001). Secara sederhana model Thomas Fiering menyatakan bahwa debit bulan mendatang adalah sama dengan rata-rata debit bulan mendatang; ditambah dengan suatu faktor yang bergantung pada data debit saat ini dan ditambah dengan suatu faktor inovasi yang besarnya adalah acak. Dengan demikian dapat dibuat satu set debit sintetis bulanan secara berurutan. Metode ini memiliki keunggulan antara lain adalah mengawetkan ratarata, simpangan baku, dan korelasi antar bulan. Metode ini akan dikembangkan untuk peramalan, dengan mengurangi komponen yang bersifat acak, dan dilakukan dalam periode tengah-bulanan. Untuk membuat data debit sintetis, rumus Thomas-Fiering mempunyai bentuk umum aslinya sebagai berikut (Fiering and Jackson, 1993): q i,j = x j + r(j)s j /s j-1 (q i,j-1 - x j-1 ) + t i,j s j {1-r(j) 2 } 0.5...(4) q i,j = debit bulan j dalam tahun i (j=1,2,...,12) x j = rata-rata debit bulan j r(j)s j /s j-1 = koefisien regresi q i,j dari q i,j-1 r(j) = koefisien korelasi bulan j dari bulan j-1 s j = simpangan baku bulan j s j-1 = simpangan baku bulan j-1 x j-1 = rata-rata bulan j-1 t i = variabel acak berdistribusi normal baku, dengan rata-rata 0 dan variansi 1, untuk bulan j dengan catatan bahwa untuk j = 1 (bulan Januari), maka j-1 = 12 (bulan Desember dari tahun yang lalu). Secara sederhana persamaan 4 menyatakan bahwa debit bulan mendatang adalah sama dengan rata-rata debit bulan mendatang; ditambah dengan suatu faktor yang bergantung pada data debit saat ini dan ditambah dengan suatu faktor inovasi yang besarnya adalah acak. Dengan demikian dapat dibuat satu set debit sintetis bulanan secara berurutan. Metode ini memiliki keunggulan antara lain adalah mengawetkan rata-rata, simpangan baku, dan korelasi antar bulan. Metode ini akan dikembangkan untuk peramalan, dengan mengurangi komponen yang bersifat acak, dan dilakukan dalam periode tengah-bulanan. Thomas-Fiering merupakan suatu metode yang telah lama dikenal untuk membangkitkan data debit sintetis bulanan. Hampir semua buku yang membahas aplikasi statistika di dalam ilmu hidrologi, misalnya Raudkivi (1981), Kottegoda (1980) atau Shahin (1993) mengemukakan metode Thomas-Fiering adalah metode untuk membuat data debit sintetis, jika data debit pengamatan masih kurang panjang (kurang dari 20 tahun) untuk digunakan sebagai masukan dalam simulasi perencanaan wilayah sungai. Rumus asli Thomas-Fiering dapat dibaca sebagai berikut: - Debit bulan mendatang adalah sama dengan rata-rata debit bulan mendatang ditambah dengan suatu faktor tetap dan faktor lainnya yang bersifat acak (dinamakan faktor inovasi). - Faktor tetap merupakan fungsi dari data debit bulan ini dan statistik data (koefisien korelasi serta simpangan baku). 5

- Faktor inovasi merupakan perkalian antara suatu faktor yang bergantung dari statistik data, dan variabel acak berdistribusi normal baku (rata-rata nol dan variansi satu). Hatmoko (2010) juga mengatakan bahwa berdasarkan rumus Thomas-Fiering, untuk membuat debit bulan mendatang yang bersifat stokastik atau acak, dibuat modifikasi untuk meramalkan debit tengah-bulan mendatang berdasarkan nilai harapan (ekspektasi) statistika akan terjadinya suatu kejadian. Dengan demikian, maka Model Thomas-Fiering yang dimodifikasi untuk peramalan tengah-bulanan ini dapat dipandang sebagai model autoregresi yang diterapkan pada data tengahbulanan, dan memasukkan faktor musim, yaitu fluktuasi tengah-bulanan. Jadi terdapat 24 buah koefisien regresi. Seperti halnya dengan model stokastik lainnya, model ini juga memerlukan data debit bulanan pada kurun waktu yang cukup panjang. Dari runtut waktu yang panjang ini selanjutnya akan didapatkan beberapa parameter statistik yaitu rata-rata, simpangan-baku, dan koefisien korelasi. Data ini selanjutnya diolah menjadi koefisien regresi untuk meramalkan debit tengah-bulan mendatang. Jadi, pada prinsipnya, cara peramalan debit untuk tengah-bulan mendatang adalah dengan menambahkan rata-rata debit tengah-bulan mendatang dengan perkalian antara koefisen regresi dengan penyimpangan dari debit rata-rata yang terjadi pada tengah-bulan sebelumnya. Langkahlangkah pengerjaan peramalan debit dengan metode Thomas-Fiering dapat dibagi atas dua tahap, yaitu tahap perhitungan parameter koefisien regresi dan tahap peramalan. Penerapan metode Thomas Fiering juga pernah digunakan dalam peramalan debit aliran sungai oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (DPPW) tahun 2004. Bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya perekonomian menyebabkan semakin hari semakin meningkat pula kebutuhan air. Di lain pihak air yang tersedia jumlahnya tetap. Bahkan, cenderung mengalami penurunan yang disebabkan oleh perubahan tata guna lahan dan pencemaran air. Hal ini menuntut pengelolaan alokasi air yang lebih cermat, efisien, dan efektif yaitu pengelolaan alokasi dan distribusi air secara tepat waktu. Pengelolaan alokasi air secara tepat waktu terdiri atas tahap pengumpulan data kebutuhan air dan ketersediaan air saat ini, peramalan ketersediaan air pada periode mendatang, dan perencanaan alokasi air dan pelaksanaan alokasi air. Pedoman ini disusun untuk meramal debit aliran sungai yang menggambarkan ketersediaan air pada aliran rendah dalam pengelolaan alokasi air. Peramalan debit aliran sungai diperlukan pada tahap perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan untuk memperkirakan ketersediaan air pada aliran rendah. Peramalan pasok air (ketersediaan air) sangat diperlukan dalam pengoperasian sistem tata air untuk penyediaan air domestik, perkotaan dan industri, irigasi, dan listrik tenaga air. Ramalan ini pada umumnya menyangkut debit aliran untuk durasi tertentu, misalnya debit tahunan, musiman, bulanan, tengah-bulanan, atau sepuluh-harian. Pada beberapa Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) di Jawa pengelolaan alokasi air telah lazim melakukan peramalan dengan jangka waktu tengah bulanan atau sepuluh harian (di Jawa Timur) melalui proyek Basin Water Resources Management (BWRM). Pemilihan metode peramalan bergantung pada karakteristik DPS, data yang tersedia, dan kebutuhan pengguna ramalan. Metode yang umum digunakan adalah model konseptual, metode resesi, dan analisis deret-waktu. Peramalan debit aliran rendah untuk jangka pendek dan menengah dapat dilakukan dengan menggunakan karakteristik resesi dari DPS. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari sifat resesi pada musim kemarau, misalnya akibat campur tangan manusia dalam pemompaan untuk irigasi dan alih aliran antar DPS. Peramalan jangka panjang pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode korelasi dan regresi yang peubah bebasnya adalah lengas tanah, curah hujan dan suhu. Dalam 6

beberapa hal curah hujan dapat dibagi atas beberapa peubah musiman yang terpisah dengan bobot yang berbeda. Teknik probabilitas matriks transisi dan Teori Rantai Markov (Markov Chain) dapat juga digunakan untuk peramalan jangka panjang Model Thomas-Fiering untuk peramalan debit aliran sungai merupakan modifikasi dari bentuk aslinya yang berupa model stokastik untuk membuat debit sintetis. Model yang telah digunakan pada beberapa balai PSDA di Jawa untuk pengelolaan alokasi air ini merupakan salah satu bentuk model autoregresi dengan jangka-waktu peramalan satu bulan dan memiliki 12 buah koefisien untuk masing-masing bulannya. Untuk menghasilkan urutan nilai aliran sintetis untuk aliran tertentu, kita harus mempertimbangkan bahwa aliran merupakan sebuah proses acak akibat proses perubahan keseluruhan dengan cara yang melibatkan probabilitas ( Moran, 1959) 7