I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

MENGURANGI KONSEP DIRI NEGATIF MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS X SMA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

1. PENDAHULUAN. Hal-hal yang sering dihadapi oleh para remaja pada umumnya adalah gejolak emosi dan

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 1 Tumijajar. Waktu penelitian ini. adalah pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

Manusia merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan. berbagai macam kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya.

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DENGAN TEKNIK REINFORCEMENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. tempat peserta didik belajar, sehingga terjadilah proses belajar mengajar yang

Judul Tema: Perilaku Asertif

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. praktikum juga dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan kerjasama dalam kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkannya tradisi belajar yang dilandasi oleh semangat dan nilai. keragaman pendapat dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peserta didik pada usia remaja di sekolah sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-iq (Intelligence Quotions) tinggi gagal dalam menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil dalam menempuh ujian. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan ia memandang seluruh tugasnya sebagai sesuatu yang sulit diselesaikan. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50).

2 Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pembimbing di SMA PGRI 1 Tumijajar, diperoleh data bahwa hampir 50% siswa kelas X mempunyai konsep diri yang belum positif, gejala yang nampak yaitu ada beberapa siswa yang mengatakan dirinya bodoh padahal ia adalah anak yang pandai, terdapat siswa yang selalu mengatakan saya tidak bisa dan ini sulit ketika diberi tugas oleh guru, ada beberapa siswa yang enggan bergabung dengan teman-temannya karena ia merasa rendah diri, terdapat beberapa siswa yang tidak mau

3 mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah karena belum tahu potensi yang ada pada dirinya, dan ada siswa yang selalu mencela temannya. Siswa yang demikian itu dapat dikatakan memiliki konsep diri yang negatif. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki tujuh jenis layanan yang semuanya merupakan kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Ketegasan diri atau disebut juga sikap asertif adalah perasaan dan pikiran yang diungkapkan seseorang secara langsung melalui ekspresi verbal yang jujur dan merupakan proses penegakan hak diri sendiri. Sikap tegas artinya menuntut hak pribadi dan menyatakan pikiran, perasaan, dan keyakinan dengan cara yang jujur dan tepat, (Lange dan Jakubowaki, 1976:7 ) Untuk menumbuhkan sikap tegas dalam diri individu (khususnya remaja) metode konseling behavioral dengan tekniknya yaitu assertive training tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk mengubah konsep diri negatif pada siswa. Teknik assertive training merupakan terapi perilaku yang dirancang untuk membantu orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat

4 dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk mengajarkan remaja strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dan bertindak terhadap kebutuhan dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain. Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa dalam teknik assertive training akan terjadi proses interaksi antar individu. Diharapkan assertive training dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi siswa, khususnya sikap konsep diri positif dibentuk yang tidak hanya dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti latihan asertif yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi oleh keadaan sendiri, apalagi masalah konsep diri merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja sehingga untuk mengefisienkan waktu teknik assertive training dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : a. ada beberapa siswa yang mengatakan dirinya bodoh b. terdapat beberapa siswa yang mengatakan Saya tidak bisa dan Ini sulit ketika diberikan tugas oleh guru, merasa kurang mampu sebelum mengerjakan

5 c. ditemukan beberapa siswa yang tidak mau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah d. ada beberapa siswa yang enggan bergabung dengan teman-temannya e. terdapat beberapa siswa yang terbata-bata saat berbicara di depan kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. f. ditemukan beberapa siswa yang suka mencela temannya, tidak menyadari keragaman perasaan, keinginan, dan perilaku yang dimiliki setiap orang g. terdapat beberapa siswa yang merasa takut gagal 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar lebih efektif penulis membatasi masalahnya yaitu upaya mengurangi konsep diri negatif dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa kelas X di SMA PGRI 1 Tumijajar. 4. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka masalahnya adalah siswa memiliki konsep diri negatif. Dari masalah tersebut permasalahannya adalah Apakah penggunaan teknik assertive training dapat mengurangi konsep diri negatif pada siswa kelas X di SMA PGRI 1 Tumijajar?

6 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa pengggunaan teknik assertive training dapat mengurangi konsep diri negatif pada siswa kelas X di SMA PGRI 1 Tumijajar. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kajian secara teoritik bagi ilmu bimbingan dan konseling (di sekolah), khususnya pada psikoterapi pendekatan behavioral teknik assertive training dalam mengurangi konsep diri negatif pada siswa SMA. b. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada sekolah melalui guru bimbingan konseling, khususnya untuk mengurangi konsep diri negatif melalui assertive training. Selanjutnya bagi siswa sendiri, yaitu dapat membantu siswa untuk memiliki konsep diri yang positif sehingga siswa mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

7 3. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah : a. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup penelitian ini adalah konsep keilmuan bimbingan dan psikoterapi, khususnya pada mata kuliah Modifikasi Perilaku. b. Ruang Lingkup Objek Objek penelitian ini adalah sejauh mana penggunaan layanan teknik assertive training dapat mengurangi konsep diri negatif pada siswa c. Ruang Lingkup Subjek Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA PGRI 1 Tumijajar tahun ajaran 2014/2015. d. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah di SMA PGRI 1 Tumijajar. e. Ruang Lingkup Waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. C. Kerangka Pikir Salah satu bentuk pengalaman individu dan faktor yang dipelajari dalam hubungan dan interaksi dengan orang lain adalah konsep diri. Interaksi dengan orang lain tersebut menimbulkan tanggapan orang lain yang

8 kemudian tanggapan tersebut dijadikan cermin bagi individu tersebut. Individu akan melihat diri mereka sesuai dengan tanggapan individu lain melalui hubungan interaksi. Konsep diri yang dimaksud merupakan cara pandang seseorang atau individu dalam menilai dirinya sendiri berkaitan dengan pengetahuan, perasaan, perilaku yang ia miliki dan bagaimana halhal tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Cara pandang dan penilaian terhadap diri individu akan mempengaruhi tindakan dan pandangan hidup individu tersebut. Hal itu akan berpengaruh terhadap tindakan dan perilaku yang merupakan perwujudan adanya kemampuan dan ketidakmampuan dalam mencapai keberhasilan yang individu inginkan. Brook dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105) menyatakan individu yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri-ciri : a) Percaya diri dan merasa setara dengan orang lain b) Menerima diri apa adanya, mengenal kelebihan dan kekurangan c) Mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri d) Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya diterima masyarakat e) Bersikap optimis Oleh karena itu, konsep diri positif terjadi jika individu tersebut dapat menerima dirinya apa adanya, mengenal kekurangan dan kelebihan yang ia miliki, merasa percaya diri dan setara atau sama dengan orang lain serta mampu memecahkan masalah yang ia hadapi. Seorang individu yang dapat menyikapi kegagalan kemudian bangkit dan berusaha memecahkan masalah adalah individu yang memiliki konsep diri negatif.

9 Wujud dari individu yang asertif, dimana perilaku asertif adalah perilaku yang memungkinkan remaja untuk bertindak atas dasar keinginan sendiri tanpa ada rasa cemas yang berlebihan, dapat mengekspresikan perasaannya dengan wajar atau melaksanakan hak-haknya tanpa melanggar hak orang lain (Alberti,2002). Berdasarkan uraian tersebut, maka konsep diri negatif perlu mendapat penanganan khusus, sehingga konsep diri negatif dapat dikurangi. Pada penelitian ini penulis mencoba mengemukakan alternatif penyelesaian terhadap permasalahan tersebut melalui assertive training. Adapun hal yang mendasari penulis menggunakan teknik assertive training dalam mengurangi konsep diri negatif ialah adanya beberapa teori yang menyatakan bahwa konsep diri negatif dapat dikurangi dengan menggunakan assertive training. Diantaranya adalah menurut Graham (1991) yang menjelaskan bahwa seorang yang asertif akan mampu menanyakan alasan orang lain memberikan penilaian buruk tentang dirinya. Ketika ia berani dan merasa berhak mengetahui alasan tersebut maka saat itulah penilaian ia tentang dirinya menjadi meningkat. Siswa yang memiliki konsep diri negatif perlu diberi assertive training (Latihan penegasan) agar dapat mengembangkan potensi yang ada secara optimal, dan mengubah perilakunya. Karena dampak dari konsep diri negatif tersebut dapat menyebabkan pikiran negatif dan membuat ia percaya komentar negatif yang dibuat orang lain. Hal ini dapat menyebabkan ia kehilangan kepercayaan diri

10 Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan sebagai berikut: Konsep Diri Negatif Konsep Diri Negatif Berkurang Penggunaan Teknik Assertive Training Gambar 1. Alur Kerangka Pikir D. Hipotesis Penelitian ilmiah diawali dengan merumuskan suatu masalah yang terpecahkan (Solvable Problem). Selanjutnya peneliti juga mengajukan suatu jawaban tentatif terhadap masalah itu dalam bentuk sebuah proposisi. Peryataan ini harus dapat diuji (Testable). Artinya bisa ditentukan kemungkinan benar atau salahnya lewat pengujian atau pembuktian secara empiris. Itulah yang disebut hipotesis. Jadi, hipotesis adalah pernyataan yang bisa diuji kebenarannya dan yang bisa menjadi solusi atau jawaban terhadap suatu masalah McGuigan, 1978 (dalam Supratiknya, 2000). Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalan penelitian ini adalah Penggunaan teknik Assertive training dapat mengurangi konsep diri

11 negatif pada siswa kelas X di SMA PGRI 1 Tumijajar tahun ajaran 2014/2015 Sedangkan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah : Ha : Penggunaan teknik assertive training dapat dipergunakan untuk mengurangi konsep diri negatif pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Tumijajar tahun ajaran 2014/2015. Ho : Penggunaan teknik assertive training tidak dapat dipergunakan untuk mengurangi konsep diri negatif pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Tumijajar tahun ajaran 2014/2015.