BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. alami di bawah pengawasan guru. Siswa berproses dalam kegiatan. pembelajaran, pengembangan keterampilan, pengembangan sikap sosial,

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan membawa pengaruh pada semakin tingginya mobilitas

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

SELF-DISCLOSURE PADA SESAMA ANAK JALANAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

ANALISIS PENGAMEN JALANAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan yang banyak diketahui adalah anak yang mengais rejekinya dari

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori. besar mengamen dijadikan mata pencaharian. Hasil penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG.

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya manusia, hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

I. PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

BAB I PENDAHULUAN. Pelapisan sosial dalam masyarakat Jakarta disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan anak-anak terlantar

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama ini telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor ekonomi, namun selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan menghasilkan beberapa hal yang kurang baik salah satunya adalah terciptanya kesenjangan sosial-ekonomi dalam masyarakat Indonesia. Satu sisi ada sebagian masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang tinggi, akan tetapi di sisi lain ada juga sebagian masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikan dan pendapatannya masih rendah bahkan banyak dari masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kesenjangan sosial ekonomi tersebut memunculkan permasalahanpermasalahan sosial ekonomi baik itu di pedesaan maupun di perkotaan. Masalah yang terjadi di daerah perkotaan cenderung lebih kompleks dari masalah yang terjadi di daerah pedesaan. Banyaknya permasalahan yang muncul diperkotaan salah satunya yaitu munculnya fenomena pengamen yang semakin meningkat jumlahnya dengan membawa berbagai bentuk permasalahan di dalam lingkungan masyarakat. Beberapa tahun terakhir ini banyak orang yang menjalani pekerjaan sebagai pengamen, mulai dari kalangan orang yang sudah tua, orang dewasa, para remaja hingga anak-anak. Para pengamen ini seolah pasrah dengan nasibnya, mereka tidak berusaha mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari hanya 1

2 menjadi seorang pengamen, bahkan sebagian besar orang yang menjalani pekerjaan mengamen merasa nyaman dengan pekerjaannya karena mereka menganggap pekerjaan mengamen itu mudah dan tidak menguras pikiran ataupun tenaga yang banyak. Fenomena merebaknya pengamen ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Dapat dibayangkan, apa jadinya sebuah bangsa bila generasi mudanya banyak yang berjiwa pengemis dan hidup dengan penuh kemalasan tanpa ada usaha keras untuk mencapai sesuatu yang lebih berarti. Menurut artikel yang di ungkapkan oleh Rianti S (2009) jumlah pengamen di Solo dalam akhir tahun 2009 ini mengalami pembengkakan hingga mencapai 20% dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jumlah pengamen terbanyak yaitu didominasi oleh para pemuda dan orangtua kisaran usia antara 20 hingga 40 tahun. Koordinator pendampingan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Keluarga Pengamen Solo (Kapas) juga menjelaskan bahwa dari hasil pendataan yang telah dilakukan terhadap para pengamen yang tersebar di sejumlah titik di Kota Solo, didapatkan data jumlah pengamen yang telah masuk yaitu mencapai 350 orang, dan dari jumlah tersebut 60 % adalah para pengamen pemuda dan orangtua yang usianya berkisar antara 20 tahun hingga 40 tahun. Para pengamen tersebut berada di tiga titik, yakni perempatan Panggung, Jebres, kawasan Pasar Ledoksari, Jebres, serta kawasan Pasar Ngemplak. Mereka rata-rata tidak mempunyai akses sosial dan keluarga di Solo. Pengemis dan pengamen jalanan seringkali dianggap sebagai sampah masyarakat, karena baik pemerintah maupun masyarakat merasa terganggu oleh

3 kehadiran mereka yang lalu lalang di perempatan lalu lintas, di pinggir jalan, di sekitar gedung perkantoran, pertokoan dan tempat-tempat lain yang seringkali di jadikan tempat beroperasi. Mulai tahun 2000 para pengamen semakin banyak berkeliaran di jalanan, terutama di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, termasuk kota Solo. Para pengamen tersebut beroperasi di perempatan atau pertigaan jalan, di pinggir jalan dan di sekitar terminal. Pemuda, remaja, pasangan suami-istri, anak-anak, dan perempuan renta semakin menyesaki ruang publik kita. Itulah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat merasa sangat terganggu dengan keberadaan para pengamen yang hampir ada dimana-mana dan membuat masyarakat merasa tidak nyaman. Pada tanggal 18 Januari 2011 melalui berita yang dikutip dari artikel yang ditulis oleh Kurniawan (2011), menginformasikan bahwa Jajaran Polsek Laweyan telah menggulung 22 pengamen dan pengemis yang beroperasi di beberapa titik di Laweyan, Selasa 18 Januari 2011. Puluhan pengamen dan pengemis tersebut digulung, lantaran dianggap sudah meresahkan warga Kota Bengawan. Operasi Pekat diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan ketentraman warga sekitar, karena puluhan pengamen dan pengemis yang didominasi dari anak-anak punk tersebut terkadang memaksa warga yang sedang melintas untuk dimintai sejumlah uang. Banyaknya kriminalitas juga seringkali dikaitkan dengan pengamen jalanan, karena di beberapa kesempatan mereka terlihat melakukan tindak-tindak kriminalitas seperti pencopetan, perampasan, melakukan tindak kekerasan,

4 penodongan, pelecehan seksual, perkelahian, dan masih banyak kejahatankejahatan lain yang rentan dilakukan oleh pengamen jalanan. Berita yang ditulis oleh Fajar AS (2010), menginformasikan bahwa sebanyak empat orang pengamen jalanan harus berurusan dengan polisi karena merampas barang milik korbannya di simpang empat Jl A Yani, Sumber, Barjarsari, Solo, Jumat 12 November 2010. Keempat pengamen itu adalah Ak alias Bengkong, 15, warga Gembongan, Kartasura, Sukoharjo; Aq alias Torong, 16, Kadipiro, Banjarsari, Fy alias Pendek, 17, Nusukan, Banjarsari dan Srt alias Gotil, 15, Kadipiro, Banjarsari. Barang bukti berupa uang Rp 7.000, ikat pinggang, syal dan Ponsel Nokia 5130 hasil kejahatan telah disita petugas. Berdasarkan fakta dan pemaparan yang telah dikemukakan di atas, tentu fenomena pengamen saat ini menjadi suatu masalah yang tidak dapat dibiarkan begitu saja dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain mengganggu kenyamanan, para pengamen juga sangat meresahkan warga masyarakat, oleh karena itu dibutuhkan suatu penanganan yang serius agar tidak semakin menjadijadi. Melalui adanya penelitian mengenai studi korelasi antara persepsi terhadap lingkungan sosial dengan motivasi menjadi pengamen ini, maka diharapkan dapat memberi masukan tentang bagaimana menangani para pengamen ditinjau dari sisi persepsi dari para pengamen tersebut terhadap lingkungan sosialnya. Menurut pendapat peneliti, fenomena merebaknya pengamen juga dilatarbelakangi oleh persepsi individu yang salah mengenai lingkungan sosialnya. Para pengamen ini awalnya hanya meniru-niru apa yang dilakukan oleh

5 orang lain tanpa menyaring perilaku yang ditirunya, apakah tindakannya benar atau salah, mereka merasa sah-sah saja menjadi seorang pengamen padahal sebenarnya mereka sangat mengganggu dan meresahkan orang lain. Berdasarkan pengamatan peneliti, banyak pengamen yang beroperasi di busbus, halte, lampu merah, di jalan-jalan, di perumahan, dan di beberapa tempat lainnya. Banyaknya pengamen tersebut, sangat merugikan orang lain karena orang lain akan merasa tidak nyaman dan terganggu oleh kehadiran mereka, apalagi mereka dengan seenaknya mendapatkan ataupun mencari uang dengan memintaminta padahal orang lain bersusah payah mencari uang dengan usaha yang keras. Fenomena merebaknya pengamen ini merupakan suatu masalah yang menjadikan peneliti merasa perlu untuk meneliti apakah pola persepsi individu terhadap lingkungan sosialnya akan mempengaruhi tindakan atau motivasinya untuk menjadi pengamen atau tidak, karena jika ternyata persepsi sangat berpengaruh terhadap motivasi menjadi pengamen maka hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir ataupun memberantas pengamen adalah dengan mengubah pola pikir atau persepsi mereka agar mereka tidak lagi menjalani aktivitas tersebut dan mereka dapat berusaha lebih giat untuk bekerja mencari nafkah dengan jalan yang sesuai dengan norma sosial yang ada. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah banyaknya orang yang saat ini menjalani pekerjaan sebagai pengamen. Hal ini diperkuat oleh data statistik yang diperoleh dari artikel yang ditulis oleh Rianti S (2009), yang memaparkan bahwa jumlah pengamen di Solo dalam tahun 2009 terakhir mengalami pembengkakan hingga mencapai 20% dibanding tahun-tahun

6 sebelumnya. Berawal dari adanya permasalahan mengenai meningkatnya jumlah pengamen, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai fenomena motivasi bekerja seorang pengamen ditinjau dari persepsi terhadap lingkungan sosialnya, sehingga dari hal tersebut timbullah pertanyaan penelitian mengenai Apakah ada Hubungan antara Persepsi Terhadap Lingkungan Sosial Dengan Motivasi Menjadi Pengamen?. Oleh karena itu peneliti ingin membuktikan secara empirik dengan mengambil judul penelitian : Studi Korelasi Antara Persepsi Terhadap Lingkungan Sosial dengan Motivasi Menjadi Pengamen. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini yaitu antara lain: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi seseorang terhadap lingkungan sosial dengan motivasi orang tersebut untuk menjadi pengamen. 2. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara persepsi seseorang terhadap lingkungan sosial dengan motivasi seseorang menjadi pengamen. 3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi seseorang terhadap lingkungan sosial bagi motivasinya untuk menjadi pengamen.

7 C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Bagi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), dapat menjadi masukan untuk kebijakan pemerintah terutama bagi dinas sosial dan ketenagakerjaan dalam upaya menangani banyaknya orang yang memutuskan untuk bekerja sebagai pengamen, agar mereka meninggalkan pekerjaan mengamen tersebut dan dapat berkreasi menghasilkan suatu karya ataupun prestasi yang dapat merealisasikan potensi yang ada di dalam dirinya. 2. Bagi para pengamen, dapat mengurangi jumlah pengamen dengan memberikan sosialisasi pada mereka bahwa menjadi pengamen merupakan suatu pelanggaran norma dan meyakinkan juga melatih mereka untuk dapat berkarya sesuai potensi yang dapat digali dari masing-masing individu. 3. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi pada masyarakat bahwa pengamen sangat membutuhkan dukungan moral dan sosial dari orang-orang disekitarnya, sehingga masyarakat diharapkan untuk memberi contoh yang baik dan dukungan moral bagi para pengamen agar dapat meninggalkan aktivitas mengamen tersebut.

8 4. Bagi ilmuwan Psikologi, dapat memberikan informasi, wacana penelitian, dan untuk mengembangkan juga memperkaya ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Psikologi Sosial dengan memberikan informasi mengenai ada tidaknya pengaruh persepsi seseorang pada lingkungan sosialnya terhadap motivasi orang tersebut untuk menjadi pengamen. 5. Bagi peneliti lain yang tertarik dengan masalah yang kurang lebih sama, dapat digunakan sebagai perbandingan, pedoman atau referensi dalam melakukan analisa penelitian yang akan datang agar menambah wawasan yang sudah ada sebelumnya dan juga sebagai langkah awal untuk pengembangan bagi penelitian lanjut untuk dapat lebih melengkapi maupun memperbaiki kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat dalam penelitian ini.