KOMPOSISI JUVENIL SPAT Geloina erosa DI KAWASAN MANGROVE SUNGAI REULEUNG LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
Preferensi Substrat dan Kepadatan Populasi Faunus Ater Di Perairan Ekosistem Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar

M. Ali S Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Darussalam Banda Aceh Abstract

STUDI ZONASI PEMIJAHAN DAN ASUHAN KERANG Geloina erosa DI PERAIRAN PAYAU KAWASAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Dominansi Makrozoobenthos di Kawasan Kuala Pidie Kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

POLA PERTUMBUHAN KARAKTERISTEK TANAH KERANG LOKAN Geloina erosa (Solander 1786)DI EKOSISTEM MANGROVE BELAWAN ABSTRAK

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

KAJIAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI SUNGAI KUALA TUHA KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA 1

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3. METODE PENELITIAN

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

by : Abstract Key words : Abundance, Sex Ratio, Distribution Pattern, Polymesoda expansa

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh

Institut Pertanian Bogor, Bogor; 5 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

STUDI POPULASI MAKROINVERTEBRATA BENTIK YANG BERNILAI EKONOMIS DI HUTAN MANGROVE MUARA SUNGAI GAMTA, DISTRIK MISOOL BARAT, KABUPATEN RAJA AMPAT

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

STRUKTUR POPULASI Assiminiea brevicula PADA ZONA AVICENNIA HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI BATANG KABUPATEN OKI. Dewi Rosanti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

UJI VARIABEL INDEKS KONDISI GELOINA COAXANS YANG BERASAL DARI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN

PEPER EKOSISTEM ESTUARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

DINAMIKA EKOSISTEM PERAIRAN BUDIDAYA TIRAM DAN PEMANFAATANNYA. IRMA DEWIYANTI, S.Pi., M.Sc

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis

PERBANDINGAN MAKROZOOBENTHOS DI LOKASI KERAMBA JARING APUNG DENGAN LOKASI YANG TIDAK MEMILIKI KERAMBA JARING APUNG SKRIPSI MUHAMMAD FADLY AGUSTIAN

PERUBAHAN WARNA SUBSTRAT PADA DAERAH HUTAN MANGROVE DESA PASSO. (Change of Substrate Colour at Mangrove Forest in Passo Village)

STUDI KOMPARATIF KINERJA GURU BIOLOGI YANG BELUM SERTIFIKASI DENGAN GURU BIOLOGI YANG SUDAH SERTIFIKASI PADA SMA NEGERI RAYON 01 KABUPATEN PIDIE

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PADA EKOSISTEM BAKAU DI MUARO PULAU KARAM KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

KEPADATAN POPULASI KERANG TAHU (Meretrix meretrix) PADA EKOSISTEM MANGROVE DI MUARO BINGUANG KABUPATEN PASAMAN BARAT E - JURNAL

[53] Jurnal Biotik, ISSN: , Vol. 2, No. 1, Ed. April 2014, Hal ABSTRAK

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty

PERAN MANGROVE SEBAGAI KETERSEDIAAN MATERI PANGAN

I. PENDAHULUAN. Hampir 75 % tumbuhan mangrove hidup diantara 35ºLU-35ºLS (McGill, 1958

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

MANGROVE DAN KETERKAITANNYA DENGAN POPULASI GASTROPODA

Studi Populasi Makroinvertebrata Bentik yang Bernilai Ekonomis di Hutan Mangrove Muara Sungai Gamta, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat

STRATIGRAFI SEDIMEN PERAIRAN SELAT RUPAT BAGIAN TIMUR. Oleh Visius Uracha Sisochi Wau 1 dan Rifardi 2

SEBARAN UKURAN CANGKANG KERANG BAKAU (Polymesoda bengalensis Lamarck) DI KAWASAN MANGROVE KENAGARIAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN ABSTRACT

KOMPOSISI ZOOPLANKTON DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI RUNGAN KOTA PALANGKARAYA

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR, SEDIMEN, DAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PANTAI BELAWAN, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

SEBARAN SPASIAL KERANG DARAH (Anadara maculosa) DI PERAIRAN TELUK KOTANIA, SERAM BARAT, MALUKU ABSTRACT

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

ABSTRAK. Kata kunci: Kelimpahan dan Pola sebaran mangrove, Perairan Sungai Ladi

STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PANDANSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

Kata Kunci : Geloina erosa, kepadatan, kerang lokan, pola pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN SEBARAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK, JAWA TIMUR

KORELASI ANTARA KERAPATAN AVICENNIA DENGAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI RAWA KABUPATEN SIAK, RIAU

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mangrove Density Relationship with Abundance of Bivalva In Sungai Alam Village Bengkalis Sub District Bengkalis Regency Riau Province By:

BAB I PENDAHULUAN UMUM

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Jurnal 128 Biotik, Rahmatan ISSN: 2337-9812, Vol. 3, No. 2, Ed. September 2015, Hal. 128-132 KOMPOSISI JUVENIL SPAT Geloina erosa DI KAWASAN MANGROVE SUNGAI REULEUNG LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR 1 Muhammad Ali S, 2 Asiah MD dan 3 Mimie Saputri 1,2,3 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: ali_sarong@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui untuk mengetahui komposisi juvenil dan spat Geloina erosa, dan (2) mengetahui rasio juveli dengan spat pada kawasan muara, aliran dan kawasan awal perairan payau perairan ekosistem mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Penelitian dilakukan pada Bulan Mei dan Bulan Juni 2015, di kawasan mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Kawasan penelitian dibagi ke dalam tiga stasion yaitu stasion 1 kawasan muara sungai, stasion 2 aliran sungai dan stasion 3 kawasan awal perairan payau Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Pengambilan sampling dilakukan tiga kali pada tiga stasion, setiap stasion dan setiap pengamatan diambil 5 plot sampling berukuran 1mx1m. Analisis komposisi juvenil dengan spat dilakukan dengan persentase, sedangkan rasio juvenil dengan spat dianalisis dengan rasio dan Chi-square. Hasil diperoleh bahwa komposisi juvenil di kawasan muara 26,09%, kawasan aliran 50,00 % dan kawasan awal perairan payau 0 %. Komposisi spat di lokasi 1 kawasan muara 73,01%, lokasi 2 kawasan aliran sungai 50 % dan lokasi 3 kawasan awal perairan payau 0%. Rasio antara juvenil dengan spat di kawasan muara adalah 1:3, aliran adalah 1:1, dan kawasan awal perairan payau 0: 0. Kesimpulan diperoleh adalah (1) Komposisi juvenil dan spat bervariasi, dan (2) Rasio juvenil dengan spat di kawasan perairan Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar adalah seimbang dan tidak seimbang. Kata Kunci: Juvenil, Geloina erosa, Sungai Reuleung ABSTRACT This study aims to (1) know the composition of juvenile spat of Geloina erosa, and (2) find out the ratio of juveli Spat on the estuary area of the river, the flow and the headwaters of estuary area of the river in mangrove ecosystem Reuleung River Leupung, Aceh Besar district. The study was conducted in May and June 2015 in mangrove area Reuleung River Leupung Aceh Besar district. The research location was divided into three stations, namely station 1 at estuary area, station 2 at river flow and station 3 at headwaters of estuary of Reuleung River Leupung, Aceh Besar district. The samples were taken three times at three stations. In every stations and observations, 5 plot with size 1mx1m were taken. Juvenile spat composition was analyzed by using percentage, while the ratio of juvenile Spat was analyzed by using Chi-square. The results showed that the composition of the juveniles in the estuary area was 26.09% and in the flow area was 50.00%, while at the headwaters of estuary of the river was 0%. The composition of Spat at estuary location was 1 73.01%, at two regional river flow was 50% and at 3 locations of headwaters of estuary was 0%. The ratio between juvenile Spat at the estuary area was 1:3, while at the river flow was 1:1, and at the headwaters of estuary was 0:0. The conclusions were (1) The composition of the juvenile and spat were varied, and (2) the ratio of juvenile Spat in the Reuleung River Leupung Aceh Besar district was balanced and unbalanced. Keywords: Juvenile, Geloina Erosa, River Reuleung PENDAHULUAN ua kelompok umur yang terdapat pada kerang mangrove Geloina erosa dalam pertumbuhannya menjadi kerang dewasa adalah juvenil dan spat. Juvenil merupakan tahapan pertumbuhan kerang mangrove Geloina erosa setelah larva trochofor, sedangkan kelanjutan dari juvenil yang masih berukuran kecil dengan bentuk cangkang seperti kerang dewasa dinamakan dengan spat. Juvenil merupakan kelompok umur, sebagai kelanjutan dari larva trochofor di dalam kawasan perairan. Larva trochofor memiliki [128]

Muhammad Ali S, dkk silia dan berenang di dalam badan air sebagai plankton, terus mencari tempat yang layak sebagai tempat menetap sebagai bentos di dasar perairan. Apabila telah diperoleh tempat menetap yang layak di dasar perairan, maka fase ini telah menjadi sebagai kelompok umur bentik berbentuk sebagai juvenil [1]. Juvenil dalam pertumbuhannya memiliki beberapa bentuk. Bentuk juvenil ini ada berbentuk huruf D atau bentuk lainnya, tergantung pada umur yang dimilikinya. Ini menunjukkan bahwa pada masa juvenil terus terjadi pembentukan cangkang, sehingga cangkang tersebut akan terus menebal untuk melindungi tubuh Geloina erosa tersebut. Jika cangkang kerang ini terus menebal sehingga keberadaan tubuh di dalam cangkang sulit terlihat keluar, maka juvenil ini menjadi kerang muda yang sering dinamakan dengan istilah spat. Pertumbuhan juvenil menjadi spat, berlangsung dalam kawasan ekosistem mangrove di kawasan perairan payau. Juvenil dan spat ini tumbuh dengan baik di berbagai kawasan ekosistem mangrove perairan payau berbagai sungai di Provinsi Aceh, dan salah satu diantaranya adalah kawasan ekosistem mangrove perairan payau Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar [2],[3]. Keberadaan juvenil dan spat di dasar perairan payau ekosistem mangrove Sungai Reuleung Leupung, diduga sangat bervariasi. Hal ini tergantung dari jumlah induk Geloina erosa yang sedang dan akan memijah, pada bagian dasar sungai ini. Disamping itu keberadaan juvenil dan spat pada suatu bagian sungai juga dipengaruhi oleh kecepatan arus, yang melakukan persebaran larva trochofor yang bersifat plankton di dalam suatu badan perairan ekosistem mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar [4]. Kecepatan arus dapat menyebabkan larva trochofor terbawa jauh dari induknya, sehingga juvenil di kawasan ini menjadi lebih sedikit. Apabila kondisi arus pada saat larva trochofor berada dalam badan air lambat, maka keberadaan juvenil tidak begitu jauh dari induknya. Apabila juvenil telah menetap di dasar perairan pada suatu kawasan, maka juvenil ini akan tumbuh menjadi spat sebagai bakal individu baru. Tujuan penulisan ini adalah (1) mengetahui komposisi juvenil dan spat Geloina erosa, dan (2) mengetahui rasio juvenil dengan spat pada kawasan muara, aliran dan kawasan awal perairan payau ekosistem mangrove perairan Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Adanya penelitian ini memberikan informasi kepada semua pihak tentang keberadaan juvenil pada bagian badan sungai perairan payau ekosistem mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian komposisi juvenil Geloina erosa dilakukan di kawasan mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Kawasan penelitian terdiri dari kawasan muara sebagai stasion 1, kawasan aliran sebagai stasion 2 dan kawasan awal mula perairan payau sebagai stasion 3. Kegiatan pengambilan data lapangan dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juni 2015. Pengamatan tentang juvenil dan spat dilakukan pada Bulan Juni 2015. Analisis kelompok juvenil dan spat dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Cara Pengambilan Data Pada kawasan muara, aliran dan kawasan awal perairan payau, ditetapkan masing-masing 5 plot. Masing-masing plot dilakukan pengrusakan menggunakan metode destruktif sampling. Masing-masing plot dirusak dengan skrup, lalu diayak dengan ayakan berukuran 25 Cm x 25 Cm. Setelah diayak juvenil dan spat dipisahkan dari lumpur, lalu dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberikan formalin. Juvenil dan spat yang telah diberikan formalin, dibawa ke laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah. Juvenil dan spat diidentifikasi, berpedoman pada kriteria juvenil dan spat dari Geloina erosa. Juvenil memiliki cangkang yang transparan, dan warna cangkang berwarna merah muda. Spat memiliki cangkang yang gelap (tidak transparan) dengan ukuran hampir sama dengan juvenil, tetapi memiliki jumbai-jumbai di permukaan cangkang bagian luar dan bentuknya menyerupai kerang dewasa. [129]

Komposisi Juvenil Spat Geloina erosa di Kawasan Mangrove Sungai Reuleung Leupung... Analisis s Data Analisis data komposisi juvenil dan spat pada masing-masing stasion, dianalisis dengan menggunakan nakan persentase yang dimodivikasi [5]. Formulasi rumus persentase menghitung komposisi juvenil dan spat Geloina erosa pada masing-masing berikut. stasion penelitian, sebagai Jumlah juvenil/spat stasion diamati Komposisi Juvenil/spat setiap Stasion = ------------------------------------------------ x 100% Total Juvenil/spat Semua Stasion Rasio antara juvenil dengan juvenil antar stasion, spat antara stasion dan rasio antara juvenil dengan spat dianalisis dengan mempergunakan berikut. rumus modivikasi seperti Juvenil Rasio = spat Untuk mengetahui rasio juvenil dengan spat dilakukan uji Chi-square [6], dengan formulasi seperti berikut. χ 2 ( Observasi harapan ) harapan χ 2 adalah nilai Chi-square rasio juvenil dan spat.. Apabila nilai χ 2 hitung < χ 2 tabel maka terima Ho, dan jika nilai χ 2 hitung > χ 2 tabel maka terima H1. Ho perbandingan juvenil dengan spat adalah ah 1:1, sedangkan H1 menunjukkan perbandingan juvenil dengan spat tidak sama. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komposisi Juvenil dan spat Masing-masing Stasion Komposisi Juvenil dan Spat pada masingmasing stasion kawasan ekosistem mangrove perairan payau Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar, disajikan pada Gambar 1 berikut. 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% Juvenil Spat 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Muara Aliran Awal Payau Gambar 1. Komposisi Juvenil dan Spat di Kawasan an Mangrove Sungai Reuleung Leupung Komposisi juvenil jauh lebih sedikit (26,09%) jika dibandingkan n dengan spat (73,01%) Geloina erosa, di kawasan muara Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh [130]

Muhammad Ali S, dkk Besar. Hal ini menunjukkan bahwa spat di kawasan muara lebih dominan, jika dibandingkan dengan juvenil. Apabila pada suatu kawasan komposisi sesuatu melebihi 50% atau lebih mendominasi kawasan yang ditempati, maka yang bersangkutan lebih mendominasi kawasan tersebut. Pada kawasan aliran juvenil tidak jauh berbeda komposisinya, jika dibandingkan dengan spat. Komposisi juvenil melebihi 50% dari spat yang kurang dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa spat dengan juvenil memiliki komposisi yang hampir sama diantara keduanya. Hal ini diduga bahwa spat pada waktu menjadi bentos dari plankton, kondisi arus perairan tidak jauh berbeda diantara keduanya. Widyastuti, A., et al. (2010), menerangkan bahwa penyebaran kerang darah (Anadara antiquota) di Perairan Pulau AUKI Kepulauan Padaiko Biak Papua, dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan diantaranya adalah faktor arus dan faktor substrat dasar perairan [7]. 2. Perbandingan Juvenil dengan Spat Masing-masing Stasion Perbandingan juvenil dengan spat di kawasan perairan ekosistem mangrove Sungai Reuleung Leupung, disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Komposisi Juvenil dan Spat di Perairan Sungai Reuleung Leupung Muara Aliran Awal Payau Kelompok No Umur Perbandingan Perbandingan Perbandingan 1 Juvenil 6 8 0 2 Spat 17 1:3 7 1:1 0 Jumlah 23 15 0 Hasil perhitungan rasio juvenil dengan spat di kawasan muara, memperlihatkan bahwa spat lebih banyak jika dibandingkan dengan juvenil. Ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah individu spat di kawasan muara tiga kali jumlah individu juvenil. Pernyataan ini menunjukkan bahwa di kawasan muara memiliki jumlah spat tiga kali lebih banyak dari jumlah individu juvenil. Ini diduga pada waktu larva trochofor sedang mencari tempat yang layak sebagai tempat permanen untuk menjadi benthos, muara sungai memiliki arus yang berbeda. Sementara itu spat Geloina erosa yang memiliki umur yang berbeda dengan spat pada waktu pembuahan dan menjadi larva trochofor [8], kondisi perairan agak tenang sehingga larva trochofor menjadi juvenil dan spat tidak jauh dari induk Geloina erosa. Dengan kondisi perairan yang tenang dan pada waktu sperma membuahi ovum sehingga menjadi larva trochofor, proses mendapatkan kawasan dasar perairan sebagai kawasan bentik untuk kehidupan Geloina erosa bersifat bentos dapat terjadi dengan baik. Sedimen atau substrak dasar perairan, juga menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan keberadaan juvenil atau spat di dasar perairan. Penelitian yang dilakukan Setyobudiandi (2004) terhadap kerang Lamis (Meretrix meretrix) bahwa persebaran kerang ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya jenis substrat, dan salinitas. Hal ini berdampak pada jumlah individu masing-masing juvenil dan spat pada kawasan dasar perairan tersebut [9]. Pada kawasan aliran rasio spat dengan juvenil memiliki perbandingan yang sama, diantara keduanya. Juvenil yang memiliki jumlah individu dalam kisaran jumlah yang sama dengan spat, menandakan bahwa kawasan aliran memiliki kondisi arus pada waktu terjadi pemijahan memiliki arus yang sama. Jika dikaji dari rasio yang sama ini diduga kecepatan arus pada saat itu agak cepat, sehingga jumlah individu juvenil dengan jumlah individu spat jumlahnya kurang dari sepuluh atau jumlahnya sedikit. Dengan demikian bahwa rasio antara juvenil dengan spat adalah seimbang. Sarong [131]

Komposisi Juvenil Spat Geloina erosa di Kawasan Mangrove Sungai Reuleung Leupung... (2010) menyatakan bahwa jika perbandingan antara yang dibanding dengan pembanding memiliki perbandingan yang sama, berarti komposisi keduanya adalah seimbang [4]. Jika memiliki salah satu yang dibandingkan memiliki nilai lebih besar, berarti yang dibanding dengan pembanding memiliki rasio tidak seimbang. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan hasil analisis data, penelitian tentang komposisi juvenil dan spat di kawasan ekosistem mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar adalah sebagai berikut. 1. Komposisi juvenil dan spat bervariasi, di kawasan perairan Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar 2. Rasio juvenil dengan spat di kawasan perairan Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar adalah seimbang dan tidak seimbang. DAFTAR PUSTAKA [1] Ngo, TTT, and KL. Quach. 2010. Reproductive Biology of Mud Clam Geloina Coaxans In Mangrove Forest Of Ca Mau Province, Mecong Delta, Vietnam. Proceedings of International Conference Marine Biodiversity of East Asian Seas:Status, Challengesand Sustainable Development, Nha Trang, Vietnam December 6-7,2010. [2] Rahmi, I., dan M. S. Ali. 2012. Kepadatan dan Dominansi Macrura di Ekosistem Mangrove Sungai Reuleng Leupung Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Banda Aceh: FKIP Unsyiah. [3] Ali, S.M., Y. Wardiatno, dan I. Huda. 2010. Kondisi Vegetasi dan Kerang Gelonia erosa Pasca Tsunami Dalam Kawasan Ekosistem Mangrove Pesisir Barat Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Torani Unhas Makasar. [4] Sarong, M.A., M. Boer., R. Dahuri, Y. Wardiatno, dan S. Sukimin. 2010. Pengelolaan Kerang Mangrove Geloina erosa Berdasarkan Faktor Biologi di Kawasan Pesisir Barat Kabupaten Aceh Besar. Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [5] Riduan. 2006. Dasar-dasar statistika. Bandung: Alfabeta. [6] Bengen, D. 2004. Pengendalian dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. [7] Widyastuti, A., SBA. Omar, dan S. Kune. 2010. Musim Pemijahan Kerang Darah (Anadara antiquota) di Perairan Pulau AUKI Kepulauan Padaiko Biak Papua. Jurnal Moluska Indonesia, I: 35-43. [8] Dwiono, SAP. 2003. Pengenalan kerang mangrove G. erosa dan Geloina expansa. Oseana, 2: 31-38. [9] Setyobudiandi, I., Eoekendarsih, Y. Vitner, dan R. Setiawan. 2004. Bio-ekologi Kerang Lamis ( Meretrix meretrix). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11: 61-55. [132]