BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN I.1

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

LAPORAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merumuskan dan menyalurkan kepentingan masyarakat.partai politik juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi publik karena dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB Latar Belakang.

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGGUNAKAN HAK PILIH PADA PEMILU LEGISLATIF BAGI PARA PEMILIH PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi demokrasi, terbukti dengan diberikannya kebebasan kepada setiap warga negara untuk bebas menyatakan pendapat dan mengawasi jalannya Pemerintahan. Pernyataan tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 yang berbunyi Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Demokrasi merupakan suatu bentuk Pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki kesempatan yang sama atau hak yang sama di dalam mengambil suatu keputusan guna menentukan masa depan kehidupannya. Pengertian demokrasi itu sendiri menurut Lincoln (dalam Gatara, 2008, hlm 251) adalah Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Adapun ciri lain dari negara demokratis yakni berkedaulatan rakyat, sudah tentu rakyat harus diikutsertakan dalam kehidupan politik agar rakyat dapat turut serta untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin mereka, yang nantinya akan membuat dan menentukan isi kebijakan umum bagi seluruh rakyat. Sudah jelas bahwa suatu negara yang menegakan demokrasi harus melibatkan keikutsertaan rakyat, karena dalam negara demokrasi rakyatlah yang berhak menentukan siapa yang menjadi pemimpin mereka. Dalam negara demokrasi memperbolehkan setiap warga negara untuk berpartisipasi secara langung maupun perwakilan. Secara langsung yaitu dengan ikut aktif dalam kegiatan politik sampai menduduki jabatan tertentu dalam Pemerintahan, adapun partisipasi secara tidak langsung atau perwakilan berupa memberikan hak suara dengan memilih calon pemimpin

2 dalam pemilihan umum (Pemilu) yang nantinya dapat menetukan perumusan, pengembangan, dan pembutan hukum. Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih para anggota perwakilan atau lembaga legislatif baik di tingkat DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Namun setelah dilakukannya amandemen ke-4 UUD 1945 pada tahun 2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang semula dilakukan oleh MPR disepakati bersama untuk dilakuan pemilihan secara langsung. Pagelaran pesta demokrasi, yang melalaui Pemilu dilaksanakan setiap 5 tahun sekali di Indonesia merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi, baik memilih anggota legislatif maupun eksekutif. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan. Mulai dari daftar pemilih tetap (DPT) yang masih belum jelas, banyaknya kertas suara yang tertukar antar daerah pemilihan (Dapil) dan serta masih adanya black campaign dan money politic serta masih banyak lagi. Karena, ada sebuah adagium dalam setiap pelaksanaan Pemilu, bahwa Pemilu tanpa money politic suatu kemustahilan. Sebagai salah-satu contoh kasus money politic pada pemilu legislatif (Pileg) 2014 sebagaimana disampaikan oleh Sugiarto (dalam Republika Online, 2014) adalah yang dilakukan oleh oknum di Nias Utara, Sumatra Utara. Petugas Pengawas Pemilu (Panwaslu) menangkap basah seorang oknum yang sedang membagi-bagikan uang sebesar Rp 4,8 juta pada malam sebelum pemungutan suara dimulai. Adanya pelanggaran ini bisa menyebabkan sengketa sebelum dan sesudah Pemilu, selain itu biaya Pemilu yang sangat tinggi pada tahun 2004 saja Pemerintah menggelontorkan sekitar Rp 4,4 triliun. Rincian dana penyelenggaraan Pemilu 2004 adalah Rp 3,8 triliun dari APBN dan tambahan dari instrumen APBD Rp 600 miliar, dan yang paling tinggi terjadi pada Pemilu tahun 2009 mencapai Rp 47,9 triliun ini hampir sepuluh kali lipat anggaran Pemilu 2004 (Dua Ribu Tahun Cahaya, 2009). Sedangkan pada tahun 2014 Pemerintah menurut Martowardojo (dalam Satyagraha, 2013) menggelontorkan dana mencapai Rp.16 triliun.

3 Besarnya biaya yang digelontorkan dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi berbanding terbalik dengan tingkat partisipasi politik warga negara, bahkan pada Pemilu legislatif tahun 2014 ini angka Golput semakin meningkat dari tahun sebelumnnya. Menurut Rully (dalam Trinita, 2014) peneliti Lingkar Survei Indonesia (LSI) memprediksikan angka Golput pada tahun 2014 mencapai 34,02%. Rully mencatat, angka Golput pada Pemilu 1999 hanya 10,21 %. Pada pileg 2004, angkanya naik menjadi 23,34 % dan pada Pemilu legislatif 2009 naik lagi menjadi 29,01 %. Namun pada faktanya angka Golput pada Pemilu Legislatif tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 2% bila dibandingkan dengan Pemilu 2009 yaitu sebesar 27% (BBC Indonesia), namun tetap saja anggka Golput jauh mengungguli perolehan suara PDI Perjuangan (19,67 %), Golkar (14,54 %), Gerindra (11,86 %), atau Demokrat (9,75 %). Untuk lebih jelasnya lagi bisa lihat grafik angka Golput pada Pemilu. 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 23,34% 29,01% 27,00% 15,00% 10,00% 10,20% 5,00% 0,00% 1 Tahun 1999 Tahun 2004 Tahun 2009 Tahun 2014 Sumber: Lingkar Survei Indonesia (2014), diolah oleh Peneliti. Gambar 1.1 Grafik Angka Golput pada Pemilu Semakin tingginya angka Golput atau berkurangnya minat partisipasi politik dari warga negara seakan menjadi sesuatu yang mengganjal dalam

4 jalannya pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Menurunnya kepercayaan rakyat kepada para elit politik dan pemimpin yang sedang menjabat saat ini baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, dikarenakan para wakil/pemimpin yang sudah dipilih pada Pemilu sebelumnya tidak bisa menyalurkan asiprasi mereka. Selain itu, mengingat pada lima tahun belakangan ini banyak kasus korupsi yang menjerat para elit partai politik baik di tingkat eksekutif maupun legislatif yang menyebabkan semakin berkurangnya kepercayaan rakyat kepada setiap partai politik/calon legislatif yang diusung partai politik. Pemilu konvensional yang sudah dikenal masyarakat saat ini memiliki kelemahan baik dari segi lamanya tahapan pelaksanaan Pemilu, tingginya biaya yang dikeluarkan, serta banyaknya konflik sebelum dan sesudah Pemilu. Mungkin, ini merupakan salah-satu faktor penyebab kurangnya minat partisipasi politik warga negara selain faktor-faktor lainnya yang sudah dipaparkan sebelumnya. Untuk mengantisipasi kurangnya tingkat partisipasi politik, dimunculkan suatu gagasan baru mengenai penggunaan metode e- voting dalam melaksanakan Pemilu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada khususnya teknologi elektronik dan teknologi berbasis web. Tujuan dari e-voting pada dasarnya untuk mempermudah dan menghemat waktu serta biaya di dalam melakukan pemungutan suara. Pengertian e-voting sendiri merupakan suatu metode pengambilan suara serta penghitungan hasil suara dengan bantuan perangkat elektronik. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Kahani (dalam Priyono & Dihan, 2010, hlm E56), E-voting refers to the use of computers or computerized voting equipment to cast ballots in an election. Dengan kata lain teknologi ini memudahkan pemilih dalam suatu Pemilu di dalam menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan media elektronik ataupun internet tanpa mencederai asas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dalam setiap pelaksanaan suatu sistem pasti akan menghadapi kendala terutama implementasi metode e-voting, akan tetapi kendala dalam

5 pelaksanaan e-voting rasanya tidak akan terlalu menjadi hambatan. Melihat Indonesia sebagai negara berkembang yang tidak luput dari imbas kemajuan teknologi, dirasakan tidak akan terlalu sulit dalam pelaksanaan e-voting khususnya pemilih pemula. Dikarenakan pemilih pemula yang baru pertama kalinya melakukan pemilihan yang didominasi oleh kalangan pelajar yang sangat antusias akan kemajuan teknologi. Teknologi sendiri dapat diartikan keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia. Semua anggota masyarakat termasuk pemilih pemula disadari/tidak, secara langsung ataupun tidak pasti mengalami proses sosialisasi politik. Jumlah pemilih pemula yang cukup banyak dalam pagelaran pesta demokrasi yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 baik itu Pemilu legislatif dan Presiden merupakan sasaran yang empuk bagi partai politik dalam mendulang suara. Perlunya suatu pendidikan politik dan sosialisai politik yang cukup agar pemilih pemula dapat berpartisipasi di dalam memberikan hak suaranya. Selain itu, pemilih pemula harus mendapatkan stimulus lebih agar bisa berpartisipasi aktif dalam pemilihan dan ini bisa dilakukan di sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick dalam tulisannya (2014) bahwa menurut penelitian di Jerman, minat politik terutama muncul dan berkembang selama masa sekolah. Pengaruh lingkungan sekolah jauh lebih kuat daripada pengaruh keluarga atau teman. Pernyataan Dick dipertegas oleh Ruschke (dalam Dick, 2014), sayangnya, pendidikan sosial dan politik justru makin tidak penting di banyak sekolah. Padahal minat untuk partisipasi politik harus dibangkitkan sejak usia muda. Namun, untuk saat ini dalam pelaksanaan metode e-voting diterapkan pada skala kecil yakni pada pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolah mengingat waktu dan biaya yang dibutuhkan Peneliti apabila langsung diterapkan pada skala yang besar. Melihat kurangnya tingakat partisipasi siswa di dalam pemilihan Ketua OSIS, diharapkan dengan penggunaan e-voting bisa meningkatkan partisipasi siswa. Karena, pada

6 dasarnya pemilihan Ketua OSIS merupakan sarana pembelajaran pertama bagi pemilih pemula dalam aktif berpartisipasi dalam pemilihan. Siswa yang berperan aktif dalam pemilihan Ketua OSIS merupakan perwujudan dari civic responsibility, yakni warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang bertanggung jawab sesuai dengan tujuan dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu nation and character building. Karena tujuan PKn pada dasarnya adalah terwujudnya partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsipprinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah, Peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik dalam pemilihan Ketua OSIS terhadap peningkatan civic responsibility pemilih pemula. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut, Peneliti mengangkat judul penelitian Pengaruh Implementasi Metode E-voting Sebagai Media Partisipasi Politik Pada Pemilihan Ketua OSIS Di SMA N 1 Manonjaya Terhadap Peningkatan Civic Responsibility. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa masalah penelitian yang ingin diangkat adalah lemahnya tingkat pasrtisipasi pemilih dalam setiap pagelaran pesta demokrasi. Karena, pada dasarnya warga negara yang bertanggung jawab secara tidak langsung akan akan berpartisipasi aktif dalam setiap pagelaran pesta demokrasi. Dalam penelitian ini pula yang lebih difokus yaitu bagaimana pemilih pemula bisa berpartisipasi aktif dalam pemilihan Ketua OSIS melalui penggunaan metode e-voting yang secara tidak langsung dapat meningkatkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar Identifikasi Masalah.

7 Salah-satu cerminan warga negara yang bertanggung jawab (civic responsibility) Yang terjadi Semakin tingginya angka Golput Tingginya biaya yang dikeluarkan dalam setiap pelaksanaan Pemilu Banyaknya sengketa sebelum dan sesudah Pemilu Tingginya partisipasi pemilih dalam pemilihan Ketua OSIS. Dengan begitu secara tidak langsung dapat terlihat peningkatan civic responsibility yang harus dilakukan Hasil yang diharapkan Penggunaan metode e- voting dalam pemilihan Ketua OSIS dengan proses Perlu suatu gagasan baru untuk menarik minat partisipasi pemilih

8 Sumber: Diolah oleh Peneliti (2014) Gambar 1.2 Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi masalah pokok adalah bagaimana pengaruh implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya terhadap peningkatan civic responsibility? Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya? 2. Bagaimanakah pengaruh implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya terhadap peningkatan civic responsibility? D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh implementasi metode e-voting sebagi media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya terhadap peningkatan civic responsibility terhadap peningkatan civic responsibility. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 1. Untuk mengetahui implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya. 2. Untuk mengetahui pengaruh implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya terhadap peningkatan civic responsibility. E. Manfaat Penelitian adalah: Ada beberapa manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini, 1. Manfaat teoritis, yaitu pengembangan keilmuan PKn, khususnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang wawasan keilmuan bagi peneliti. 2. Manfaat praktis, yaitu: a. Dapat memberikan gambaran tentang implementasi metode e- voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya. b. Memberikan informasi tentang pengaruh pengaruh implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya terhadap peningkatan civic responsibility. c. Diharapkan menjadi bahan masukan bagi Pemerintah untuk mengkaji tentang pengaruh implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik terhadap peningkatan civic responsibility. d. Sebagai literatur bagi pihak yang berminat meneliti lebih lanjut. F. Struktur Organisasi Tesis Bab I menyajikan latar belakang penelitian yang menjadi konteks munculnya masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II menyajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi deskripsi, analisis konsep, teori-teori, dan

10 penelitian terdahulu yang relevan mengenai implementasi metode e-voting sebagai media partisipasi politik pada pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Manonjaya terhadap peningkatan civic responsibility. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji antarvariabel penelitian. Bab III menyajikan metodologi penelitian menyajikan lokasi, subjek populasi, sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan dalam setiap indikator, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan data atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitiian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian. Saran atau rekomendasi yang ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.