BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Analisis Isu-Isu Strategis

Dari Gorontalo Untuk Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Wilayah Pohuwato pada mulanya masih merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Boalemo, namun sejak dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003 maka terbentuklah Kabupaten Pohuwato (bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Bone Bolango) yang mandiri. Menurut penjelasan UU tersebut luas wilayah Pohuwato sebesar 4.244,31 km² atau 36,77 % dari total luas Provinsi Gorontalo dengan kata lain yang terluas dari seluruh kabupaten/kota se-provinsi Gorontalo. Waktu itu Kabupaten Pohuwato hanya terdiri dari lima kecamatan Popayato, Lemito, Marisa, Randangan, dan Paguat. Semenjak berpisah dari Boalemo, Pohuwato berkembang sangat pesat. Saat ini wilayah Pohuwato terdiri dari 13 kecamatan. Pertumbuhan ekonominya pun dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan beberapa kali melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi maupun nasional (BPS Kabupaten Pohuwato, 2012). 2. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Pohuwato terletak antara 0 0.22-0 0.57 Lintang Utara dan 121 0.23-122 0.19 Bujur Timur. Dengan luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.244,31 km 2 atau 36,77 %. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Pohuwato meliputi : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Boalemo - Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini - Sebelah Barat dengan Kabupaten Parigi, Moutong (Sulawesi Tengah) 23

Melihat dari kondisi georafis yang ada bahwa Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu kabupaten penghasil cabai merah terbesar. Karena mempunyai potensi lahan pertanian yang luas serta iklim mendukung untuk pengembangan agribisnis cabai merah. Sehingga pemerintah Kabupaten Pohuwato memberikan perhatian dan bantuan kepada petani yang ada di Kabupaten Pohuwato. Luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.244,31 km² atau 36,77 % dari total luas Provinsi Gorontalo. Luas Kabupaten Pohuwato menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Luas Kabupaten Pohuwato Menurut Kecamatan, 2013. No Kecamatan Luas (Km²) Persentase (%) 1. Popayato 90,92 2,14 2. Popayato Barat 578,24 13,62 3. Popayato Timur 723,74 17,05 4. Lemito 619,50 14,60 5. Wonggarasi 188,08 4,43 6. Marisa 34,65 0,82 7. Buntulia 375,64 8,85 8. Duhiadaa 39,35 0,93 9. Patilanggio 298,82 7,04 10. Randangan 331,90 7,82 11. Taluditi 159,97 3,77 12. Paguat 560,93 13,22 13. Dengilo 242,39 5,71 Jumlah 4244,31 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2012 Dari Tabel 4 terlihat bahwa kecamatan dengan luas terbesar adalah Kecamatan Popayato Timur yaitu 723,74 Km² atau 17,05%, sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Marisa yaitu 34,65 Km² atau 0,82% luas Kabupaten Pohuwato. Dapat dilihat pula pada Tabel 5 di bawah ini, jarak antara ibu kota Kabupaten dengan ibu kota Kecamatan sebagai berikut. 24

Tabel 5. Jarak Antara Ibukota Kabupaten Pohuwato Dengan Ibukota Kecamatan, 2013. No Kecamatan Jarak (Km) 1. Marisa-Popayato 88 2. Marisa-Dudewulo 10 3. Marisa-Maleo 84 4. Marisa-Lemito 69 5. Marisa-Wonggarasi Timur 44 6. Marisa-Patilanggio 14 7. Marisa-Buntulia Utara 7 8. Marisa-Padengo 6 9. Marisa-Randangan 33 10. Marisa-Taluditi 93 11. Marisa-Paguat 18 12. Marisa-Popaya 27 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2011 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa jarak Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Popoyato adalah 88 Km, disusul dengan Ibukota Kecamatan Marisa ke Ibukota Kecamatan Dudewulo jaraknya adalah 10 Km, Kemudian jarak Ibukota Marisa ke Ibukota Kecamatan Maleo adalah 84 Km, selanjutnya Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Lemito jaraknya adalah 69 Km. jarak Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Wonggarasi Timur adalah 44 Km, selanjutnya jarak Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Patilanggio adalah 14 Km, di susul dengan Ibukota Marisa dengan Ibukota Buntulia Utara jaraknya adalah 7 Km, dan jarak yang terdekat adalah Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Padengo yaitu 6 Km dan jarak yang terjauh adalah Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Taluditi yaitu 93 Km. Kemudian disusul dengan jarak Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Paguat adalah 18 km, dan yang terakhir jarak Ibukota Marisa dengan Ibukota Kecamatan Popaya adalah 27 Km. 3. Penduduk dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk Pohuwato pada tahun 2011 adalah 136.581 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 69.699 dan penduduk perempuan 66.882. Kepadatan penduduk Pohuwato pada tahun 2011 sebesar 32 jiwa per km 2. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Marisa, yaitu 677 jiwa per km 2, 25

sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Popayato Barat dan Kecamatan Wanggarasi yaitu 9 jiwa per km 2. Rasio jenis kelamin penduduk Pohuwato pada tahun 2011 adalah 104 Ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki di Pohuwato lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pohuwato, 2013. No Kecamatan Luas Penduduk Kepadatan Km² % Jumlah % Penduduk 1. Popayato 90,92 2,14 9,775 7,16 107 2. Popayato 578,24 13,62 7,281 5,33 13 Barat 3. Popayato 723,74 17,05 8,137 5,96 11 Timur 4. Lemito 619,50 14,60 11,789 8,63 19 5. Wonggarasi 188,08 4,43 5,011 3,67 27 6. Marisa 34,65 0,82 18,510 13,55 534 7. Buntulia 375,64 8,85 9,238 6,76 25 8. Duhiadaa 39,53 0,93 10,688 7,83 270 9. Patilanggio 298,82 7,04 11,422 8,36 38 10. Randangan 331,90 7,82 15,383 11,26 46 11. Taluditi 159,97 3,77 7,407 5,42 46 12. Paguat 560,93 13,22 16,111 11,80 29 13. Dengilo 242,39 5,71 5,829 4,27 24 Kabupaten Pohuwato 4244,31 100,00 136,581 100,00 32 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2012 Berdasarkan Tabel 6 dilihat bahwa Kecamatan Marisa merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya terbanyak yaitu dengan jumlah 18.510 jiwa (13,55%), selanjutnya Kecamatan Paguat dengan jumlah penduduknya sebesar 16,111 jiwa (11,80%), di susul dengan Kecamatan Randangan dengan jumlah penduduknya sebesar 15,383 jiwa (11,26%), kemudian Kecamatan Lemito dengan jumlah penduduknya sebesar 11,789 jiwa (8 63%), selanjutnya Kecamatan Patilanggio merupakan tempat Pengembangan Usahatani Cabai Merah dengan jumlah penduduk sebesar 11,422 jiwa (8,36%), Kecamatan Duhiadaa jumlah penduduknya sebesar 10,688 jiwa (7,83%), selanjutnya Kecamatan Popayato 26

dengan jumlah penduduk sebesar 9,775 jiwa (7,16%), kemudian Kecamatan Buntulia dengan jumlah penduduk sebesar 9,238 jiwa (6,76%), untuk Kecamatan Popayato timur jumlah penduduknya sebesar 8,137 jiwa (5,96%), selanjutnya Kecamatan Taluditi dengan jumlah penduduk sebesar 7,407 jiwa (5,42%), selanjutnya Kecamatan Popayato barat jumlah penduduknya sebesar 8,137 jiwa (5,96%), kemudian untuk Kecamatan Dengilo jumlah penduduknya sebesar 5,829 jiwa (4,27%), dan yang terakhir adalah Kecamatan Wonggarasi dengan jumlah penduduk sebesar 5,011 jiwa (3,67%). Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Lapangan Usaha (BPS Kabupaten Pohuwato, 2012) Persentase penduduk berumur 15 tahun pada tahun 2011, sekitar 62,47 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas bekerja. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian yaitu 42,20%, selanjutnya bekerja di sektor industri pengolahan yaitu dengan jumlah 3,32%, sektor perdagangan, sektor jasa kemasyarakatan 21,51% dan lain-lain 17,96%. 27

4. Visi dan Misi Kabupaten Pohuwato Dalam membangun suatu daerah kearah yang lebih baik tentulah harus diketahui tujuan dari pembangunan tersebut. Dengan adanya visi misi dapat memajukan suatu daerah, maka dari itu visi dan misi harus di jalankan dengan sebaik-baiknya demi tercapainya semua harapan yang menjadi tujuan bersama dalam meningkatkan pembangunan suatu daerah. Arah Kebijakan pemerintah kabupaten Pohuwato 2010-2015 dengan adanya visi dan misi antara lain : i) Visi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Pohuwato di Atas Nilai Spiritual Melalui Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Ekonomi Kerakyatan. ii) Misi Membangun Kemitraan Pemerintahan dan Masyarakat Yang Kuat Maju dan Berahlak Mulia. 5. Gambaran Umum Instansi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan mempunyai tugas dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pokok di setiap bidang. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, fungsi dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan adalah sebagai berikut : 1. Perumusan Kebijakan Teknis di Bidang Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan. 2. Penyelenggaran Urusan Pemerintah dan Pelayanan Umum di Bidang Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan. 3. Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan di Bidang Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan. 4. Pelaksanaan Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Dalam Lingkup Tugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan. 5. Pengelolaan Unsur Kesekretarian Dinas. 28

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, maka Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan mengacu pada Visi Pemerintah Kabupaten Pohuwato. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan menetapkan Visinya yaitu : Petani Mau, Mampu, Mandiri dan Inovatif (M3I). Untuk mewujudkan visi maka dapat di rumuskan misi dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan sebagai berikut. 1. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian/perkebunan yang amanah dan professional. 2. Meningkatkan produksi, produktifitas dan mutu produk yang berkelanjutan. 3. Penerapan IPTEK yang berwawasan lingkungan. 4. Meningkatkan ketersediaan sarana produksi. Untuk merealisasikan pelaksanaan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pohuwato, perlu ditetapkan tujuan dan sasaran untuk pembangunan pertanian. Tujuan ini ditetapkan untuk memberikan pengarahan dalam rangka untuk kepastian operasional dan keterkaitan terhadap peran program yang telah ditetapkan. i) Tujuan 1. Mewujudkan pemerintah yang akuntabel adalah untuk peningkatan kinerja pelayanan aparatur khususnya di bidang pertanian dan perkebunan 2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, teknologi yang digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian diantaranya melalui bioteknologi, teknologi pemuliaan, dan teknologi pertanian, teknologi pasca panen dan teknologi pangan. 3. Membangun infrastruktur secara merata, terbangunnya infrastruktur di daerah sentra produksi untuk mempermudah masyarakat khususnya petani dan pekebun didaerah itu dalam memasarkan hasil bumi. 29

ii) Sasaran 1. Meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan barang dan jasa. 2. Meningkatkan produksi dan perbaikan mutu untuk peningkatan pemasaran hasil pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. 3. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana penunjang untuk mempermudah masyarakat. B. Kondisi Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan suatu lingkungan yang berada di dalam pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. Faktor lingkungan internal dalam menentukan pengembangan agribisnis cabai merah dengan melihat kekuatan dan kelemahan dari Kabupaten Pohuwato itu sendiri. 1. Potensi Cabai Merah di Kabupaten Pohuwato Kabupaten Pohuwato memiliki potensi pengembangan agribisnis cabai merah dilihat luas areal penanaman cabai merah paling besar dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Produksi dan Luas Panen Cabai Merah di Kabupaten Pohuwato, 2013. No Kecamatan Luas Panen (Ha) Persentase (%) Produksi (Ton) Persentase (%) 1. Popayato 30 9,90 281,4 146,92 2. Popayato 14 4,62 28,2 14,72 Barat 3. Popayato 12 3,96 28,5 14,88 Timur 4. Lemito 26 8,58 52,5 27,41 5. Wonggarasi 34 11,22 130,1 67,92 6. Marisa 33 10,89 130,3 68,03 7. Patilanggio 57 18,81 888,8 464,05 8. Buntulia 6 1,98 36,7 19,16 9. Duhiadaa - - 9,8 5,11 10. Randangan 38 12,54 220,1 114,91 11. Taluditi 11 3,63 16 8,35 12. Paguat 25 8,25 41,1 21,45 13. Dengilo 27 8,91 51,8 27,04 Kabupaten Pohuwato 303 100,00 191,53 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2012 30

Tabel 7 di atas menunjukan bahwa luas panen untuk tanaman cabai merah di Kabupaten Pohuwato pada tahun 2012 adalah 303 ha atau 100,00% dan produksi cabai merah pada tahun 2012 adalah sebesar 191,53 ton atau 100,00%. Hal ini menunjukan bahwa petani mempunyai peluang yang cukup baik dalam mengembangkan usahataninya karena di dukung oleh luas panen dan produksi yang tinggi. Bahkan ada satu kecamatan yang memiliki produksi cabai merah paling tertinggi yaitu Kecamatan Patilanggio dengan luas panen 57 ha atau 18,81% dan produksi cabai merah sebesar 888,8 ton atau 464,05%. Dengan melihat besarnya produksi yang dihasilkan sehingga Kecamatan Patilanggio di tetapkan sebagai kawasan pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. 2. Topografi dan Jenis Tanah Kabupaten Pohuwato mempunyai kondisi topografi yang variatif yang terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 2 M seluas 20,12%, 2 15 M seluas 8,08%, 15 40 M seluas 34,31%, dan 40 M keatas seluas 37,49% (batas tanah yang kemiringannya lebih dari 40 M diklasifikasikan menjadi Hutan Lindung). Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus Kelembaban udara di Kabupaten Pohuwato relatif tinggi. Pada tahun 2010, kelembaban relatif berkisar antara 72 persen (Februari) sampai dengan 89 persen (Maret), antara 23,0 C sampai 24,9 C (BPS Kabupaten Pohuwato, 2012). Iklim di Kabupaten Pohuwato termasuk dalam zona E3 dan E4 dengan bulan basah kurang dari 2 bulan kering 4-7 bulan. Pohuwato memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 38-378 mm. Menurut Rukmana (2006) curah hujan yang baik untuk pertumbuhan cabai berkisar antara 600-1.250 mm. Jenis-jenis tanah di Kabupaten Pohuwato pada umumnya bervariasi antara lain, Entisol, Inceptisol, Vertisol, Mollisol, Alfisol dan Histosol. Melihat kondisi tanah yang ada, maka cabai merah dominan dibudidayakan pada tanah Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Entisol (Bappeda Kabupaten Pohuwato, 2013). 31

3. Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk Kabupaten Pohuwato pada tahun 2011 adalah 136.581 jiwa, terdiri dari penduduk laki- laki 69.699 dan penduduk perempuan 66.882 yang terbagi di berbagai kegiatan usaha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Pohuwato, 2013 No Lapangan Usaha 2011 (%) 1. Pertanian 42,20 2. Industri Pengolahan 3,32 3. Perdagangan, Rumah 15,01 Makan dan Hotel 4. Jasa Kemasyarakataan 21,51 5. Lainnya 17,96 Sumber : BPS Kabuapten Pohuwato, 2012 Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Pohuwato berkecimpung atau bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 42,20% yang disusul oleh jasa kemasyarakatan sebesar 21,51%. Selanjutnya untuk lapangan usaha terkecil yaitu pada sektor industri pengolahan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Pohuwato memliki industri pengolahan yang terbatas sehingga kesempatan kerja bagi masyarakat juga terbatas, hal ini ditunjukan dengan adanya angka pengangguran di Kabupaten Pohuwato sebanyak 2,64%, dan lainnya mengurus rumah tangga hampir satu per empat dari jumlah penduduk yaitu sebanyak 23,82% 4. Sumberdaya Produksi Penyediaan sarana produksi merupakan faktor penunjang dalam peningkatan usahatani serta pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. Sumberdaya produksi yang menunjang meliputi ketersediaan benih unggul lokal (Malita FM), sarana dan prasarana dalam pengelolaan kegiatan usahatani, serta dukungan teknologi dan alsintan yang mempermudah proses produksi dalam pengembangkan agribisnis cabai merah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (2013), dukungan pemerintah terhadap penyediaan sarana dan prasarana 32

produksi meliputi pembuatan irigasi pertanian (1) perluasan untuk lahan pertanian, penyaluran pupuk (2), penyaluran obat-obatan (3), pengadaan alat penyemprot (4), pengadaan traktor (5), pembangunan infrastruktur (6). Akan tetapi adanya bantuan yang diberikan pemerintah masih terbatas, belum dapat memenuhi kebutuhan petani, sering juga terjadi adanya penyaluran sarana dan prasarana tersebut tidak merata terkadang sudah terfokus di satu (1) kecamatan saja. Seperti halnya pengadaan traktor roda dua 19 unit dan traktor roda empat 12 unit, hand sprayer 173 bh dan pompa air 11 bh. Bantuan sarana produksi di Kecamatan Patilanggio hanya terfokus di Desa Suka makmur sedangkan di Desa lainnya seperti Desa Manawa masih kekurangan atau belum mendapat bantuan sarana produksi. Sehingga sebagian besar petani menggunakan alat manual dalam proses produksi bahkan untuk penanganan pascapanen juga masih secara manual karena terbatasnya sumberdaya produksi yang di peroleh petani. 5. Sumberdaya Keuangan Modal merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan usahatani. Akan tetapi dalam kenyataannya, petani/pengusaha skala petani kecilmenengah pada umumnya sangat lemah dalam hal permodalan menyebabkan usahataninya sulit berkembang dan cenderung bersifat subsisten. Petani di Kabupaten Pohuwato mendapatkan sumber dana modal sendiri atau memanfaatkan lembaga perbankan maupun non bank, seperti dana KUR didapat dari Bank BRI, pembiayaan seperti Mega Finance dan Koperas Tani. Lembaga keuangan yang ada di Kabupaten Pohuwato terdiri dari Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Muamalat dan Bank BNI. 6. Aspek Budidaya Dari aspek budidaya usahatani cabai merah di Kabupaten Pohuwato menghadapi berbagai permasalahan, seperti banjir, kekeringan, minimnya infrastrukur, dan serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Selain itu masih ada sebagian petani yang belum menggunakan teknik budidaya dengan baik dan benar sesuai dengan panca usahatani, selanjutnya masih banyak petani yang menggunakan faktor-faktor produksi secara tidak efisien, seperti pengunaan bibit, 33

pupuk dan obat-obatan yang berlebihan sehingga berdampak negative terhadap pengembangan agribisnis cabai merah. 7. Kelembagaan a) Kelembagaan petani Salah satu dukungan lembaga-lembaga yang mendukung kegiatan usahatani adalah penanganan dan pengelolaan organisme penggangu tanaman (OPT). kemudian adanya pembentukan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Terbentuknya Gapoktan di tiap kecamatan di Kabupaten Pohuwato telah memberikan dan menjadikan berbagai unit usaha, yang dijalankan sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi para petani anggota maupun masyarakat di sekitarnya. Kelompok tani yang berkembang bergabung ke dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) sebanyak 109 Gapoktan. Jumlah Gapoktan yang ada tidak hanya mengembangkan tanaman hortikultura bahkan membudidayakan tanaman pangan dan perkebunan. Ada beberapa nama Gapoktan yang ada yaitu Tibawa I, Tibawa II, Harapan Tani, dan Cahaya Tani. b) Kelembagaan penyuluh Pada tahun 2011 jumlah Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani yang menjadi binaan BP3K Kecamatan Patilanggio Sebanyak 6 Gapkotan dan 129 Kelompok Tani dengan jenis usahatani yang beragam, dan lebih banyak bergerak pada usahatani hortikultura dan tanaman pangan. Kemudian adanya tenaga ahli yang di tempatkan di Kantor BP3K Kecamatan Patilanggio berjumlah 7 (tujuh) Orang. Dimana 1 (satu) orang Kepala Balai, 3 (tiga) Orang Penanggung jawab bidang. masing-masing 1 bidang Pertanian, 1 bidang Perikanan, dan 1 bidang Kehutanan. Dan 4 (empat) orang penyuluh lapang. c) Kelembagaan perbenihan Bebagai jenis komoditas hortikultura diproduksi oleh para penangkar benih. Pengawasan mutu benih yang diproduksi dilaksanakan oleh Balai Pengawasan dan Serifikasi Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Gorontalo. 34

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Gorontalo dukungannya dalam pembangunan pertanian Kabupaten Pohuwato yaitu : 1. Terwujudnya Good Governence di bidang pertanian 2. Beredarnya benih bersertifikat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan petani 3. Terselenggaranya pengawasan perbenihan yang berkualitas dan professional 4. Terselenggaranya sarana dan prasarana pengawasan mutu dan sertifikasi tanaman Indikator pencapaian program ialah peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan di bidang perbenihan melalui program Sumberdaya Manusia Bidang Perbenihan, peningkatan pengembangan sistem perbenihan melalui kegiatan Permasyarakatan Penggunaan Benih Unggul dan Sosialisasi Peraturan Perbenihan dan peningkatan kelembagaan perbenihan melalui kegiatan Pembenihan Penangkar Benih. Benih bersertifikasi dan dibudidayakan di Kabupaten Pohuwato adalah Cabai Merah (Malita FM), Cabai Rawit, Cakra Putih dan Cakra Hijau. 8. Pemasaran Rantai pemasaran di Kabupaten Pohuwato melibatkan beberapa lembaga pemasaran didalamnya, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. PETANI PEDAGANG PENGUMPUL PEDAGANG BESAR PEDAGANG PENGECER KONSUMEN Gambar 4. Rantai Pemasaran Cabai Merah (BP4K Kabupaten Pohuwato, 2013) 35

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa rantai pemasaran cabai di Kabupaten Pohuwato yaitu petani menjual kepedagang pengumpul kemudian dijual ke pedagang besar selanjutnya dari tangan pedagang pengecer akhirnya sampai ketangan konsumen. Adapun pemasaran langsung dari petani langsung ke pedagang pengecer selain itu pemasaran langsung dari petani ke konsumen. C. Kondisi Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan suatu kondisi yang berada diluar Kabupaten Pohuwato yang menjadi faktor peluang dan ancaman terhadap pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. Kondisi lingkungan eksternal meliputi lingkungan eksternal makro dan eksternal mikro. 1. Lingkungan Makro i) Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan kapasitas ekonomi suatu daerah, yaitu keseluruhan produksi yang dihasilkan dalam batas suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu satu tahun. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan nilai PDRB yang dihasilkan dalam jangka waktu satu tahun. Dengan melihat beberapa indikator yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB, laju pertumbuhan, PDRB berkapita dan pendapatan perkapita, maka dapat dilihat sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Pohuwato dalam waktu 2009-2012. Struktur ekonomi suatu daerah dapat terlihat dari distribusi sektoral masing-masing lapangan usaha. Kontribusi suatu sektor dalam menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto dapat menggambarkan peran tersebut dalam kegiatan ekonomi. Membandingkan kontribusi setiap sektor terhadap jumlah PDRB di Kabupaten Pohuwato masih kental dengan nuansa agraris, selama lima tahun terakhir (2009-2012), hal ini menunjukan bahwa peran tersebut masih di dominasi oleh sektor pertanian. Jika melihat konfigurasi distribusi sektoral di Kabupaten Pohuwato dari tahun 2009-2012 tidak terlihat adanya pergeseran struktur ekonomi dimana sektor ril masih menjadi tumpuan. Secara jelas struktur ekonomi Kabupaten Pohuwato yang memberi kontribusi besar terhadap 36

pembentukan PDRB, yaitu: Sektor Pertanian, Sektor jasa-jasa, dan Sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Keadaan PDRB berdasarkan harga yang berlaku di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pohuwato, 2013. Sektor Tahun 2009 2010 2011 Pertanian 439,022 510,884 600,368 Pertambangan 6,802 7,238 7,988 Industri 56,669 64,997 73,616 Listrik, Gas & Air Bersih 7,144 7,999 8,970 Bangunan 56,180 62,373 69,053 Perdagangan 143,079 164,680 199,480 Pengangkutan & Komunikasi 36,140 40,369 45,389 Keuangan 115,997 136,397 153,922 Jasa 175,312 211,095 266,823 Produk Domestik Regional Bruto 1,036,344 1,206,033 1,425,610 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2012 Jika dilihat keadaan PDRB sesuai dengan harga yang berlaku di Kabupaten Pohuwato pada tahun 2009 adalah Rp 1.036.344, kemudian pada tahun 2010 adalah Rp 1.206.033, selanjutnya pada tahun 2011 adalah 1.425.610. Data laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pohuwato dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dilihat dari berbagai sektor yang menghasilkan pendapatan besar sehingga dapat menjadi indikator dalam mengevaluasi pertumbuhan ekonomi dan menilai tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah dengan melihat pendapatan per kapita. Komoditi hortikultura khususnya tanaman cabai merah ditetapkan sebagai komoditi unggulan pertanian, untuk pengembangan pertanian diarahkan pada kawasan Kabupaten Pohuwato sebagai pusat pengembangan agribisnis cabai merah. Kontribusi yang diberikan paket cabai merah 100 Ha dengan anggaran sebesar Rp 300.000.000 diberikan pemerintah dalam mengembangkan agribisnis cabai, selain itu adanya CPCL yang mendukung. Kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar yang terus meningkat sehingga menjadi peluang pasar bukan hanya di pasar lokal, melainkan di pasarkan keluar daerah Gorontalo. Daerah pemasaran cabai merah antara lain, Palu, Kalimantan dan Manado. Cabai merah 37

yang di pasarkan masih dalam taraf pemasaran atau distribusi hasil, karena di Kabupaten Pohuwato belum ada industri pengolahan cabai merah Permintaan cabai merah yang terus meningkat sehingga harga cabai merah itu sendiri dari tahun ke tahun juga mengalami perubahan, perkembangan harga cabai dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perkembangan Harga Cabai di Kabupaten Pohuwato, 2013. No Bulan Harga tk produsen 2009 (Rp/kg) Harga tk konsumen 2009 (Rp/kg) Harga tk produsen 2010 (Rp/kg) Harga tk konsumen 2010 (Rp/kg) 1. Januari 6.500 12.643 5.000 7.693 2. Februari 12.000 13.718 12.000 14.200 3. Maret 11.500 14.677 12.500 14.600 4. April 3.000 6.605 6.500 10.800 5. Mei 4.500 5.686 6.500 9.600 6. Juni 7.000 8.900 7.000 11.700 7. Juli 6.500 7.008 7.000 10.800 8. Agustus 7.500 9.338 9.000 12.670 9. September 5.250 8.792 9.400 11.500 10. Oktober 6.000 7.589 9.000 10.600 11. November 7.250 9.706 11.000 13.500 12. Desember 7.000 8.700 7.000 10.000 Rata-rata 84.000 113.362 101.900 137.663 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pohuwato, 2011 Tabel 10 menunjukkan bahwa harga rata-rata cabai merah di tingkat produsen pada tahun 2009 yaitu Rp 84.00/kg dan pada tingkat konsumen pada tahun 2009 yaitu Rp 113.362/kg, kemudian rata-rata harga cabai merah di tingkat produsen pada tahun 2010 meningkat yaitu sebesar Rp101.900/kg, selanjutnya rata-rata harga di tingkat konsumen pada tahun 2010 yaitu Rp 137.633/kg. ii) Politik dan Hukum Strategi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dimaksudkan adalah suatu upaya strategis dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Pohuwato dalam segala aspek terutama yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi 38

dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Hak-hak dasar tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak lainnya. Pemerintah Kabupaten Pohuwato dalam mendukung pengembangan agribisnis cabai ditujukan kearah pengembangan ekonomi lokal (local economic development), yaitu dengan mengembangkan kapasitas dan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah untuk meningkatkan derajat kemajuan ekonomi daerah secara keseluruhan. Oleh karena itu, strategi ini yang diharapkan tepat dan mampu menemukan dan menggali potensi ekonomi produktif yang berdaya saing (knowledge based economy), sekaligus berbasis sumberdaya lokal (resource based economy) baik melalui pemerintah daerah, sektor swasta dan kelembagaan/organisasi yang berbasis masyarakat setempat guna menumbuhkan perekonomian yang ditunjang oleh kuantitas dan perbaikan kualitas infrastruktur yang sangat mendukung pengembangan agribisnis cabai merah. Kebijakan yang diberikan pemerintah adalah dukungan dalam hal penyedian sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, dan pemberian latihan dan pengembangan keahlian petani sehingga peningkatan perekonomian masyarakat dalam mencapai masyarakat yang sejahtera dan berkualitas. Hal ini merupakan peluang bagi Kabupaten Pohuwato untuk bisa mengembangkan agribisnis cabai merah dengan dukungan pemerintah yang ada. Adanya berbagai kebijakan yang diberikan pemerintah dalam mendukung kegiatan usahatani tidak berjalan sesuai dengan harapan dan kebutuhan petani. Seringkali penyaluran bantuan yang diberikan kepada masyarakat khususnya petani tidak dapat memenuhi atau menunjang kegiatan usahataninya, sehingga bermunculan berbagai tanggapan dari petani bahwa pemerintah tidak mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Hal ini berdampak negatif terhadap pengembangan agribisnis cabai merah, dimana pemerintah hanya sebatas memberikan penyuluhan tanpa memberikan kebijakan terhadap jaminan harga cabai merah, dan memberikan solusi terhadap harga cabai merah yang sering berfluktuasi. 39

iii) Sosial Budaya Adanya perkembangan globalisasi ini banyak bermunculan berbagai macam jenis cabai seperti cabai hibrida, cabai besar, paprika dan berbagai macam olahan cabai seperti bubuk cabai, tepung cabai dan sambal. Banyaknya jenis cabai dan produk olahan cabai yang bermunculan dipasaran, merubah pola konsumsi masyarakat yang ingin mencoba produk olahan cabai tersebut karena dipengaruhi oleh lingkungan. Mengingat banyaknya pasar modern yang sudah tersebar sehingga produk tersebut tersedia diberbagai tempat. Akan tetapi sebagian masyarakat lebih cenderung mengkonsumsi cabai yang jenisnya cabai rawit dan cabai keriting karena rasanya lebih pedas dibanding jenis-jenis cabai lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan selera masyarakat dalam menentukan bahan makan yang disukai, namun masyarakat yang ada di Provinsi Gorontalo lebih cenderung menggunakan cabai Malita FM, cabai keriting dan cabai rawit sebagai bumbu masakan dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat akan cabai yang terus meningkat, menjadikan cabai sebagai makanan penting dalam kehidupan seharihari. Budaya huyula atau gotong royong merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang saat ini masih ada, walaupun mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Salah satu kearifan lokal yang masih dipertahankan masyarakat setempat yang berkaitan dengan pertanian, terutama budidaya cabai, yaitu penentuan waktu tanam berdasarkan ilmu perbintangan, yang dikenal dengan panggoba. Pada prinsipnya, budaya panggoba dipegang oleh seseorang yang dianggap cakap dalam melihat perbintangan lalu mencocokan tanaman sesuai dengan waktu tanam yang tepat. iv) Teknologi Sudah banyak subsektor yang memanfaatkan keunggulan ICT seperti komputer, internet, piranti lunak (softwares), dan piranti keras (hardwares), radio, televisi dan perangkat IT lainnya yang mendukung semua aktivitas pertanian mulai dari kegiatan hulu (proses produksi) sampai pada hilir (pemasaran hasil). Tersedianya IT memberikan peluang bagi pemerintah Kabupaten Pohuwato untuk memanfaatkan teknologi yang ada sebagai pendorong informasi di subsektor 40

hortikultura guna meningkatkan daya saing dan berpeluang besar dalam pengembangan agribisnis cabai merah. Sistem informasi yang dimiliki mempermudah untuk mengakses pasar ke berbagai daerah karena untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi dapat di lakukan dengan sangat mudah karena adanya dukungan IT, sehingga kemajuan teknologi juga merupakan salah satu dukungan dalam pengembangan agribisnis cabai merah. 2. Lingkungan Mikro i) Pemasok Angka konsumsi cabai di Sulawesi Utara luar biasa besar. Di bandingkan daerah lain yang ada di Indonesia. Untuk itu pasokan cabai itu sebagian dari lokal, namun terkadang pasokan cabai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar sehingga Provinsi Gorontalo merupakan pemasok cabai terbesar untuk daerah Manado, Tomohon, dan Bitung. Tingginya permintaan untuk pasokan cabai menjadi peluang besar untuk petani yang ada di Provinsi Gorontalo untuk meningkatkan hasil produksi guna untuk memenuhi bahan baku yang di butuhkan oleh industri rumah tangga. Hal ini menjadi salah satu dukungan untuk pengembangan agribisnis cabai di Kabupaten Pohuwato untuk memproduksi cabai yang berkualitas dan berdaya saing. ii) Pelanggan Pelanggan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang peningkatan kualitas dan produksi cabai. Di Kabupaten Pohuwato terdapat industri-industri lokal uang menyerap produk cabai antara lain, UKM, Pasar Sentral, Rumah Makan, dan Swalayan. Dan industri luar yang sering menggunakan cabai sebagai bahan baku sebagai bumbu supermie, kecap dan sambal oleh industri seperti PT. Indofood dan PT. ABC. iii) Pesaing Dalam pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato, banyak petani yang menggunakan benih varietas unggul lokal untuk usahataninya, namun seiring dengan berkembangnya teknologi sehingga masuknya berbagai macam cabai impor sebagai yang menjadi inovasi dalam meningkatan 41

pengembangan agribisnis cabai merah. Salah satu yang menjadi pesaing adalah kabupaten lain yang berada di Provinsi Gorontalo antara lain Kabupaten Boalemo merupakan sentra pengembangan cabai merah di Provinsi Gorontalo. Kontribusi produksi sampai tahun 2008 mencapai 17,67% terhadap produksi cabai Provinsi (BPS Provinsi Gorontalo, 2009). Kontribusi tersebut menempatkan Kabupaten Boalemo sebagai penghasil cabai merah ketiga terbanyak setelah Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Hal ini menjadi salah satu motivasi bagi masyarakat di kabupaten Pohuwato dalam meningkatkan pengembangan agribisnis cabai merah sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. D. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal 1. Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor internal kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten di uraikan pada Tabel 10. Tabel 10. Faktor Internal Pengembangan Cabai di Kabupaten Pohuwato, 2013 No Faktor Internal Bobot Rating B x R Ket a. Kekuatan Kekuatan utama : 1. Dukungan dari pemerintah 0,06 2 0,12 1. Ketersediaan benih Unggul 2. Ketersediaan benih unggul 0,13 4 0,52 2. SDM yang mendukung 3. Tingkat kesuburan tanah 0,06 2 0,12 4. Besarnya jumlah produksi cabai 0,04 1 0,04 yang dihasilkan 5. Tersedianya lahan 0,09 3 0,27 pengembangan cabai 6. SDM yang mendukung terbentuk dalam gapoktan 0,13 4 0,52 Total 1,59 b. Kelemahan Kelemahan utama: 1. Sumberdaya produksi 0,13 1 0,13 1. Sumberdaya produksi yang masih terbatas yang masih terbatas 2. Pemasaran cabai masih dalam bentuk bahan baku 0,04 3 0,12 2. Belum tersedia industri Pengolahan cabai 3. Lemahnya akses 0,09 2 0,18 petani terhadap modal 4. Penanganan pascapanen 0,04 4 0,16 masih secara manual 5. Serangan OPT 0,06 2 0,12 6. Belum tersedia industri 0,13 1 0,13 Pengolahan cabai Total 1,00 0,84 Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013 42

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa nilai faktor kekuatan = 1,59, nilai faktor kelemahan = 0,84. Keadaan ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan untuk pengembangan agribisnis cabai merah lebih besar dari faktor kelemahan sebagai penghambat pengembangan agribisnis cabai merah. Kekutan utama yang dimiliki adalah ketersediaan benih unggul dan SDM yang mendukung terbentuk dalam gapoktan sedangkan kelemahan utama sumberdaya produksi yang masih terbatas dan serangan OPT. 2. Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang mempengaruhi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten di uraikan pada Tabel 11. Tabel 11. Faktor Eksternal Pengembangan Cabai di Kabupaten Pohuwato, 2013. No Faktor Eksternal Bobot Rating B x R Ket a. Peluang Peluang utama : 1. Potensi pemasaran cabai 0,13 4 0,52 1.Potensi pemasaran Cabai 2. Pemasaran keluar daerah 0,13 4 0,52 2.Pemasaran keluar Daerah 3. Kebutuhan cabai yang 0,07 2 0,14 terus meningkat 4. Perkembangan teknologi 0,09 3 0,27 dan informasi 5. Industri luar yaitu PT. Indofood 0,04 1 0,04 yang menyerap bahan baku cabai 6. Tersedianya tempat 0,07 2 0,14 Perbelanjaan seperti pasar dan swalayan Total 1,63 b. Ancaman Ancaman utama: 1. Fluktuasi harga cabai 0,07 2 0,14 1. Permainan harga dalam saluran pemasaran 2. Pasar bebas (Global) 0,13 1 0,16 2. Pasar bebas (Global) 3. Belum ada jaminan harga 0,06 2 0,12 4. Produk pertanian mudah rusak 0,04 3 0,12 5. Permainan harga dalam saluran 0,13 1 0,13 pemasaran 6. Tingginya biaya transportasi 0,04 4 0,13 Total 1,00 0,80 Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa nilai faktor peluang = 1,63 lebih besar dari pada nilai faktor ancaman = 0,80. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan cabai merah lebih besar dibanding dengan ancaman yang akan 43

dihadapi dalam pengembangan cabai merah. Peluang utama yang dimiliki adalah potensi pemasaran cabai. Sedangkan ancaman utama yang yang dimiliki adalah permainan harga dalam saluran pemasaran dan adanya pasar bebas (Globalisasi). Untuk mengetahui strategi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato dengan mengunakan diagram Analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 5. Peluang Strategi Turn Around 0,83 II Kelemahan IV Strategi Defensif III 0,75 I Strategi Agresif X Kekuatan Strategi Diversifikasi Ancaman Gambar 5. Diagram Analisis SWOT, 2013. Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan, menghasilkan sumbu X dalam diagram SWOT. Demikian juga peluang yang dihadapi lebih besar daripada ancaman sehingga menghasilkan sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai yang ditunjukan bahwa selisih peluang dan ancaman adalah 0,83, sedangkan selisih antara kekuatan dan kelemahan 0,75. Maka strategi pengembangan cabai merah di Kabupaten Pohuwato berada pada kuadran I dimana mendukung strategi yang agresif yang menggambarkan situasi yang sangat baik karena ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan untuk pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. 44

E. Matriks SWOT Untuk mengetahui lebih lanjut strategi pengembangan agribisnis cabai merah adalah mengidentifikasi cara-cara alternatif sehingga organisasi dapat mengunakan kekuatan khususnya untuk mengunakan kesempatan peluang atau untuk menghindari ancaman, dan mengatasi kelemahan. Matriks SWOT mengambarkan bagaimana manajemen dapat mencocokkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu perusahaan tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Interaksi Faktor Internal dan Eksternal, 2013. Faktor Eksternal Faktor Internal Peluang (O) 1. Potensi pemasaran cabai 2. Pemasaran keluar daerah 3. Kebutuhan cabai terus meningkat 4. Perkembangan teknologi dan informasi 5. Industri luar yaitu PT. Indofood yang menyerap bahan baku cabai 6. Tersedianya tempat Perbelanjaan, seperti pasar dan swalayan Ancaman (T) 1. Fluktuasi harga cabai 2. Pasar bebas (Global) 3. Belum ada jaminan harga 4. Produk pertanian mudah rusak 5. Permainan harga pada saluran pemasaran 6. Tingginya biaya transportasi Kekuatan (S) 1. Dukungan dari pemerintah 2. Ketersediaan benih unggul 3. Tingkat kesuburan tanah 4. Besarnya jumlah produksi cabai yang dihasilkan 5. Tersedianya lahan Pengembangan cabai 6. SDM yang mendukung yang terbentuk dalam gapoktan Strategi (SO) 1. Adanya kebijakan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahatani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, sehingga mempunyai potensi dalam pemasaran cabai. 2. Memanfaatkan ketersediaan benih unggul untuk memperoleh produksi yang tinggi sesuai dengan harapan petani untuk memperoleh keuntungan dan dapat memenuhi adanya permintaan akan kebutuhan cabai yang terus meningkat. Strategi (ST) 1. Lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan cabai di tentukan luas areal penanaman cabai, hal ini dapat menekan besarnya permintaan dan penawaran yang menyebabkan jatuhnya harga cabai dipasaran. 2. Tersedianya SDM yang mendukung usahatani yang mampu berpartisipasi dan siap berperan dalam perdagangan bebas dapat mengatasi berbagai ancaman yang akan dihadapi dalam perdagangan global Kelemahan (W) 1. Sumber produksi masih terbatas 2. Pemasaran cabai masih dalam bentuk bahan baku 3. Lemahnya akses petani terhadap modal 4. Penanganan pascapanen masih secara manual 5. Serangan OPT 6. Belum tersedia industri olahan cabai Strategi (WO) 1. Pemasaran cabai di Kabupaten Pohuwato masih dalam bentuk bahan baku karena belum tersedianya industri olahan sehingga dapat memanfaatkan adanya penyerapan bahan baku oleh industri luar salah satunya PT. indofood 2. Serangan OPT merupakan permasalahan dalam membudidayakan cabai merah untuk itu adanya pemanfaatan teknologi untuk pengendalian hama terpadu dan adanya pemurnian benih sehingga tanaman tidak mudah terserang hama dan penyakit Strategi (WT) 1. Produk pertanian mudah rusak dapat diatasi dengan adanya penanganan pascapanen yang dilakukan secara khusus untuk memperkecil rusaknya produk pertanian 2. Menggunakan sumberdaya produksi yang ada untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi dan kualitas cabai sehingga dapat bersaing dalam pasar global Sumber Data Primer setelah diolah, 2013 45

Berdasarkan Tabel 12 hasil analisis SWOT maka diperoleh empat sel alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh Kabupaten Pohuwato, yaitu strategi (SO), strategi (WO), strategi (ST) dan strategi (WT). 1. Strategi (S-O) Adanya kebijakan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahatani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, sehingga mempunyai potensi dalam pemasaran cabai dan memanfaatkan ketersediaan benih unggul untuk memperoleh produksi yang tinggi sesuai dengan harapan petani untuk memperoleh keuntungan dan dapat memenuhi adanya permintaan akan kebutuhan cabai yang terus meningkat. 2. Strategi (W-O) Pemasaran cabai di Kabupaten Pohuwato masih dalam bentuk bahan baku karena belum tersedianya industri olahan sehingga dapat memanfaatkan adanya penyerapan bahan baku oleh industri luar yaitu PT. Indofood dan adanya serangan OPT merupakan permasalahan dalam membudidayakan cabai merah untuk itu adanya pemanfaatan teknologi untuk pengedalian hama terpadu dan adanya pemurnian benih sehingga tanaman tidak mudah terserang hama dan penyakit. 3. Strategi (S-T) Lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan cabai di tentukan luas areal penanaman cabai, hal ini dapat menekan besarnya permintaan dan penawaran yang menyebabkan jatuhnya harga cabai dipasaran dan tersedianya SDM yang mendukung usahatani yang mampu berpartisipasi dan siap berperan dalam perdagangan bebas dapat mengatasi berbagai ancaman yang akan dihadapi. 4. Strategi (W-T) Produk pertanian mudah rusak dapat diatasi dengan adanya penanganan pascapanen yang dilakukan secara khusus untuk memperkecil rusaknya produk pertanian dan menggunakan sumberdaya produksi yang ada untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi dan kualitas cabai sehingga mampu bersaing dalam perdagangan global. 46