Memilih Calon Anggota DPR RI yang Cermat (Cerdas dan Bermanfaat) (16/U)

dokumen-dokumen yang mirip
Lantas, bagaimanakah mencari sosok-sosok pemimpin terbaik yang akan berkumpul. DPR, Para Pemimpin Terbaik Untuk Kemajuan Indonesia (322/S)

Kriteria Presiden Impian Bangsa Indonesia Dimasa Depan (362/S) Oleh : PEFINTA DIANA PUTRI Kamis, 12 Juli :37

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

1) Nasionalis. 2) Pemberani

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

dipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin

MELAHIRKAN HAKIM REFORMIS Oleh: Arfan Faiz Muhlizi, S.H.,M.H. *

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

1.Berpegang teguh kepada Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalankan tugasnya sebagai pembuat perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

Saatnya DPR Berubah!!! (242/S) Oleh : Aa Nugraha Kamis, 05 Juli :29

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 51 SERI E

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

Munculkan Dimensi Pencerahan (92/S) Oleh : Erika Eriyanti Senin, 04 Juni :05

Visi & Misi Kepemimpinan Nasional dalam Pembangunan

Salam kejayaan untuk Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terjadi secara menyeluruh. di dunia ini, telah membawa berbagai dampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. di masyarakat. Individu melakukan kontak sosial berdasarkan adanya rasa percaya,

BAB I PENDAHULUAN. harus dimulai dengan rekruitmen yang terdiri dari aktifitas perencanaan,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

DENGAN HORMAT, SEHUBUNGAN DENGAN PENGUMUMAN PANITIA SELEKSI NOMOR... TENTANG SELEKSI TERBUKA CALON

H. AZWIR, S.Sos AMRAN

ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

PENGARAHAN UMUM GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA RAPAT PEMBINAAN APARAT POLISI PAMONG PRAJA SE- KALIMANTAN BARAT TAHUN

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA UPACARA PEMBUKAAN PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BRIGADIR POLRI T.A 2015 TANGGAL 4 AGUSTUS 2015

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

SELAMAT DATANG PESERTA PEMBINAAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

KEMENTERIAN AGAMA RI SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE - 68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

AGAMA, NEGARA DAN KAMPANYE OLEH: DUSKI SAMAD. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Padang

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN GOVERNANCE DI DAERAH

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

KORUPSI DAN KECERDASAN. Oleh Yoseph Andreas Gual

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

12 kriteria calon anggota DPR yang ideal : 1. Jujur.

Pjs. WALI KOTA BANDUNG

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

PAKTA INTEGRITAS PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

1. Memiliki keyakinan, tidak ragu

1. Memiliki sifat pancasila sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BENGKALIS, 25 JULI 2017

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA (INTERVIEW) PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PADA INDUSTRI PAKAIAN DI JL. DENAI MEDAN

4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Kriteria Presiden Indonesia Dalam Pandangan Islam (576/M) Oleh : Zulkarnain Senin, 16 Juli :50

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

Penciptaan Wibawa Polri Berorientasi Zero Case. Oleh : Danny Siagian Rabu, 23 Oktober :22

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

KEPUTUSAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna Bidang Polhukam, 31 Agustus 2010 Selasa, 31 Agustus 2010

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Sehat Jasmani dan Rohani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL. 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian,

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi

MAKALAH. Peranan Pers Dalam Mengawasi Penegakan Hukum dan HAM

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

KOPI - Sejak era reformasi hingga sekarang, Indonesia masih dihadapkan pada masalah-masalah klasik, misalnya penegakan hukum, pemberantasan korupsi, masalah desentralisasi dan otonomi daerah, serta masih banyak lagi permasalahan lainnya. Reformasi yang dilancarkan di Indonesia tahun 1998 yang ditandai dengan peralihan kekuasaan pemerintahan dari rezim orde baru ke reformasi yang dilanjutkan dengan pemilihan umum tahun 1999, merupakan langkah awal untuk menemukan sosok kepemimpinan nasional dan sumberdaya aparatur yang sesuai dengan keinginan hati masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Namun, pada saat ini rakyat harus banyak-banyak menelan kekecewaan, dikarenakan petinggi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pemimpin yang pada mulanya benar-benar mereka harapkan dapat mendengar dan mewujudkan aspirasi mereka, pada kenyataannya kini malah banyak yang membelot, bukan menjadi wakil rakyat sebagaimana mestinya, akan tetapi sekarang telah beralih jabatan menjadi tuan bagi rakyatnya sendiri. Pemilihan kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah secara langsung oleh rakyat maupun pemilihan kepala negara dan dewan perwakilan rakyat pusat secara langsung pula oleh rakyat, mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan sosok pribadi pemimpin yang ideal atau sesuai dengan kebutuhan, maka sistem dan tatacara serta kriteria pencalonan harus mengarah kepada terpilihnya seorang atau sekelompok orang yang betul-betul berkwalitas. Hal ini sebenarnya secara tidak langsung menunjukkan bahwa tanggung jawab kepemimpinan dalam negara demokrasi berada ditangan rakyat, karena rakyatlah yang memilih langsung. Oleh karena itu, pemahaman tentang pemimpin yang ideal haruslah diselaraskan dengan kebutuhan bangsa saat ini, bukan berdasarkan sikap subyektifitas pribadi, suka atau tidak suka, satu golongan atau tidak satu golongan. Kepemimpinan yang visioner, kuat dan transformatif, bagaimanapun akan mendorong masyarakat dan segenap elemen bangsa untuk semakin merasakan atau memilki tanggung jawab bersama dalam memajukan bangsa. Berikut merupakan 12 kriteria calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang diharapkan mampu menjadi sosok yang ideal bagi rakyat dan negara, diantarnya: 1. Berprinsip dan Berkomitmen Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, sejak dari dahulu hingga saat ini dan masa yang akan datang, yang selalu menjadi kunci penting adalah sejauh mana prinsip dan komitmen para pemimpin ini mengkristal dan menjadi kepribadian, khususnya bagi para anggota DPR dan bagi 1 / 6

segenap aparatur negara pada umumnya, bukan hanya segelintir para elit saja. Hal ini penting adanya, karena penyebab terjadinya perubahan dan kemajuan dalam pembangunan adalah berdasarkan prinsip dan komitmen para pemimpinnya. Konsistensi diri dan kreasi intelektual dalam implementasi regulasi dan kebijakan untuk menangani problem dalam pengelolaan negara menjadi faktor penentu keberhasilan yang diharapkan oleh segenap lapisan masyarakat. 2. Memiliki Kredibilitas dan Kapabilitas sebagai Seorang Pemimpin Seorang anggota dewan haruslah orang yang kredibel (memiliki moral sebagai seorang pemimpin) dan kapabel (memiliki kemampuan untuk memimpin). Beberapa hal yang harus dimiliki seorang anggota dewan adalah kreatifitas, sensitifitas, visi, dan kesabaran. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menghasilkan pemimpin pada generasi berikutnya, bukan pengikut. Karena situasi yang dihadapi berikutnya belum tentu sama dengan situasi saat ini. Seorang pemimpin yang kredibel dan kapabel juga tidak boleh hanya berorientasi jangka pendek, ia harus berfikir jangka panjang, memikirkan bagaimana kondisi rakyat untuk 5-10 tahun mendatang. 3. Jujur dan Amanah Pemimpin haruslah seorang yang jujur dan dapat dipercaya, serta mampu mengkomunikasikan visinya. Artinya, ia harus mampu menstransformasikan visinya kepada rakyat, nilai-nilai yang dianutnya serta integritas dan kepercayaannya. 4. Bertanggung jawab Seorang anggota dewan harus berupaya optimal sebatas kemampuannya, namun jika dia belum bisa mewujudkan harapan rakyatnya untuk kepentingan bangsa dan negara apalagi jika ia berbuat kesalahan atau terindikasi menyimpang, maka aparat bersangkutan harus legowo untuk meletakkan jabatannya, bukan justru mempertahankan posisinya dengan segala macam dalih. 2 / 6

5. Bijaksana dan Adil Banyak pemimpin besar yang akhirnya jatuh karena tidak bijak menggunakan kekuasaan. Kekuasaan yang besar cenderung sewenang-wenang dan korup. Inilah awal keruntuhan dari kepemimpinan. Seorang pemimpin harus dapat menegakkan hukum demi keadilan, memberantas korupsi dan segala bentuk penyimpangan, serta membuat kebijakan dan regulasi yang peka dan memihak kepada seluruh elemen masyarakat, demi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Karena pada dasarnya setiap manusia apapun jabatannya dihadapan hukum adalah sama, maka pelanggaran hukum harus benar-benar mendapatkan perhatian yang serius, tidak peduli apapun bentuk pelanggarannya dan siapa pelakunya. 6. Profesional Riak dan pro-kontra dukungan dalam keseharian pelaksanaan pemerintahan sudah barang tentu biasa terjadi dalam kehidupan bernegara yang pluralis. Oleh karena itu, tarik menarik kepentingan dalam hal ini hendaknya murni didasari kepentingan yang lebih luas untuk rakyat, dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok partai tertentu saja. 7. Cerdas dan Berwawasan Luas Sebagai seorang calon anggota dewan yang nantinya akan mengurusi hajat hidup dan kepentingan rakyat banyak, sudah menjadi prioritas utama jika anggota dewan itu haruslah seorang yang cerdas dan berwawasan luas agar dapat menjawab tantangan dan permasalahan rakyat. Kecerdasan tidak hanya sebatas kecerdasan intelektual saja, akan tetapi juga menyangkut kecerdasan spiritual dan emosional. Kecerdasan seorang calon anggota dewan ini dapat diseleksi melalui kombinasi antara kefiguran, keprofesionalan, kompetensi serta background pendidikan dan pengalaman. Selain itu, wawasan yang luas mengenai IPTEK juga sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin untuk menghadapi tantangan di era globalisasi saat ini yang semakin kompleks. 8. Tegas 3 / 6

Sungguh sangat memprihatinkan apabila kita melihat perkembangan kondisi bangsa akhir-akhir ini, di mana sejumlah persoalan besar masih belum dapat diselesaikan secara tuntas, tepat, dan sesuai dengan ketentuan hukum dan nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Saat ini perilaku para politisi yang kadang terlalu hiruk pikuk ketika membahas suatu kasus yang hasilnya tidak jelas. Banyak kasus yang masih menjadi pekerjaan berat pemerintah, dan jika tidak dipimpin oleh pemimpin yang tegas, akan sangat sulit mengharapkan kasus-kasus itu bisa diselesaikan. Masyarakat saat ini sudah bosan dengan sosok pemimpin yang ragu-ragu. 9. Mau Terjun Langsung Anggota dewan memang harus terjun langsung kepada orang yang diwakilkannya, dalam hal ini rakyat. Anggota dewan harus mendengar langsung aspirasi mereka, bukan hanya dilakukan saat kampanye. Karena, kerja sesungguhnya adalah saat terpilih menjadi anggota dewan, bukan janji-janji saat mereka mencalonkan diri. 10. Ikhlas Pemimpin yang ikhlas akan dekat di hati rakyatnya, karena hakikatnya memimpin adalah pelayanan, pengabdian, dan dedikasi diri kepada orang lain. Oleh Karena itu, seorang anggota dewan harus memilki sikap ikhlas dan siap dengan hujatan. Rakyat tidak sama pikirannya, jadi pemimpin harus siap dengan kondisi terburuk seperti itu. Hujatan, isu politik dan lain sebagainya itu merupakan konsekuensi jadi pemimpin dan hal yang biasa di jajaran parlemen, sikap dan tekad untuk pengabdian lah yang harus lebih diutamakan. 11. Bersikap Realistis, Bukan Materialistis Anggota dewan yang baik harus mampu bersikap realistis dalam menyikapi keadaan bangsa saat ini sehingga bisa menentukan pilihan terbaik, serta mengerti akan kebutuhan rakyatnya. Selain itu, seorang pemimpin juga harus mampu menentukan skala prioritas dalam menjalankan tugasnya, karena tidak semua keinginan dapat dilaksanakan. Segala keinginan, hendaknya lebih mengutamakan hak rakyat dari pada kepentingan diri sendiri. karena kepentingan yang muluk-muluk dan bersifat subyektif akan mengarah pada sifat materialistis. 4 / 6

12. Menjunjung Tinggi Budaya Malu Seorang pemimpin haruslah seorang yang beriman, dan salah satu ciri iman yaitu terpupuknya rasa malu dalam dirinya sendiri. Budaya Korupsi yang merajalela saat ini, telah mengawali runtuhnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Budaya-budaya inilah yang akan mematikan prestasi dan kurang memupuk jiwa kreatifitas. Oleh karena itu, saat ini masyarakat perlu ikut dan turut serta berperan aktif untuk mencegah praktek-praktek korupsi, salah satunya adalah ikut berperan aktif dalam menegakkan budaya malu. Malu dalam artian malu terhadap diri sendiri, orang lain atau masyarakat, dan utamanya kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui jika kita ingin berbuat hal-hal yang berbau korupsi. Biodata Penulis Nama : Imroatul Hasanah TTL : Lampung, 19 januari 1992 Universitas : Brawijaya Alamat Univ. : Malang Alamat Domisili : Jl. Bunga Kumis Kucing No.32, Malang Email : Ie.iemHanah@gmail.com 5 / 6

No. HP : 085669800551 FB : Hasanah Trydes 6 / 6