BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Hal tersebut dikarenakan selain

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat pendidikan dasar secara formal setelah melalui tingkat sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

dikemukakan oleh Profesor Ali Mokdad (Jumlah Orang Obesitas di Indonesia Terus Meningkat, 2014), seorang pakar kesehatan IHME (Institute for Health

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. yang kritis karena terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan psikososial (Santrock, 2013). Berdasarkan periode masa remaja dapat disimpulkan bahwa rentang usia remaja adalah 10-21 tahun (Santrock, 2013). Remaja mengalami perkembangan biologis atau pubertas yang merupakan tanda akhir masa kanak-kanak, berakibat pada peningkatan pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, serta pencapaian kematangan organ seksual (Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Perubahan kognitif pada remaja menyebabkan remaja lebih sadar akan dirinya (self-conscious) dimana remaja lebih memikirkan tentang pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif, dimana hal ini merupakan bagian dari kesadaran diri mereka dan bagian dari eksplorasi diri (Santrock, 2007). Perubahan fisik yang terjadi sangat dicemaskan oleh remaja sehingga dapat menyebabkan remaja selalu memperhatikan penampilannya dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka. Remaja menunjukkan perhatian yang amat besar terhadap tubuhnya yang sedang mengalami perubahan dan mengembangkan gambaran pribadi seperti apa tubuh mereka yang kemudian digunakan sebagai dimensi paling penting dari daya tarik fisik (Santrock, 2010). Selain itu, pada studi penelitian tentang perbedaan citra tubuh pada remaja putra dan remaja putri dikatakan bahwa remaja putri punya nilai estetika yang lebih tinggi pada gambaran tubuhnya tapi mempunyai kepuasan yang rendah terhadap estetika tubuhnya dibandingkan dengan remaja putra (Abbot dan Barber, dalam Santrock, 2013). Seperti hasil wawancara dengan 2 orang mahasiswi semester akhir di universitas swasta di Jakarta, 2 dari mahasiswi ini yakni VN dan DS. VN seorang mahasiswi berusia 21tahun dengan berat badan 52 kilogram mengatakan bahwa dirinya merasa gendut dan tidak ideal dan VN juga mengatakan bahwa temantemannya kurus sehingga VN sangat ingin melakukan diet agar mendapatkan tubuh yang ideal agar setara dengan penampilan teman-temannya yang bertubuh kurus. Hasil wawancara dengan DS, DS juga seorang mahasiswi berusia 21 tahun dengan berat badan 54 kilogram, mengatakan bahwa dia merasa cukup puas dengan

penampilan namun DS berpikir untuk mengurangi sedikit berat badannya yang disebabkan kekesalannya terhadap tubuhnya yang tidak sesuai dengan harapan dan merasa orang lain melihat tubuhnya gendut dan tidak menarik bahkan DS pernah melakukan diet dengan berolahraga dan mengkonsumsi obat-obatan penurun berat badan. Kepedulian utama yang ditunjukkan remaja putri adalah motivasi untuk memiliki tubuh yang kurus. Keinginan menjadi kurus ditandai oleh kecenderungan untuk mengidentikan tubuh yang kurus dengan kecantikan (Santrock, 2007). Seperti penuturan guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono bahwa dikalangan remaja, imaji perempuan cantik haruslah langsing (Kompas.com, 2010). Menurut Fox (dalam Nurasyid, 2015) wanita diatas usia 18 tahun sering melihat dirinya didepan cermin, sekitar 80 persen wanita tidak senang dengan apa yang mereka lihat ketika bercermin. Studi mengatakan 80 persen wanita berlebihan terhadap tubuh mereka, bahkan bagi wanita normal dan tidak mengalami gangguan makan pun merasa tubuhnya buruk dan berlemak ketika bercermin. Ketidakpuasan wanita terhadap tubuhnya kebanyakan dilihat dari bentuk tubuh bagian pinggul, pinggang dan paha. Menjadi langsing adalah dambaan kebanyakan kaum hawa, sebagian dari mereka menjadi kebingungan bila lengan, perut, atau paha sudah tampak gelambir lemak. Apalagi, kegemukan juga identik dengan masalah kesehatan. Sebaliknya, orang langsing dinilai lebih cantik, menarik dilihat, bahkan juga dianggap lebih sehat. Alhasil, banyak orang yang menjadwalkan diet dalam kesehariannya demi memiliki bentuk tubuh langsing. Ada orang yang mau menjalankan diet dengan perlahan, ada juga orang yang ingin kurus dengan cara instan (Kompas.com, 2010). Fenomena diet yang populer pada remaja antara lain adalah Obsessive Corbuzier Diet (OCD) dimana pelaku diet boleh makan apa saja saat jendela makan berlangsung namun setelahnya pelaku diet tidak boleh makan dan hanya diperbolehkan minum air putih saja (Nationalgeographic.co.id, 2013). Selain itu memiliki tubuh yang langsing menjadi obsesi sebagian besar wanita. Tak heran jika dalam hidupnya rata-rata seorang wanita pernah mencoba 16 metode diet yang berbeda. Sementara itu alasan utama para wanita untuk mencoba diet adalah karena merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Selain itu cukup banyak juga yang menjawab bahwa diet membuat mereka merasa seksi, atau ingin langsing karena ingin tampil menarik di musim panas. Hanya satu persen responden yang mengaku mereka berdiet untuk menyenangkan pasangan mereka. Bertambahnya usia juga membuat

para wanita tertarik untuk mencoba lebih banyak metode diet. Rata-rata wanita mulai berdiet diusia 17 tahun, masa ketika mereka merasa berat badan merupakan suatu masalah bagi mereka. Di usia 20 tahun rata-rata wanita pernah melakukan diet 4 kali, dan bertambah 5 kali di usia 30 tahun, dan 6 kali saat berusia 40 tahun (Kompas.com, 2014). Dorongan untuk menurunkan berat badan pada remaja putri disebabkan oleh penilaian mereka terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Penilaian terhadap penampilan fisik dinamakan dengan body image. Body image merupakan salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik, yang menyebabkan para remaja mulai memberikan perhatian lebih terhadap tubuh dan berkembangnya gambaran mengenai tubuh mereka sendiri (Holsen, Carolson Jones, dan Skogbrott Birkeland, dalam Santrock, 2013). Menurut Slade (dalam Pietro, D. Monica, 2008) body image merupakan gambaran mental mengenai ukuran, bentuk, dan kontur dari tubuh kita sebagaimana perasaan kita terhadap karakteristik dan bagian yang mendukung tubuh kita. Menurut Eating Disorder Awareness and Prevention (EDAP) (dalam Small, 2001) seseorang yang memiliki body image positif mempunyai persepsi yang lebih jelas dan benar tentang bentuk tubuh serta lebih percaya diri dan menghargai bentuk tubuhnya sedangkan orang-orang yang memiliki body image negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk berkembangnya eating disorder, depresi, terisolasi, harga diri rendah dan obsesi menghilangkan berat badan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di Indonesia bahwa banyak remaja di Indonesia yang mengalami eating disorder karena menjalani diet yang salah serta minimnya pengetahuan mengenai eating disorder di Indonesia (Wonder Teen Magazine, 2013) Selain perkembangan ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi body image seseorang menurut Cash dan Purzinky (dalam Andea, 2009). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi body image adalah pendapat orang tua terhadap penampilan mereka yang pada umumnya menganjurkan anak untuk berpenampilan dengan cara tertentu. Selanjutnya teman sebaya (peer) sering membahas mengenai berat badan dan diet dengan teman lainnya yang menyebabkan remaja putri membanding-bandingkan dirinya dengan teman sebayanya dan peran besar media massa dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh ideal dan bagaimana mencapainya. Dengan adanya pengaruh tersebut, remaja putri akan cenderung menjadi tidak puas dengan penampilannya. Adanya ketidakpuasan pada penampilan

akan mengarah pada perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, dan menurunnya harga diri (O,Dea dan Abraham dalam Dacey dan Traves, 2002). Klass dan Hodge (dalam Ghufron dan Risnawita, 2009) mengemukakan bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan penghargaan, dan perlakuan yang lain terhadap individu tersebut. Harga diri individu terbentuk berdasarkan pada pandangan orang lain terhadap dirinya dan bagaimana individu mempersepsikan pengalaman hidupnya (Baron & Byrne, 1997). Menurut Dewey (dalam Tafarodi, 2001) harga diri mempunyai dua tampilan antara lain nilai instrumen dan nilai intrinsik dimana pada seseorang keduanya merefleksikan kemampuan seseorang, bagaimana seseorang melakukan sesuatu dan apa yang mereka tampilkan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan suatu penilaian individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang kemudian di tunjukkan melalui sikap-sikap positif seperti menghargai kelebihan diri dan menerima kekurangan yang ada pada dirinya, maupun sikap-sikap negatif seperti tidak menghargai kelebihan diri dan tidak menerima kekurangan yang ada pada diriyang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan serta bagaimana individu menunjukkan kemampuannya dan apa yg dirinya tampilkan. Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, ingin tahu, mandiri, percaya pada ide-idenya, menyukai tantangan baru dan menjalani aktivitas baru dengan penuh percaya diri, mendeskripsikan dirinya secara positif dan bangga pada hasil kerjanya, cepat menyesuaikan diri dengan baik, tidak mudah frustasi, gigih dalam mencapai suatu tujuan dan dapat menerima kritikan. Seseorang dengan harga diri rendah akan menggambarkan dirinya secara negatif tidak percaya ide-idenya sendiri, kurang percaya diri, kurang bangga pada hasil kerjanya, kelihatan tertekan, memisahkan diri dari lingkungan dan orang lain, menarik diri, cepat putus asa pada saat frustasi, dan kurang dewasa dalam menanggapi stres (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Remaja putri meyakini bahwa penampilan fisik merupakan bagian terbesar dari harga diri mereka dan tubuh mereka merupakan sense of self (American Assosiation of University Women, dalam Steese, 2006). Menurut penelitian Robin, dkk (dalam Santrock, 2007) menunjukkan bahwa harga diri berfluktuasi sepanjang hidup, penelitian ini menunjukkan harga diri remaja putri usia 18 21 tahun (remaja akhir) cenderung menurun dibandingkan dengan remaja putra dan kemudian

meningkat pada usia 23 tahun. Harga diri remaja putri cenderung menurun yang disebabkan oleh body image yang lebih negatif selama mengalami pubertas pada masa remaja awal serta ketertarikan mereka pada hubungan sosial yang sering berujung kegagalan (Impett, dalam Santrock, 2013). Penjelasan tersebut sejalan dengan Hurlock (dalam Sari, 2012) bahwa memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan terhadap tubuh, semakin efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka harga diri yang dimiliki akan lebih positif karena body image yang positif akan meningkatkan nilai dan jati diri sehingga dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti melihat bahwa adanya peran body image terhadap harga diri. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti peran body image terhadap harga diri remaja akhir putri. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu peran body image terhadap harga diri remaja akhir putri 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui peran body image terhadap harga diri remaja akhir putri.