SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. minuman, terutama bahan pemanis buatan. Di samping harganya murah,

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

YUWIDA KUSUMAWATI A

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

KUALITAS SELAI MANGGA KWENI (Mangifera odorata Griff) RENDAH KALORI DENGAN VARIASI REBAUDIOSIDA A

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan terutama

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

UJI KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN RATIO TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG DAUN KELOR

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR...

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asupan zat gizi makro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

BAB 1 PENDAHULUAN. biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Rasa asam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

SKRIPSI. KUALITAS TEH CELUP DENGAN KOMBINASI TEH OOLONG DAN DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana Bert) Disusun oleh: Jovita Kurnia Dewi NPM:

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Di beberapa daerah,

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

SKRIPSI. Disusun oleh: Priska Prissilia NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sekarang ini, industri kuliner berkembang pesat di dunia, khususnya di

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Menurut Cabang Industri

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

MAKANAN UTUH (WHOLE FOODS) UNTUK KONSUMEN CERDAS. Fransiska Rungkat Zakaria, PhD, Prof. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum Linn)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi DISUSUN OLEH : ANI ROSYIDAH A420 100 033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR Oleh: ANI ROSYIDAH, A420100033, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 51 Halaman. ABSTRAK Pemanfaatan tempe agar semakin digemari oleh masyarakat dapat dimanfaatkan secara optimal dengan diversifikasi tempe dalam bentuk tepung. Daun stevia dari tanaman Stevia rebaudiana menghasilkan rasa manis 200-300 kali dari sukrosa. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar protein kue lumpur dengan substitusi tepung tempe dan proporsi penambahan pembanding pemanis alami dari gula pasir (sukrosa) dan ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana). Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kombinasi 9 perlakuan dan 2 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah kandungan protein menggunakan metode kjeldahl dan tingkat kesukaan konsumen dengan uji organoleptik. Hasil kadar protein tertinggi pada perlakuan F2M2 (penambahan tepung tempe 50 g, dan pembanding pemanis alami gula pasir dan ekstrak stevia 75 g : 2 g) yaitu 10,8 %, kandungan protein terendah pada F0M1 (penambahan tepung tempe 0 g, dan pembanding pemanis alami gula pasir dan ekstrak daun stevia 50 g : 2 g) yaitu 5,4 %. Tingkat kesukaan konsumen paling tinggi pada perlakuan F1M3 (penambahan tepung tempe 25 g, dan pembanding pemanis alami gula pasir dan ekstrak daun stevia 100 g : 2 g) yaitu 3,4, sedangakan tingkat kesukaan konsumen paling rendah pada F2M3 (penambahan tepung tempe 50 g, dan pembanding pemanis alami gula pasir dan ekstrak daun stevia 100 g : 2 g) yaitu 2,24. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung tempe dan pembanding pemanis alami dari gula pasir dan ekstrak daun stevia berpengaruh terhadap kadar protein dan tingkat kesukaan konsumen. Kata Kunci: Tepung tempe, Stevia rebaudiana, kue lumpur, gula pasir, kadar protein, uji organoleptik.

PENDAHULUAN Di Indonesia banyak sekali ditemukan tempe, makanan yang terbuat dari kedelai dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan (2008), tempe memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kacang kedelai. Pada tempe terdapat enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang selama proses fermentasi, sehingga protein, lemak, dan karbohidrat menjadi lebih mudah dicerna. Agar tempe semakin digemari oleh masyarakat dapat dimanfaatkan secara optimal dengan diversifikasi tempe dalam bentuk tepung yang memiliki variasi pada warna, bentuk, aroma, dan rasa. Diversifikasi tempe dalam bentuk tepung tempe lebih fleksibel dalam penggunaannya dan lebih lama masa simpannya. Salah satu fleksibilitas tepung tempe yaitu dapat digunakan sebagai bahan kue kering dan kue basah. Menurut Sutomo (2008), kandungan komposisi kimia dan nilai gizi kedelai, tempe, dan tepung tempe, dimana kandungan protein pada kedelai sebesar 46,2 g, kandungan lemak pada kedelai sebesar 19,1 g, kandungan karbohidrat pada kedelai sebesar 28,5 g, kandungan serat pada kedelai sebesar 3,7 g, kandungan abu pada kedelai sebesar 6,1 g. Kandungan protein pada tempe sebesar 46,5 g, kandungan lemak pada tempe sebesar 19,7 g, kandungan karbohidrat sebesar 30,2 g, kandungan serat sebesar 7,2 g, kandungan abu pada tempe sebesar 3,6 g. Sedangkan pada tepung tempe kandungan proteinnya sebesar 48,0 g, kandungan lemak sebesar 24,7 g, kandungan karbohidrat sebesar 13,5 g, kandungan serat sebesar 2,5 g, dan kandungan abunya sebesar 2,3 g. Salah satu jenis penguat cita rasa adalah ditambahkannya pemanis. Pemanis ini bisa menggunakan pemanis buatan ataupun pemanis alami. Pemanis buatan yang popular antara lain adalah aspartam dan sakarin. Pemanis buatan ini banyak digunakan oleh masyarakat khususnya penjual kue karena mudah didapat dan harganya murah. Akan tetapi, penggunaan pemanis buatan ini sangat berdampak

negatif bagi kesehatan. Sebab, pemanis buatan ini memiliki sifat karsinogenik yaitu penyebab kanker. Maka dari itu penggunaan pemanis alami lebih baik dari pada pemanis buatan. Pemanis alami yang bisa digunakan adalah gula tebu (sukrosa) dan gula aren. Akan tetapi gula tersebut mempunyai beberapa kelemahan di antaranya menyebabkan obesitas dan diabetes jika berlebihan dalam penggunaannya. Sukrosa dapat diganti menggunakan glukosa, maltosa ataupun glikosida yang lebih aman dalam penggunaannya. Tanaman stevia adalah salah satu dari tanaman yang mengandung glikosida yang dapat menghasilkan rasa manis sehingga dapat menggantikan gula sukrosa yang tinggi kalorinya. Glikosida yang digunakan secara komersial dinamakan steviosida yang memberikan rasa manis 250-300 kali dari gula. Meskipun steviosida yang paling tinggi tingkat kemanisannya, namun bila dipergunakan secara tersendiri sebagai gula murni untuk bahan pemanis makanan dan minuman dalam dosis banyak, maka akan menyebabkan rasa manisnya kurang mengena pada lidah (Lutony, 1993). Menurut penelitian Faizah (2012), pemanfaatan tepung tempe pada produk beragi yang didapatkan bahwa tepung dari tempe bisa dimanfaatkan untuk pembuatan roti manis rainbow isi brownis, roti tawar, dan doughnut tempe dengan formula yang tepat yang ditambahkan dengan tepung terigu, dimana formula yang tepat untuk membuat roti tersebut adalah 20 % tepung tempe dan 80 % tepung terigu. Menurut penelitian Maretta (2012), tentang pemanfaatan daun stevia (Stevia rebaudiana) sebagai pemanis alami terhadap kualitas organoleptik dan kadar gula total bolu kukus bahwa konsentrasi pemanis stevia yang agak manis adalah 0,15 g dengan penambahan gula murni (sukrosa) 50 g. Dengan memanfaatkan kandungan gizi yang terdapat pada tepung tempe dan daun stevia rendah kalori, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Tepung Tempe Untuk Pembuatan Kue Lumpur Coklat Dengan Penambahan Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana) Sebagai Pemanis Alami.

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen untuk memperoleh data dengan melakukan percobaan pembuatan kue lumpur dari penambahan tepung tempe dan daun stevia sebagai pemanis alami. Parameter dalam penelitian ini adalah kadar protein dan sifat organoleptik kue lumpur tepung tempe dengan pemanis alami daun stevia. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif kadar protein kue lumpur dan uji organoleptik kue lumpur. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kombinasi 9 perlakuan dan 2 ulangan. Adapun rancangan percobaan pembuatan kue lumpur dengan penambahan daun stevia dan gula pasir dapat dilihat pada Tabel 1. M F M3 M2 M1 F0 F0M3 F0M2 F0M1 F1 F1M3 F1M2 F1M1 F2 F2M3 F2M2 F2M1 Keterangan : F0 : Tanpa penambahan tepung tempe (kontrol). F1 : Penambahan tepung tempe dan tepung terigu (25 g dan 75 g). F2 : Penambahan tepung tempe dan tepung terigu (50 g dan 50 g). M3 : Perbandingan gula pasir dan stevia (100 g dan 2 g). M2 : Perbandingan gula pasir dan stevia (75 g dan 2 g). M1 : Perbandingan gula pasir dan stevia (50 g dan 2 g).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan penelitian pembuatan kue lumpur dari tepung tempe dengan tambahan pemanis alami ekstrak daun stevia diperoleh kadar protein kue lumpur menggunakan metode kjeldahl. Adapun kadar protein kue lumpur dapat dilihat dalam Tabel 2. Perlakuan Rata-rata kadar protein (%) F0M3 6,0 Keterangan: F0M2 5,7 F0M1 5,4** F1M3 7,8 F1M2 7,5 F1M1 7,5 F2M3 8,2 F2M2 10,8* F2M1 9,5 F0 : Tanpa penambahan tepung tempe (kontrol). F1 : Penambahan tepung tempe dan tepung terigu (25 g dan 75 g). F2 : Penambahan tepung tempe dan tepung terigu (50 g dan 50 g). M3 : Perbandingan gula pasir dan stevia (100 g dan 2 g). M2 : Perbandingan gula pasir dan stevia (75 g dan 2 g). M1 : Perbandingan gula pasir dan stevia (50 g dan 2 g).

Tabel 3. Data hasil uji organoleptik kue lumpur dari tepung tempe dengan penambahan pemanis alami dari ekstrak daun stevia Perlakuan Uji organoleptik Aroma Rasa Tekstur F0M3 Tidak berbau tempe Manis F0M2 Berbau tempe (+) Agak manis F0M1 Tidak berbau tempe Agak manis F1M3 Tidak berbau tempe Agak manis F1M2 Berbau tempe (+) Agak manis F1M1 Berbau tempe (+) Agak manis F2M3 Berbau tempe (+) Agak manis F2M2 Berbau tempe (+) Agak manis F2M1 Berbau tempe (+) Agak manis Sangat Sangat Kurang Sangat Sangat Kurang Kurang Kurang Kurang Kesukaan secara keseluruhan Suka Suka Suka Pembahasan Uji kadar protein secara kuantitatif dilakukan dengan metode kjeldahl. Pada Tabel 4.1, kadar protein kue lumpur menunjukkan perlakuan tertinggi pada F2M2 yang mencapai 10,8 %, dimana menggunakan substitusi tepung tempe dan tepung terigu 50 g : 50 g. Kadar protein terendah pada perlakuan F0M1 dengan rata-rata 5,4 %, dimana pada perlakuan F0M1 sebagai kontrol atau tanpa penambahan tepung tempe. Hal ini menunjukkan upaya substitusi tepung tempe dapat meningkatkan kadar protein kue lumpur, sehingga tepung tempe dapat menjadi alternatif bahan pensubstitusi tepung terigu.

pada Tabel 5. Daya terima konsumen secara keseluruhan terhadap kue lumpur Substitusi tepung tempe tepung terigu dan Penambahan pembanding pemanis alami dari gula pasir dan stevia. M3 M2 M1 F0 80 % 40 % 56 % F1 68 % 36 % 40 % F2 28 % 32 % 32 % Kue lumpur yang paling diterima oleh konsumen pada perlakuan F0M3 dengan 80 %. Hal ini dikarenakan pada perlakuan F0M3 tanpa menggunakan tepung tempe sebagai kontrol. Pada perlakuan F1M3 nilai yang diperoleh 68 % konsumen menyukai kue lumpur. Hal ini dikarenakan ada penambahan tepung tempe 25 g dan pembanding pemanis alami dari gula pasir dan ekstrak daun stevia 100 g : 2 g. Sedangkan nilai terendah pada perlakuan F2M3 dengan 28 % konsumen menyukai kue lumpur. Hal ini dikarenakan ada penambahan tepung tempe 50 g. Jadi penambahan tepung tempe dengan konsentrasi yang berbeda mempengaruhi tingkat kesukaan atau daya terima konsumen.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Tidak ada pengaruh penambahan tepung tempe dan pembanding pemanis alami dari gula pasir dan ekstrak daun stevia dalam pembuatan kue lumpur. Kadar protein paling tinggi yaitu 9,1 % pada perlakuan F2M2 yang menggunakan penambahan tepung tempe 50 g dan pembanding pemanis alami gula pasir dan ekstrak daun stevia 75 g : 2 g. 2. Tingkat kesukaan konsumen terbaik terhadap kue lumpur pada perlakuan F0M3, tanpa penambahan tepung tempe, dan F1M3 dengan penambahan tepung tempe 25 g. Jadi proporsi yang paling disukai konsumen adalah pada substitusi tepung tempe 25 g dan tepung terigu 75 g. Saran 1. Pada penelitian ini hasil uji organoleptik rasa yang didapat belum maksimal, maka dari itu dibutuhkan lagi perlakuan khusus untuk mengolah pemanis alami daun stevia supaya bisa menghasilkan rasa manis yang tepat pada lidah. 2. Penggunaan pemanis stevia tidak cocok pada pembuatan produk pangan yang membutuhkan tingkat kemanisan yang tinggi. 3. Perlu adanya penelitian lanjut pada substitusi tepung tempe, misal kandungan antioksidannya, karena pada tepung tempe terdapat antioksidan isoflavon. 4. Substitusi tepung tempe dapat digunakan pada produk pangan tanpa pengembang.

DAFTAR PUSTAKA Astawan, M. 2008. Sehat dengan Tempe Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan dengan Tempe. Jakarta: PT Dian Rakyat. C. Gelardi. Alternative sweeteners. New York. Marcel Dekker. Faizah, Diah Nur. 2012. Substitusi Tepung Tempe pada Produk Beragi. Proyek Akhir. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Lutony, T. L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta: Penebar Swadaya. Maretta, Viska. 2012. Pemanfaatan Daun Stevia (Stevia rebaudiana) Sebagai Pemanis Alami Terhadap Kualitas Organoleptik Dan Kadar Gula Total Bolu Kukus. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutomo. B. 2008. Cegah Anemia dengan Tempe. http://myhobbyblogs.com/food/files/2008/06/.( Diakses pada tanggal 18 Juli 2013).