BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembinaan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Melalui pendidikan orang-orang lebih dapat mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. serta keharusan bagi manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. bangsa dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan. meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Triatno, (2009:53) menyatakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Langgeng Wening Puji, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan sudah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan membolos merupakan suatu permasalahan yang perlu ditangani dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan bahwa perilaku di sekolah yang bertahan dengan kurang pembentukan kesanggupan disiplin diri, pengendalian perilaku dan memerlukan bimbingan guru antara lain datang terlambat, membolos, menentang guru, perkelahian dan nyontek. Dipandang dari segi pendidikan, membolos dapat menghambat perkembangan sumber daya manusia menjadi siswa yang baik. Siswa yang membolos tidak dapat bertanggung jawab dalam belajarnya, yang dapat merusak potensi, bakat, kemampuan, cita-cita, dan masa depan mereka. Maka perilaku membolos dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Kartono, 1997). Jika siswa tidak masuk sekolah dalam satu hari saja siswa mempunyai banyak kerugian yang dialami diantaranya 1) tidak mendengarkan penjelasan guru selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM), 2) tidak dapat mengerjakan 1

tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari guru, 3) jika ada tes atau ulangan harian siswa tersebut tidak dapat mengikuti tes sehingga tidak memperoleh nilai, 4) jika sedang diadakan pelayanan remidial siswa tersebut tidak dapat mengikuti remidi ( Prayitno dan Amti,1999). Prayitno dan Amti (1999) mengemukakan dampak psikologis yang timbul diantaranya adalah 1) jika siswa masuk pada hari berikutnya siswa akan merasa malu dengan teman-temannya, 2) siswa akan diejek oleh teman-temannya, 3) jika masuk hari berikutnya siswa akan takut jika ditegur oleh guru mata pelajaran atau wali kelas. Dari hasil wawancara penulis dengan guru BK dan wali kelas VIII A SMP Islam Ngadirejo Temanggung bahwa kelas VIII A merupakan kelas dengan tingkat membolos yang tinggi dibandingkan kelas lain di sekolahan tersebut. Berikut ini data awal dari presensi siswa mengenai frekuensi membolos 8 siswa SMP VIII A sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Siswa kelas VIII A yang Membolos Nama Siswa Frekuensi dari AW 10 MS 10 EV 10 RA 10 IR 8 PJ 8 SU 7 WH 7 2

Upaya yang dilakukan dalam mengurangi frekuensi membolos pada siswa, salah satunya adalah dengan layanan konseling. Menurut Latipun (2001) adanya kedekatan emosional dengan konseli, demikian juga konseli merasa ada keakraban dengan guru BK, sehingga siswa lebih bebas dan terbuka dalam mengutarakan alasan-alasan dan keputusan perilakunya. Layanan konseling yang dipakai dapat konseling individual atau konseling kelompok. Konseling behavioral merupakan salah satu model konseling yang berorientasi pada perilaku, bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang tidak betul dan membantu konseli menguasai perilaku yang baru (Loekmono,2003). Penulis memilih konseling kelompok dengan pendekatan behavioral karena pada pendekatan ini mempunyai banyak teknik dalam proses konseling, sehingga penulis mampu memadukan beberapa teknik dalam konseling kelompok. Penelitian Umam (2009) mengemukakan bahwa Penggunaan teknik Pengondisian Operan (Operant Conditioning) untuk menurunkan Frekuensi Kebiasaan Membolos pada siswa kelas X SMK PGRI 7 Surabaya menunjukkan bahwa konseling kelompok dapat menurunkan secara signifikan frekuensi kebiasaan membolos siswa kelas X SMK PGRI 7 Surabaya. Fajri (2011) meneliti tentang Efektivitas Teknik Behavioral Contract untuk Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Kelas X Di SMA Negeri 5 Malang menunjukkan bahwa perilaku membolos siswa mengalami penurunan yang signifikan setelah pemberian treatment konseling kelompok dengan teknik behavior contract. 3

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Menurunkan Frekuensi Membolos Melalui Konseling Kelompok DI SMP Islam Ngadirejo Temanggung. B. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah layanan konseling kelompok behavioral dapat menurunkan frekuensi membolos siswa kelas VIII A SMP Islam Ngadirejo Temanggung? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Menurunkan frekuensi membolos siswa kelas VIII A SMP Islam Ngadirejo Temanggung melalui konseling kelompok behvioral. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritisk Apabila konseling kelompok behavioral dapat menurunkan frekuensi membolos siswa kelas VIII A SMP Islam Ngadirejo Temanggung maka hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Umam (2009) dan Fajri (2011). Bila dalam penelitian ini ditambah bahwa konseling kelompok behavioral tidak dapat menurunkan frekuensi membolos siswa maka menolak hasil temuan penelitian Umam (2009) dan Fajri (2011). 4

2. Manfaat Praktis Memberikan masukan kepada kepala sekolah, guru BK dan wali kelas untuk meyusun kebijakkan atau aturan disiplin di sekolah dan menyusun program Bimbingan belajar bagi siswa. E. Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab sebagai berikut : Bab I, Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab II, Kajian Teori, berisi pengertian membolos, pengertian konseling, pendekatan behavioralistik, Penelitian yang relevan dan Hipotesis. Bab III, Metode Penelitian, berisi jenis penelitian, subjek penelitian, Variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, indikator keberhasilan, rancangan penelitian dan teknik analisis. Bab IV, Analisis dan pembahasan, subjek penelitian, pelaksanaan penelitian dan pembahasan. Bab V, Penutup, berisi kesimpulan dan saran. 5