4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAPAL IKAN PURSE SEINE

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

1. Topdal Tunda (Topdal Mesin) Jenis-jenis Topdal Tunda 1. NEGUS TAFERAIL LOG 2. WALKER'S CHERUB LOG 20 x x 11

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II LANDASAN TEORI

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaring Angkat

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

METODE PENANGKAPAN IKAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

GROSS TONAGE (GT) HUBUNGANNYA DENGAN TENAGA PENGGERAK (HP) PADA KAPAL PUKAT CINCIN (PURSE SEINER) DI KABUPATEN TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

BAB II LAMPIRAN I PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS LAMPU LAMPU DAN TANDA TANDA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain Kapal Ikan Multi Fungsi dan Ramah Lingkungan : Sebuah Konsep Wahana Baru Untuk Kapal Ikan Di Kawasan Indonesia Bagian Timur.

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

7 KAPASITAS FASILITAS

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KOMPARASI HULL PERFORMANCE PADA KONSEP DESIGN KAPAL IKAN MULTI FUNGSI DENGAN LAMBUNG KATAMARAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG

Pengukuran tingkat kebisingan pada kapal pukat cincin KM. Sumber Jaya bermesin tempel di perairan Teluk Manado

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

MENGIDENTIFIKASI PRINSIP KERJA MOTOR PENGGERAK UTAMA KAPAL IKAN

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja

DESAIN MESIN PENARIK JARING (POWER BLOCK) BERTENAGA HIDROLIK UNTUK MINI PURSE SEINE

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Purse Seine di Takalar Semua usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine di kabupaten Takalar menggunakan sistem satu kapal (one boat sistem). Bahan yang digunakan untuk membangun kapal purse seine adalah kayu. Bentuk badan kapal purse seine pada bagian haluan berbentuk V, bagian tengah berbentuk U (round bottom) dan bagian buritan cenderung datar (flat bottom). Sebagai kapal penangkap ikan jenis ini, kapal dirancang untuk memiliki lambung yang rendah, agar lebih mudah untuk menarik jaring dan hasil tangkapan, kapal tersebut dilengkapi dengan alat bantu penangkapan seperti; kapstan untuk menarik tali cincin, roller pengarah untuk mengarahkan tali cincin ke kapstan, satu unit boom untuk mengangkat ikan dari air ke deck kapal dan peralatan lain guna mendukung proses penangkapan. Agar hasil tangkapan berkualitas baik, maka kapal dilengkapi dengan palka untuk mempertahankan kesegaran ikan hasil tangkapan, jumlah palka tiga buah dengan kapasitas dan penempatan yang berbeda. Konstruksi sistem propulsi kapal purse seine di Kabupaten Takalar terdiri dari mesin, poros dan baling-baling. Jenis mesin yang dipakai sebagai tenaga penggerak utama kapal adalah mesin 2 tak dengan solar (diesel) sebagai bahan bakar, dan proses pembakaran langsung di dalam mesin (internal combuntion engine), dengan mesin terletak di dalam kapal (in board engine). 4.1.1 Metode Penangkapan Purse seine atau lebih dikenal dengan istilah Rengge/Gae (Bahasa Makassar) banyak digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Takalar dan sekitarnya untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Purse seine ini dapat dioperasikan pada waktu malam dan siang hari. Pada waktu malam hari, alat tangkap ini menggunakan lampu untuk menarik ikan-ikan untuk berkumpul dan selanjutnya akan ditangkap dengan menggunakan purse seine. Sedangkan pada waktu siang hari, alat tangkap ini dioperasikan pada daerah yang telah banyak ikannya. Operasi penangkapan purse seine di daerah Takalar, melalui beberapa tahapan kerja, yaitu:

28 1) Tahapan persiapan Sebelum kapal berlayar, maka semua bahan yang dibutuhkan untuk pelayaran maupun operasi penangkapan sudah harus disiapkan, seperti bahan bakar, makanan dan air minum, ABK (kru kapal), jaring yang sudah diatur rapih di bagian sisi kiri kapal, semua peralatan tali temali, rumpon dan sebagainya. Selain itu kapal harus dalam keadaan baik dan dapat digunakan. Setelah segala sesuatunya lengkap barulah kapal bisa bertolak menuju fishing ground. Keberangkatan kapal dari pelabuhan umumnya pada waktu sore menjelang malam dengan perhitungan pada waktu pagi harinya sudah bisa tiba di daerah penangkapan; 2) Pemasangan rumpon Setelah tiba di daerah penangkapan yang dianggap baik, mulailah pekerjaan pertama dilakukan yaitu pemasangan rumpon. Biasanya satu kapal membawa 7 sampai 9 buah rumpon untuk kebutuhan dua trip penangkapan. Rumpon terdiri dari daun-daun kelapa yang diikatkan pada seutas tali dan diletakkan secara vertikal ke bawah dengan memakai jangkar/pemberat dari batu serta pelampung dari bambu yang disebut bulo. Jarak pemasangan antara rumpon yang satu dengan rumpon yang lainnya, sejauh sampai 3 jam pelayaran; 3) Menunggu rumpon Setelah pemasangan rumpon selesai, diperlukan waktu sekitar 4 hari untuk menunggu agar ikan-ikan dapat berkumpul disekitar rumpon. Selama waktu ini, kapal dibiarkan berlabuh dan ini merupakan kesempatan baik bagi nelayan untuk memancing di malam hari. Kapal berlabuh cukup jauh dari tempat pemasangan rumpon sehingga setelah 4 hari berlalu dibutuhkan lagi waktu untuk mencari rumpon; 4) Mencari rumpon Mencari rumpon sama artinya dengan mencari gerombolan ikan. Pencarian rumpon dilakukan dengan mata telanjang dengan arah arus dan haluan kapal pada waktu pemasangan rumpon. Pencarian rumpon ini dilakukan pada siang hari;

29 Rumpon dapat diketahui, dengan adanya pelampung bambu atau tendak yang mencuat ke atas permukaan air. Setelah terlihat adanya tendak (sebatang bambu yang diikat pada antang), maka kapal bergerak ke arah tendak untuk melihat apakah ada gerombolan ikan ataukah tidak. Bila gerombolan ikan dianggap cukup menguntungkan untuk ditangkap maka operasi penangkapan akan segera dilakukan pada sore harinya. Untuk mengetahui besar tidaknya gerombolan ikan, dapat ditaksir melalui pengalaman-pangalam dengan melihat adanya ikan yang muncul atau berloncatan ke permukaan air ataupun riak-riak air di sekitar tendak. Apabila gerombolan ikan yang dijumpai dianggap tidak menguntungkan, maka pada rumpon dipasang pelampung tambahan yang agak tinggi letaknya yang disebut umbul. Hal ini untuk mempermudah pencarian kembali, kemudian pencarian rumpon diteruskan lagi. Bila operasi tidak dapat dilakukan pada sore hari, maka pada rumpon selain dipasang umbul, ditambah lagi dengan sebuah penerangan yang biasanya digunakan lentera atau kadang kadang juga petromak. Pemasangan lampu ini bertujuan agar mudah untuk mencarinya dengan tujuan penangkapan pada pagi hari, juga sebagai peransang agar ikan berkumpul di sekitar rumpon. 5) Penebaran dan pengangkatan jaring Bila gerombolan ikan yang ditemukan dalam jumlah yang besar maka operasi penangkapan segera simulai. Mula-mula kapal bergerak mendekati rumpon kemudian bulo dan bagian rumpon yang lainnya dinaikkan keatas kapal. Sampai setengah dari bagian rumpon naik ke kapal, maka tali rumpon dipotong dan pada bagian yang pertama diberi pemberat yang cukup, kemudian bagian ini diturunkan lagi, sedangkan bagian lainnya (bagian yang setengah) yang merupakan sisanya diangkut diatas kapal. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 orang nelayan. Tujuan meletakkan kembali bagian rumpon yang pertama ini agar ikan tetap berkumpul disekitarnya. Selain itu pada waktu penarikan tali kolor, rumpon tidak merupakan penghalang. Setelah sebagian rumpon diletakkan kembali, maka kapal menjauh dari rumpon, dengan perhitungan jarak bila gerombolan ikan dilingkari, kedua ujung jaring bisa bertemu. Bagian rumpon yang

3 ditinggalkan tadi dijaga oleh seorang nelayan yang disebut juru tarik rumpon dengan menggunakan perahu jukung. Juru tarik rumpon inilah yang kemudian memberi kode kepada nahkoda bahwa ikan telah berkumpul kembali. Apabila tanda sudah diberikan maka atas perintah nahkoda maka jaring mulai ditebarkan. Bertepatan dengan itu maka seorang juru renang menyebur kelaut dan memegang ujung jaring yang pertama. Kapal akan bergerak dengan kecepatan penuh pada waktu melingkari gerombolan ikan. Setelah kedua ujung jaring bertemu maka penarikan jaring dengan menarik tali kolor (purse line). Penarikan purse line ini menggunakan winch atau garden. Untuk menata tali kolor digunakan 3 sampai 4 orang tenaga kerja. Selesai penarikan tali kolor, maka rumpon dinaikkan ke atas. selanjutnya tubuh jaring ditarik dengan menggunakan tenaga manusia. Penarikan tubuh jaring ini dilakukan oleh 15 sampai 2 orang tenaga kerja. Apabila ikan sudah terkumpul pada bagian kantong, maka pengangkatan dilakukan dengan stenjor (derek) bila hasil tangkapan banyak dan tidak sanggup ditarik langsung oleh manusia. Selanjutnya hasil tangkapan ini dimasukkan kedalam basket yang sudah disediakan, diberi es dan disimpan dalam palka. Operasi penangkapan ini dilakukan beberapa kali sampai sirasakan hasil tangkapan sudah cukup, barulah kapal kembali lagi ke pelabuhan. 4.1.2 Rancangan Umum Rancangan umum suatu kapal haruslah dengan mempertimbangkan satu platform perencanaan yang terdiri dari tujuan penangkapan, jenis alat tangkap yang digunakan, proses operasionalnya dan penyimpanan hasil tangkapan. Rancangan umum (general arragement) kapal diterakan pada Gambar 15. Gambar tersebut merupakan gambar teknik yang menggambarkan secara umum kelengkapan ruang kapal dari sudut pandang yang berbeda, yaitu sudut pandang tampak atas dan tampak samping, dari sudut pandang samping pada kapal seperti tangki bahan bakar, ruang mesin, navigasi, ruang anak buah kapal, palka 1, 2, 3 dan ceruk haluan serta sekat-sekat yang memisahkan ruang-ruang tersebut. Pada Gambar 15 berurutan dari haluan hingga buritan pembagian ruangan pada salah satu kapal di Kabupaten Takalar

31 pada kapal dijelaskan sebagai berikut: (1) Ceruk haluan; terdapat di haluan tepatnya di depan palka di bawah geladak, berfungsi sebagai gudang peralatan dan kebutuhan alat tangkap, jangkar, tali temali untuk kebutuhan tambat labuh. (2) Palka merupakan penyimpanan hasil tangkapan, salah satu dari ketiga palka ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan es saat kapal menuju fishing ground, terinsulasi dengan baik agar ikan tetap segar hingga kapal kembali ke fishing base. (3) Ruang navigasi; terdapat di bagian atas deck di belakang midship, lebih tinggi dari pada ruang lainnya. Ruangan tersebut tempat nakhoda melakukan aktifitas mengemudikan kapal, karena dengan letak ruangan yang lebih tinggi, memungkinkan nakhoda untuk dapat melihat lebih luas. (4) Ruang mesin; sebagai tempat mesin induk dan mesin listrik beserta perlengkapannya, seperti kapstan, as propeller, panel perlistrikan dan tangki bahan bakar. Ruangan tersebut berada di belakang midship dan dipertinggi dari atas deck. (5) Tanki BBM; sebagai tempat bahan bakar minyak, berada di atas mesin listrik atas deck di belakang midship, tangki tersebut dipertinggi agar lebih mudah melakukan perawatan pada mesin listrik. Tangki tersebut terbuat dari plat besi dan berbentuk empat persegi. (6) Tangki air tawar; sebagai tempat air tawar untuk keperluan makan, minum dan bilas anak buah akapal, tangki tersebut terletak di belakang midship di atas deck pada lambung kiri, terbuat dari plastik anti korosif berbentuk empat persegi. (7) Ruang ABK; ruangan ini terdapat di atas ruang mesin. Ruangan tersebut digunakan untuk berteduh dan istirahat serta menyimpan segala sesuatu perlengkapan yang dibawa oleh anak buah kapal selama pelayaran.

32 Gambar 15 Contoh salah satu kapal purse seine di Kabupaten Takalar 4.2 Dimensi Utama Kapal dan Volume Ruang Tertutup di Atas Dek Dimensi utama (LOA, LWL, B, D, d) kapal purse seine di Kabupaten Takalar sebagian besar memiliki ukuran yang relatif sama. Ukuran yang relatif sama dapat menunjukkan bahwa kapal-kapal yang dibuat dan dibangun memiliki keseragaman dalam penentuan besar kecilnya dimensi. Penentuan dimensi yang relatif sama banyak dipengaruhi oleh pengalaman para pembuat kapal dan pemesan kapal yang tidak mempertimbangkan kelayakan desain dan pembangunan kapal. Ruang diatas dek yang meliputi ruang ABK (anak buah kapal) dan ruang navigasi. Sebagai hasil pengukuran di lapangan dimensi utama dan ruang tertutup di atas dek 8 buah kapal purse seine yang diteliti dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Hasil pengukuran dimensi utama dan pengukuran dari ruang tertutup diatas dek Dimensi Utama Sinar Minasa Minasa Cahaya Kurnia Bone 1 Bone 2 Taruna Bahagia 3 5 Bone 1 1 LOA (m) 21,4 21,3 21, 19,3 2,5 16,7 2,4 2,35 Ldek (m) 19,89 2,2 2,1 18,3 19,2 15,2 18,9 18,2 LWL (m) 18,98 19,1 19,4 17,5 18,2 14,4 16,5 16,8 B max (m) 4,2 4,34 4,4 3,91 4,13 4,7 4,31 4,1 B moulded (m) 4,6 4,22 4,17 3,64 3,87 3,68 4,13 3,75 D (m) 1,65 2,1 2,1 2,6 2,6 2,5 1,94 1,75 d (m),92 1,4 1,4 1,8 1,8 2, 1,26 1, p (m) 6,35 6,27 6,5 6,3 5,78 4,82 6,96 5,25 l (m) 1,87 2,4 2,5 2,15 2,16 1,86 2,21 2,28 t (m) 1,28 1,4 1,45 1,62 1,47 1,42 1,73 1,43

33 4.3 Mesin Kapal Purse Seine Mesin sebagai unit tenaga penggerak kapal purse seine terdiri dari blok silinder, piston, batang penghubung, poros engkol dan roda gaya (gigi). Blok silinder adalah bagian dasar yang menyokong unit tenaga. Blok silinder dilengkapi dengan tutup silinder yang sekaligus merupakan ruang pembakaran dan tempat bertumpu sistem klep. Di dalam blok silinder terdapat piston yang merubah tenaga panas hasil pembakaran menjadi tenaga mekanis dengan bergerak maju mundur sepanjang sumbu silinder. Piston dilengkapi dengan cincin piston yang berfungsi untuk menahan kompresi dan rembesan tenaga hasil pembakaran, mencegah masuknya minyak pelumas kedalam ruang pembakaran, melumasi dinding luar silinder dengan minyak pelumas dan merambatkan panas dari piston ke dinding silinder. Gerakan cincin piston mengikuti gerakan piston. Batang penghubung adalah yang menghubungkan piston dan poros engkol. Poros engkol berfungsi untuk merubah gerak lurus dari piston menjadi gerak putar. Pada ujung poros engkol dipasang roda gigi atau roda gaya yang tersimpan dalam rumah roda gigi (gear box) yang berfungsi untuk meratakan momen putar yang terjadi pada poros engkol agar kecepatannya menjadi stabil. Poros engkol dihubungkan dengan poros baling-baling oleh poros penghubung. Bahan poros terbuat dari stainless steel. Pada poros baling-baling dipasang baling-baling kapal. Posisi poros engkol, gear box dan poros penghubung dapat dilihat pada Gambar 16 Gambar 16 Posisi poros engkol, gear box dan poros penghubung (Sumber : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 23)

34 Kapal purse seine yang dioperasikan di Kabupaten Takalar merupakan kapal-kapal purse seine berukuran sedang (2-5 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 1-3. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari trip antara 7 2 hari per trip. Hasil perhitungan berdasarkan persamaan (4) (5) dan (6) untuk tenaga yang bekerja pada kapal yang diteliti dengan nilai I, B, S, dan E adalah sebagai berikut Tabel 3 Nilai I, B, S, dan E pada 8 buah kapal yang diteliti Sinar Minasa Minasa Cahaya Bone 1 Bone 2 Taruna Bahagia 3 5 Bone 1 Kurnia 1 I 3 115 115 3 3 33 19 3 B 24 92 92 24 24 264 152 24 S 225,6 86,48 86,48 225,6 225,6 248,16 142,88 225,6 E 51,8 19,8 19,8 51,8 51,8 57,7 32,8 51,8 4.4 Kecepatan Kapal Setiap benda yang bergerak dan melakukan kerja berarti benda tersebut memiliki tenaga atau daya. Daya yang dipunyai oleh suatu kapal untuk bergerak dengan kecepatan tertentu bersumber dari mesin utama yang digunakan oleh kapal tersebut. Daya yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh suatu mesin disebut B (brake horse power). Pembetukan daya pada suatu mesin didasarkan pada proses berikut Gambar 17. Pembakaran campuran bahan bakar dan udara Gas bersuhu tinggi Gas bertekanan tinggi Gerak lurus torak Mekanik kl Daya putar Gambar 17 Proses pembentukan daya pada mesin Sumber : Soenarta dan Furuhama (1995)

35 Gambar 17 menunjukkan bahwa, bahan bakar dan udara yang tercampur dalam tabung silinder terbakar dan menghasilkan gas yang bersuhu tinggi. Gas bersuhu tinggi menghasilkan daya bertekanan tinggi dan mendorong torak sehingga bergerak bolak-balik. Akibat gerakan torak ini poros engkol bergerak dan menghasilkan daya putar atau juga disebut B. Daya yang dihasilkan oleh mesin tersebut disalurkan pada sistem transmisi mesin yang digunakan oleh suatu kapal sampai menjadi daya dorong kapal yang dihasilkan propeller yang disebut E (effective horse power). Kinerja atau kemampuan kerja suatu mesin ditentukan oleh besarnya daya yang dikeluarkan oleh mesin tersebut. Tenaga atau daya pada kapal merupakan fungsi dari resistance, kecepatan, propeller dan. Hasil perhitungan berdasarkan persamaan (3) untuk kecepatan yang teliti disampaikan pada Gambar 18 sampai 25. 6 5 4 3 2 1 5 1 15 V (knot) I B S E I KM. Sinar Bahagia E KM. Sinar Bahagia Gambar 18 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Sinar Bahagia Gambar 18 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -498 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 3 dan nilai E perhitungan sebesar 51,88, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 1,54 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar 1,82 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Sinar Bahagia adalah jenis mesin laut, dengan merek mesin TF Yanmar.

36 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 V (knot) I B S E I KM. M inasa 3 E KM. M inasa 3 Gambar 19 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Minasa 3 Gambar 19 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -785 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 115 dan nilai E perhitungan sebesar 19,89, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 2,56 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar,44 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Minasa 3 adalah jenis mesin darat, dengan merek mesin Mitsubishi. 1 8 6 4 I B S E 2 5 1 15 V (knot) I KM. M inasa 5 E KM. M inasa 5 Gambar 2 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Minasa 5 Gambar 2 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -83 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 115 dan nilai E perhitungan sebesar 19,89, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 2,5 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar,43 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Minasa 5 adalah jenis mesin darat, dengan merek mesin Mitsubishi.

37 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 V (knot) I B Gambar 21 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Bone 1 S E I KM. B o ne 1 E KM. Bone 1 Gambar 21 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -86 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 3 dan nilai E perhitungan sebesar 51,88, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 6,1 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar 1,5 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Bone 1 adalah jenis mesin laut, dengan merek mesin TF Yanmar. 1 8 6 4 I B S E 2 5 1 15 V (knot) I KM. B o ne 2 E KM. Bone 2 Gambar 22 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Bone 2 Gambar 22 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -938 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 3 dan nilai E perhitungan sebesar 51,88, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 5,59 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar,97 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Bone 2 adalah jenis mesin laut, dengan merek mesin TF Yanmar.

38 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 V (knot) I B S E I KM. Taruna E KM. Taruna Gambar 23 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Taruna Gambar 23 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -914 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 33 dan nilai E perhitungan sebesar 57,7, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 6,32 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar 1,9 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Taruna adalah jenis mesin laut, dengan merek mesin Djiandong. 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 V (knot) I B S E I KM. Cahaya Bone 1 E KM. Cahaya Bone 1 Gambar 24 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Cahaya Bone 1 Gambar 24 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -652 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 19 dan nilai E perhitungan sebesar 32,86, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 5,9 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar,88 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Cahaya Bone 1 adalah jenis mesin darat, dengan merek mesin Hyundai.

39 6 5 4 3 2 1 5 1 15 V (knot) I B S E I KM / Kurnia 1 E KM. Kurnia 1 Gambar 25 Hubungan kecepatan (V) dan dari KM Kurnia1 Gambar 25 memperlihatkan perbandingan antara kecepatan (V) dan I, B, S, E. Nilai mempunyai rentang -497 dengan kecepatan -14 knot. Dari gambar terlihat bahwa besar tenaga penggerak kapal nilai I tertera sebesar 3 dan nilai E perhitungan sebesar 51,88, dari nilai I menghasilkan kecepatan sebesar 1,55 knot sedangkan E dapat menghasilkan kecepatan sebesar 1,83 knot. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal KM. Kurnia 1 adalah jenis mesin laut, dengan merek mesin TF Yanmar. Hasil perhitungan menghasilkan perbedaan kecepatan antara mesin darat dan mesin laut ini disebabkan karena gear box yang berbeda dan dimensi propeller yang berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda pula. Sistem propulsi daya mesin penggerak kapal akan mempengaruhi penentuan daya penggerak kapal yang harus dipasang, terutama digunakan atau tidaknya gear box (pereduksi putaran poros engkol). Apabila sistem ini menggunakan gear box dengan perbandingan reduksi tertentu maka daya mesin penggerak kapal yang terpasang secara umum lebih besar dibandingkan dengan sistem yang tidak menggunakan gear box untuk mencapai kecepatan yang sama. Besarnya daya ini diperlukan untuk perputaran propeller sesuai dengan tingkat reduksi yang diinginkan. Selain itu di setiap komponen sistem propulsi terjadi pengurangan daya akibat adanya gesekan komponen-komponen tersebut yang merubah energi gerak menjadi energi panas. Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kecepatan ekonomis kapal akan berpengaruh jika perbandingan antara kecepatan kapal (V/ L, V: kecepatan kapal dalam knot dan L: panjang kapal dalam meter) mendekati 1, untuk kapal-

4 kapal cepat perbandingannya lebih dari 1,2 dan untuk kapal-kapal lambat nilai ini kurang dari,8. Tabel 4 memperlihatkan bahwa perbandingan antara kecepatan kapal dan panjang kapal. Tabel 4 Perbandingan antara kecepatan dan panjang kapal purse seine di Kabupaten Takalar Sinar Bahagia Minasa 3 Minasa 5 Bone 1 Bone 2 Taruna Cahaya Bone 1 Kurnia 1 V (kecepatan) 1,53 2,56 2,5 6,1 5,59 6,32 5,9 1,56 L (Panjang ) 18,98 19,1 19,4 17,5 18,2 14,4 16,5 16,8 V/ L 2,42,59,57 1,48 1,31 1,67 1,25 2,58 Tabel 4 memperlihatkan bahwa kapal-kapal yang mempunyai perbandingan dengan nilai kurang dari,8 sebagai kapal-kapal yang lambat adalah Minasa 5 dan Minasa 3, dan kapal-kapal cepat yang mempunyai perbandingan dengan nilai lebih dari 1,2 adalah Sinar Bahagia, Bone1, Bone 2, Taruna, Cahaya Bone 1, dan Kurnia 1, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26. Kecepatan kapal (knot) 12 1 8 6 4 2 5 1 15 2 25 3 Panjang kapal (m) Sinar Bahagia Minasa 3 Minasa 5 Bone 1 Bone 2 Taruna Cahaya Bone 1 Kurnia 1 V / L =.8 V / L =1 V / L =1.2 Gambar 26 Perbandingan panjang kapal dan kecepatan kapal 4.5 Perbandingan GT Tertara terhadap GT Hasil Pengukuran Berdasarkan PP No. 51 Th 22 bahwa setiap kapal yang digunakan untuk berlayar wajib diukur. Surat ukur adalah surat kapal yang memuat ukuran dan tonase kapal berdasarkan hasil pengukuran. Pengukuran kapal dapat dilakukan menurut 3 (tiga) metode : a) pengukuran dalam negeri; b) pengukuran internasional; c) pengukuran khusus. Metode pengukuran dalam negeri dilakukan

41 untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal yang berukuran panjang kurang dari 24 m (dua puluh empat meter). Metode pengukuran internasional dilakukan untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal yang berukuran panjang 24 m (dua puluh empat meter) atau lebih. Metode pengukuran khusus dilakukan untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal yang akan melewati terusan tertentu. Purbayanto et al. (24) menyebutkan bahwa pengukuran GT kapal baik secara internasional maupun dalam negeri bukanlah merupakan hal yang mudah dilakukan. Terlebih jika pengukurannya diterapkan secara langsung pada kapal. Selain kesulitan-kesulitan teknis, pengukuran GT di lapang membutuhkan waktu dan tingkat ketelitian yang tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka tonage kapal dapat dianggap sebagai pemberi penghasilan sebuah kapal, sehingga pajak-pajak yang dibebankan pada sebuah kapal tergantung dari tonage sebuah kapal. Adapun GT yang tertera pada kapal yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 GT hasil Pengukuran dan GT tertera Dimensi Utama Sinar Minasa Minasa Bone Bone Cahaya Kurnia Taruna Bahagia 3 5 1 2 Bone 1 1 GT tertera 2 22 23 22 23 2 22 2 GT pengukuran 21 27 28 28 3 22 26 2 Ukuran besarnya kapal tidak hanya tergantung dari panjang atau lebar kapal melainkan tergantung dari panjang, lebar dan tinggi kapal, karena ukuran besarnya kapal merupakan kapasitas/daya muat. Sehingga dalam kegiatan penangkapan, sebaiknya dipikirkan bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan dalam eksploatasi suatu kapal harus sebanding dengan kemampuan kapal dalam memberikan penghasilan. Hasil perhitungan GT pengukuran dari ruang tertutup di atas dek meliputi panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t) serta ruang tertutup dibawah dek meliputi panjang total kapal (LOA), panjang garis tegak kapal (LPP/LBP), panjang sarat air kapal (LWL), lebar kapal (B), dalam kapal (D). Hasil perhitungan pada persamaan (1) GT untuk pengukuran sangat berbeda dengan GT yang tertera pada surat ukur kapal, ditunjukkan pada Gambar 27.

42 GT tertera 35 3 25 2 15 1 5 1 2 3 4 GT pengukuran GTp = GT t Sinar Bahagia M inasa 3 M inasa 5 Bone 1 Bone 2 Taruna Cahaya Bone 1 Kurnia 1 Gambar 27 Perbandingan nilai GT pengukuran dan GT tertera Gambar 27 menunjukkan bahwa GT hasil pengukuran lebih banyak terdapat di daerah GT pengukuran dibandingkan GT yang tertera, yang menunjukkan bahwa GT hasil pengukuran tidak sama dengan GT tertera. Selain itu hal ini juga menunjukkan bahwa GT hasil pengukuran lebih besar dibandingkan dengan GT tertera. Hal ini disebabkan karena GT pengukuran lebih fokus pada pengukuran sedangkan nilai GT yang tertera hanya berdasarkan nilai perkiraan. 4.6 Hubungan Antara GT dan Seorang pemilik kapal apabila kapalnya telah selesai dibuat maka ia harus memikirkan mesin apa yang cocok dengan ukuran kapal yang telah ia buat agar sesuai dan efisien. Dussardier (196) menyarankan agar mesin yang digunakan pada kapal sebaiknya mempunyai tenaga sekitar 3,-3,5 dari gross tonage (GT) kapal tersebut. Hubungan GT dan ditunjukkan pada Gambar 28. Nilai GT yang ditunjukkan pada Gambar 28 adalah antara 15 33 GT. Untuk nilai 3, kali dari nilai GT adalah 45-99, sedangkan nilai 3,5 kali dari nilai GT adalah 52,5-115,5.

43 14 12 1 8 6 4 ` 1 = 3. x GT 2 = 3.5 x GT 2 5 1 15 2 25 3 35 GT Gambar 28 Hubungan GT dan 4.7 Hubungan Antara GT, dan Kecepatan (V) Nilai GT yang tertera 8 kapal di lokasi penelitian adalah antara 2 sampai 23 GT, maka untuk mencari mesin apa yang cocok dengan ukuran kapal yang telah ia buat agar sesuai dan efisien adalah dengan menghubungkan antara GT, dan V. Hubungan GT, dan V disajikan pada Gambar 29. 3 25 2 15 1 5 12 1 8 6 4 2 1 2 3 GT V V 2 Δ = V 2 -V 1 V 1 1= Teoritis 2= Hasil penelitian Gambar 29 Hubungan GT, dan V Gambar 29 menunjukkan yang tertera di lokasi memiliki perbandingan 3, dari nilai GT yang tertera yaitu 6-7 dengan kecepatan 2-3 knot. Namun kecepatan pengejaran ikan untuk kapal purse seine belum maksimal, untuk kapal purse seine membutuhkan kecepatan pengejaran sekitar 1 knot. Kapal kapal

44 yang ada dilokasi penelitian memiliki kecepatan (V 1 ) sebesar 2-3 knot. Untuk memenuhi kecepatan pengejaran ikan tersebut sebesar 1 knot (V 2 ) maka dibutuhkan penambahan 8 knot. Dengan demikian kapal-kapal yang ada dilokasi penelitian sebaiknya mempunyai nilai 1 kali dari nilai GT yaitu dengan nilai 2-23 GT mempunyai nilai adalah sebesar 2-23. 4.8 Hubungan Antara Rasio GT dan Dispacement Ton Kecepatan kapal sangat dipengaruhi oleh tenaga penggerak yang digunakan, displacement ton dan pajang kapal. Bila memperhatikan hal tersebut hubungan antara GT dengan kecepatan kapal merupakan hubungan yang tidak langsung, Gambar 3 di bawah ini menunjukkan hubungan rasio GT dan displacement ton. 3.5 3 2.5 Nilai Indeks 2 1.5 1.5 GT/TonD TonD/GT 5 1 15 2 25 3 35 Gross Tonage Gambar 3 Hubungan ratio GT dan displacement ton Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai GT berkisar pada nilai indeks setengah kali nilai displacement ton, sementara itu dari ratio displacement ton terhadap GT nilai indeks berkisar antara 1,8-2,9. Sehingga jika nilai displacement ton dipertimbangkan sebagai faktor penentu kecepatan kapal maka koefisien pengali nilai GT menjadi setidaknya 2 kali dari nilai yang sudah didapatkan diatas ( sama dengan 1 kali nilai GT), setara dengan 2 kali nilai GT. Nilai tersebut merupakan nilai I (tenaga penggarak torak). Tabel 6 memperlihatkan perbandingan nilai GT dan

45 Tabel 6 perbandingan nilai GT dan kapal purse seine di Kabupaten Takalar Sinar Minasa Minasa Bone Bone Cahaya Kurnia Taruna Bahagia 3 5 1 2 Bone 1 1 GT pengukuran 21 27 28 28 3 22 26 2 I (2 x GT) 42 54 56 56 6 44 52 4 B 336 432 448 448 48 352 416 32 S 315,8 46 421,1 421,1 451,2 33,8 391 3,8 E 72,6 93,3 96,8 96.8 13,7 76,1 89,9 69,1 (V) Kecepatan 14,7 12 12,2 11,4 11,2 8,4 13,9 14,1 Koefisien pengali nilai adalah 2 kali nilai GT sehingga dari tabel tersebut memperlihatkan bahwa dengan nilai 2-3 GT mempunyai nilai I adalah sebesar 4-6 dan untuk E terendah adalah 69,1 dan E terbesar adalah 13,7.