PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

LAPORAN HIBAH PENELITIAN DALAM IMPLEMENTASI DUE-LIKE DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN METODE PEMBELAJARAN MY REKAN EMPAT

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA SMA

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS BAGI MAHASISWA SETELAH MENGIKUTI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PADA TOPIK PRINSIP ARCHIMEDES

Sri Mursiti, Titi Wahyukaeni, Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229

PENINGKATAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS BAGI MAHASISWA MELALUI PERKULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN BERBASIS INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2010). Dari beberapa metode pembelajaran

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP

PENGARUH PENGGUNAAN ULAR TANGGA REDOKS SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT BERVISI SETS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

KEBERKESANAN PEMBELAJARAN KIMIA MATERI IKATAN KIMIA BERVISI SETS PADA HASIL BELAJAR SISWA

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS QUESTION STUDENT HAVE DENGAN BANTUAN CHEMO-EDUTAINMENT MEDIA KEY RELATION CHART TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI STRATEGI INTERACTIVE QUESTION AND READING ORIENTATION BERBASIS PROBLEM POSING

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Siti Sya adah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

PENGARUH PENGETAHUAN ALAM TERHADAP PEMAHAMAN MATAPELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

PENGARUH MEDIA VISUAL DI RUANG KELAS TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

EFEKTIVITAS METODE STUDENT CENTERED LEARNING YANG BERBASIS FUN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN ARTIKEL KIMIA DARI INTERNET PADA MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA

INOVASI LAPORAN PRAKTIKUM DENGAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISISWA TERHADAP PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Sri Susilogati Sumarti. Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang, Indonesia ABSTRAK

KOMPARASI HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITY DAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA SMP KELAS VIII POKOK BAHASAN CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maria Fitria Ningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

BAB I PENDAHULUAN. (KPS) (Ramli, 2011). Selain itu, menurut Rustaman (2003) KPS. proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (S1)

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. model dalam pembelajaran pun dikembangkan agar dapat lebih menarik minat,

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT MELALUI PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DAN PENILAIAN PORTOFOLIO

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

PENINGKATAN LIFE SKILL SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAME SIMULATION

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA di SMA DENGAN MODEL CTL

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. PMIPA FKIP UR pada semester satu. Mata kuliah ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN (Menemukan Ide Penelitian)

Peningkatan Hasil Belajar Sejarah melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw Siswa Kelas XII

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menuntut

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

Transkripsi:

Sri Wardani, Pengembangan Keterampilan Proses Sains... 317 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO Sri Wardani Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 ABSTRAK Keterampilan berpikir dan proses sains haruslah dikembangkan melalui pembelajaran kimia dengan model tertentu untuk membina kemampuan mahasiswa memecahkan masalah. Metode praktikum merupakan metode yang sangat efektif untuk pembelajaran kimia, sebab praktikum membantu mahasiswa calon guru untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan data yang benar. Praktikum yang biasa dilakukan adalah skala makro, dalam hal ini kelemahanya adalah biaya tinggi dan limbah yang banyak. Pada penelitian ini dikembangkan metode praktikum KLT skala mikro agar lebih ekonomis dan mengembangkan kreativitas mahasiswa untuk mengembangkan praktikum yang lain. Penelitian diselenggarakan dengan subyek penelitian 31 mahasiswa program studi Pendidikan Kimia semester V. Materi praktikum yang dikenakan adalah kromatografi lapis tipis (KLT) dengan skala mikro. Dari hasil uji-t, didapat hasil ada perbedaan yang signifi kan. Hal ini berarti pemahaman konsep dan keterampilan proses sains (KPS) meningkat setelah mahasiswa calon guru mengalami proses pembelajaran praktikum KLT skala mikro. Dari hasil rata-rata nilai pemahaman konsep, meningkat dari 77,48 menjadi 80,55 dan keterampilan proses sains meningkat nilai rata-ratanya dari 76,19 menjadi 82,16. Mahasiswa calon guru 96% menanggapi positif, yaitu setuju dan sangat setuju bahwa proses pembelajaran praktikum KLT skala mikro dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep KLT pada mahasiswa calon guru kimia. Kata kunci : Keterampilan proses sains, skala mikro PENDAHULUAN Abad 21 ini merupakan era reformasi dan globalisasi yang ditandai dengan munculnya persaingan bebas antar bangsa. Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari bangsa bangsa di dunia ini harus mampu turut dalam persaingan bebas tersebut. Untuk itu perlu dibangun manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan formal maupun informal. Sesuai dengan kurikulum pendidikan kimia 2002, pendidikan kimia pada mahasiswa calon guru bertujuan agar mahasiswa mampu menguasai konsep konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari hari maupun dalam teknologi, mampu menerapkan berbagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari dan teknologi secara ilmiah dan menguasai konsep konsep kimia untuk meningkatkan kesadaran akan kemajuan IPTEK dan kelestarian lingkungan. Dari tujuan pendidikan kimia di atas dapat dipahami bahwa mahasiswa calon guru, tidak hanya harus menguasai/memahami konsep kimia, tetapi harus mampu menerapkan konsep kimia dalam memecahkan suatu masalah. Keterampilan proses merupakan suatu pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah

318 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol.2, No. 2, 2008, hlm 317-322 ketrampilan tertentu pada diri mahasiswa calon guru, agar mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep maupun pengembangan sikap dan nilai. Melalui keterampilan proses, konsep yang diperoleh mahasiswa calon guru akan lebih bermakna karena ketrampilan berfi kir mahasiswa akan lebih berkembang. Dalam mengembangkan ketrampilan proses, dapat digunakan metode praktikum, karena dalam praktikum ketrampilan yang dikembangkan bukan saja ketrampilan psikomotorik tetapi juga ketrampilan kognitif dan afektif. Masalah yang akan diungkap adalah: (1) apakah metode praktikum skala mikro yang telah dirancang dapat mengembangkan keterampilan proses Sains mahasiswa calon guru?, (2) bagaimana keterampilan proses Sains mahasiswa calon guru pada pembelajaran kromatografi lapis tipis dengan metode praktikum skala mikro?, (3) bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa calon guru terhadap proses pembelajaran metode praktikum skala mikro yang telah dikembangkan?, (4) bagaimana pemahaman mahasiswa calon guru terhadap konsep Kromatografi lapis tipis setelah mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum skala mikro? Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) memperoleh prosedur percobaan skala mikro untuk mahasiswa calon guru semester lima pada praktikum Kromatografi lapis tipis, (2) memperoleh gambaran mengenai keterampilan proses Sains mahasiswa calon guru pada pembelajaran Kromatografi lapis tipis dengan metoda praktikum skala mikro, (3) memperoleh tanggapan dari mahasiswa calon guru dan dosen mengenai asesibilitas metode praktikum skala mikro yang dikembangkan, (4) memperoleh gambaran tentang pemahaman mahasiswa calon guru terhadap konsep Kromatografi lapis tipis setelah mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum skala mikro. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif metode praktikum yang dapat mengatasi masalah biaya dan upaya meminimalkan limbah, serta dapat mengembangkan pemahaman mahasiswa calon guru, memberikan informasi bagi dosen jurusan pendidikan kimia mengenai ketrampilan proses sains yang dapat dikembangkan melalui praktikum skala mikro dan konsep kromatografi lapis tipis, dan memberikan informasi bagi dosen dan mahasiswa calon guru mengenai teknik pengukuran keterampilan proses sains mahasiswa calon guru selanjutnya. Pada kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai macam pendekatan yang dapat diterapkan guna mengoptimalkan hasil proses belajar mengajar yang ingin dicapai. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan khususnya pada pengajaran ilmu sains (IPA) yaitu pendekatan ketrampilan proses. Pendekatan ketrampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fi sik, social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa (Usaman, dkk, 1994). Brotherton dan Preece (1995), mengemukakan struktur hirarki keterampilan proses yang terdiri dari dua bagian, yaitu keterampilan dasar yang meliputi observasi, klasifi kasi, meramalkan, mencatat data, hubungan ruang dan waktu, dan keterampilan terintegrasi yang meliputi interpretasi data, mengontrol variabel, cara mendefinisikan, merumuskan hipotesis. S e d a n g k a n S e m i a w a n ( 1 9 9 2 ) merinci kemampuan kemampuan yang dapat dikembangkan dalam keterampilan proses adalah

Sri Wardani, Pengembangan Keterampilan Proses Sains... 319 mengamati (observasi), membuat hipotesa, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data (interpretasi), menyusun kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan (prediksi), menerapkan (aplikasi) dan mengkonsumsikan. Menurut Dahar (1986), keterampilan proses IPA terdiri dari mengamati (observasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep (aplikasi), merencanakan penelitian, mengkonsumsikan dan mengajukan pertanyaan. Ilmu pengetahuan alam merupakan rangkaian ilmu yang tersusun karena adanya hasil pengamatan terhadap gejala gejala alam. Kimia sebagai bagian dari IPA yang mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, dan terkadang sulit untuk dipahami siswa. Untuk membantu pemahaman proses berfikir, salah satunya yaitu diadakannya kegiatan praktikum di dalam maupun di luar laboratorium. Menurut Subiyanto dalam Taufi qurrohman (2000), salah satu tujuan pendidikan sains adalah mengembangkan metode pembelajaran melalui metode praktikum. Metode praktikum juga dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Oleh karena itu metode praktikum dapat menjadi salah satu metode pengajaran yang dapat digunakan. Melalui metode praktikum mahasiswa calon guru diarahkan untuk menemukan sendiri jawaban terhadap permasalahan yang dihadapinya sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, seperti yang dikemukakan Dahar (1996) bahwa belajar bermakna hanya akan terjadi melalui belajar menemukan sesuatu. Praktikum merupakan satu cara untuk menemukan suatu jawaban dari permasalahan sains yang dihadapi oleh mahasiswa calon guru. Pengalaman yang diperoleh akan bertahan lama dan dapat menimbulkan efek transfer yang baik. Selama ini kegiatan praktikum yang dilaksanakan merupakan kegiatan praktikum kimia skala makro. Meskipun tidak diragukan lagi keunggulannya, praktikum kimia skala makro menunjukkan kelemahan yaitu diperlukan zat kimia yang lebih banyak, sehingga memerlukan biaya yang cukup besar, menuntut kesiagaan dalam pengalaman, karena dapat menganggu kesehatan dan dapat menimbulkan kecelakaan. Hal tersebut mengakibatkan banyak guru guru dalam pembelajarannnya tidak melakukan kegiatan praktikum. Untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan praktikum skala makro Silberman (1994), Asep, dkk (1997) dan Gebi dkk. (1999) mengusulkan untuk melakukan praktikum kimia dalam skala mikro. Praktikum yang digunakan dalam penelitian ini adalah praktikum skala mikro dengan alat dan bahan yang digunakan juga dengan desain ukuran yang lebih kecil dari peralatan yang digunakan pada praktikum biasanya. Sedangkan kelemahan praktikum skala mikro menurut Williason dkk. dalam Gebi (1999) yaitu perubahan keseluruhan skala makro menjadi skala mikro dapat menghilangkan banyak pengalaman siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka desain peralatan skala mikro dibuat tanpa mengabaikan teknik skala makro. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan subyek penelitian mahasiswa semester gasal prodi Pendidikan Kimia yang mengambil mata kuliah praktikum Dasar Pemisahan Analitik (DPA). Obyek penelitian kromatografi yang

320 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol.2, No. 2, 2008, hlm 317-322 diharapkan dikuasai mahasiswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bentuk pelaksanaan perkuliahan yaitu pembelajaran DPA pokok materi kromatografi dengan model praktikum skala. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi mahasiswa calon guru yang meliputi pemahaman konsep dan keterampilan proses. Instrumen penelitian ini terdiri atas Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Prosedur percobaan skala mikro, Lembar kerja mahasiswa (LKM), lembar tes Penguasaan Konsep, Kuesioner dan wawancara. Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrument yang digunakan. Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dilakukan analisis hasil tes penguasaan konsep maupun keterampilan proses sains sebelum dan sesudah pembelajaran dengan skala mikro. Analisis komparasi sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran dilakukan uji t. Untuk melihat tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan maka dilakukan analisis terhadap lembar angket dan wawancara. Analisis terhadap keterampilan laboratorium untuk melihat aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dilihat dari format penilaian praktikum. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diperoleh dari penilaian tes penguasaan konsep dan pengamatan pada lembar kerja mahasiswa sebelum praktikum (pretest) dan sesudah praktikum Kromatografi Lapis Tipis (KLT) skala mikro dilakukan (post-test). Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan Ketrampilan Proses Sains (KPS) sebelum dan sesudah pembelajaran skala mikro dilakukan uji-t. tanggapan calon guru terhadap proses pembelajaran skala mikro yang dikembangkan, dengan mengevaluasi hasil angket yang telah diisi mahasiswa calon guru. Pemahaman mahasiswa calon guru terhadap konsep KLT dengan praktikum skala mikro dikembangkan dari pertanyaanpertanyaan dalam lembar kerja mahasiswa. Mahasiswa yang diberi perlakuan dan diuji hasilnya adalah mahasiswa Pendidikan Kimia semester V yang mengikuti praktikum Dasar Pemisahan Analisa (DPA) dengan jumlah mahasiswa 31 orang. Pre-test pemahaman konsep dilakukan sebelum praktikum KLT skala mikro. Hasilnya, 3 mahasiswa mendapatkan nilai 70,17 mahasiswa mendapat nilai 75-79 dan 11 mahasiswa mendapat nilai 80-85 dengan rata-rata 77,48. Post-test penguasaan konsep dilakukan setelah mahasiswa melakukan praktikum KLT skala mikro, hasilnya ada peningkatan pemahaman, 11 mahasiswa mendapat nilai 75-79, 17 mahasiswa mendapat nilai 80-85, 3 mahasiswa mendapat nilai 86-90, dengan rata-rata 80,55. Untuk menguji apakah pre-test dan posttest menghasilkan perubahan yang signifikan dilakukan uji-t, yang hasilnya menyatakan ada perubahan pemahaman konsep yang signifi kan pada mahasiswa calon guru sebelum praktikum KLT skala mikro dan sesudah praktikum KLT skala mikro. Pengembangan Keterampilan Proses Sains (KPS) yang diamati sebelum praktikum KLT skala mikro dan sesudah praktikum KLT skala mikro, digali dari pertanyaan-pertanyaan untuk pre-test KPS dan post-test KPS. Test KPS yang dikembangkan terdiri dari pertanyaan yang berhubungan dengan mengamati atau mengobservasi, menerapkan konsep, menafsirkan atau menyimpulkan, mengkomunikasikan hasil, menggunakan alat

Sri Wardani, Pengembangan Keterampilan Proses Sains... 321 dan bahar, dan merencanakan penelitian. Pengambilan data pre-test KPS dan post-test KPS dilakukan bersamaan dengan pre-test dan post-test pemahaman konsep, tetapi pertanyaanpertanyaan dikelompokkan tersendiri. Hasil pretest KPS yang didapat adalah sebagai berikut: 10 mahasiswa calon guru mendapat nilai pre-test KPS 70, 9 mahasiswa calon guru mendapat nilai 72-78, 12 mahasiswa mendapat nilai 80-82. Post-test KPS menghasilkan data sebagai berikut: 3 mahasiswa mendapat nilai 76-79, 16 mahasiswa mendapat nilai 80-82 dan 12 mahasiswa mendapat nilai 83-90. Untuk menguji pre-test KPS dan post-test KPS apakah ada perubahan yang signifi kan dilakukan uji-t, yang hasilnya menyatakan ada perubahan yang signifi kan antara sebelum praktikum KLT skala mikro dan sesudah praktikum skala mikro. Tanggapan mahasiswa calon guru pada proses pembelajaran metoda praktikum skala mikro dapat diamati dari isian kuisioner pada lampiran 3b. Hasil isian kuisioner yang didapat dari sepuluh pertanyaan pada mahasiswa calon guru mendapat jawaban Sangat Setuju sebanyak 56 (18%), Setuju 241 (78%) dan jawaban Tidak Setuju 13 (4%). Jadi 96% jawaban merespon sangat setuju, sedangkan 4% lainnya merespon tidak setuju. Berarti dapat dikatakan bahwa tanggapan mahasiswa terhadap praktikum DPA Kromatografi Lapis Tipis (KLT) skala mikro untuk meningkatkan KPS adalah positif. Pembahasan Dilihat dari hasil uji-t pre-test dan post-test pada penguasaan konsep dan peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) menunjukkan perbedaan yang signifi kan. Berarti ada pengembangan KPS dan pengembangan pemahaman konsep setelah mahasiswa melakukan praktikum KLT skala mikro. Hasil praktikum KLT skala mikro sama dengan yang skala makro, tetapi bahan yang digunakan hanya 25% dari skala makro, berarti hemat bahan kimia dan waktu yang diperlukan untuk praktikum hanya 20 menit, sedangkan untuk skala makro waktunya mencapai 70 menit. Tanggapan mahasiswa calon guru terhadap model pembelajaran ini sangat positif, bila diamati tiap penyataan dapat diungkapkan bahwa praktikum KLT skala mikro yang dikembangkan ini lebih ekonomis karena hemat bahan kimia, limbahnya lebih sedikit, menuntun kreatifitas belajar, mengembangkan kemampuan berpikir, menimbulkan minat merancang percobaan lain yang sejenis dan menyusun hipotesisnya. Dari tanggapan tersebut, terlihat bahwa praktikum DPA kromatografi lapis tipis skala mikro mengembangkan ketrampilan proses sains mahasiswa. SIMPULAN Metode praktikum KLT skala mikro dapat mengembangkan keterampilan proses sains (KPS) mahasiswa calon guru. KPS mahasiswa calon guru meningkat setelah melaksanakan pembelajaran praktikum KLT skala mikro dari ratarata nilai 76,19 menjadi 82,16. Mahasiswa calon guru setuju dengan proses pembelajaran KLT skala mikro dapat meningkatkan KPS. Pemahaman konsep KLT mahasiswa calon guru meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum KLT skala mikro dari rata-rata 77,48 menjadi rata-rata 80,55. DAFTAR PUSTAKA Asep Kadarohman. 1997. Pengembangan Kit Peralatan dan Prosedur Praktikum Kimia Organik Skala Mikro. Laporan Penelitian, FPMIPA IKIP Bandung. Gebi Dwiyanti, dkk. 1999. Pengembangan Model Pelaksanaan Praktikum Kimia Organik Skala Mikro di LPTK. Laporan Penelitian, FPMIPA IKIP Bandung : Tidak diterbitkan. Ratna Wilis Dahar dan Liliasari. 1986. Pengolahan Pengajaran Kimia. Jakarta : Depdikbud UT.

322 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol.2, No. 2, 2008, hlm 317-322 Taufi qurrohman, A. 2000. Analisis Kemampuan Siswa Kelas II pada Keterampilan Observasi melalui Pembelajaran Praktikum Skala Mikro Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung.